7 Crash Harga Bitcoin Terbesar Sepanjang Sejarah

Volubit.id — Bitcoin (BTC) telah melalui perjalanan yang penuh gejolak sejak pertama kali diperkenalkan lebih dari satu dekade lalu. Meski kerap dipuji sebagai revolusi dalam dunia keuangan, aset kripto ini juga dikenal karena volatilitasnya yang ekstrem.

Harga Bitcoin bisa melonjak drastis, hanya untuk kemudian kembali jatuh terperosok dalam waktu singkat dan membuat investor banyak kehilangan uang.

Setiap lonjakan harga sering kali diikuti oleh euforia di kalangan investor, di mana mereka berharap akan keuntungan besar. Namun, sejarah menunjukkan bahwa Bitcoin tidak pernah jauh dari risiko kejatuhan tajam yang mengitari progresi nilainya sebagai emas digital.

Fluktuasi yang dramatis ini tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh peristiwa eksternal seperti peretasan, regulasi pemerintah, dan berita negatif lainnya.

Dalam lebih dari sepuluh tahun keberadaannya, Bitcoin telah mengalami beberapa kejatuhan harga terbesar dalam sejarah keuangan modern.

Setiap kejadian tersebut menawarkan pelajaran penting bagi investor tentang risiko yang melekat pada aset digital ini.

Dari sekian banyak momen volatilitas harga, terhimpun tujuh kejatuhan terbesar yang pernah dialami Bitcoin sepanjang sejarah.

1. Salah satu penurunan terbesar paling awal dalam siklus BTC terjadi pada Juni 2011. Saat itu harga Bitcoin jatuh 99% dalam satu hari. Kejatuhan monumental ini disebabkan oleh peretasan besar di bursa Mt. Gox. Harga Bitcoin anjlok dari $32 menjadi hanya satu sen. Peristiwa ini menjadi salah satu kejatuhan paling menggemparkan dalam sejarah Bitcoin.

2. Setahun setelahnya, tepatnya pada Agustus 2012, Bitcoin kembali mengalami penurunan 56% setelah terungkapnya skema Ponzi yang menipu investor kripto. Pelaku berhasil mencuri 700.000 Bitcoin melalui janji imbal hasil tinggi, yang pada akhirnya membuat harga Bitcoin terpuruk.

3. Pada April 2013, harga Bitcoin turun 83% setelah bursa Mt. Gox mengalami gangguan lantaran tidak mampu menangani volume perdagangan besar. Masalah tersebut memaksa Mt. Gox ditutup sementara yang memicu penurunan harga Bitcoin dari hampir $260 menjadi $50.

4. Desember 2013 juga menjadi momen kelam bagi Bitcoin. Pemicunya adalah larangan pemerintah China terhadap Bitcoin menyebabkan penurunan harga sebesar 50% dalam semalam. Hubungan China dengan Bitcoin sendiri masih terus bergejolak hingga saat ini.

5. Pada Desember 2017 hingga Desember 2018, Bitcoin mengalami penurunan tajam sebesar 84%. Setelah mencapai puncaknya di sekitar $20.000 pada akhir 2017, harga Bitcoin runtuh saat investor besar melakukan aksi profit taking setelah periode bullish sebelumnya. Kejatuhan dalam periode crypto winter ini juga dibumbui dengan peristiwa peretasan bursa Coincheck di Jepang senilai $530 juta dan Bithumb di Korea sekitar $30 juta yang membuat sentimen pasar semakin negatif.

6. Pandemi COVID-19 juga menghantam pasar Bitcoin pada Maret 2020, di mana nilainya turun 50% dalam dua hari. Dalam sebulan, harga Bitcoin anjlok dari lebih dari $10.000 menjadi di bawah $4.000 akibat kekhawatiran global terkait pandemi.

7. Terakhir, pada Mei 2021, Bitcoin kehilangan 53% dari nilainya setelah sebelumnya mencapai rekor all time high (ATH) saat itu di $64.000. Penurunan ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk keputusan Elon Musk yang membatalkan penggunaan Bitcoin untuk pembelian Tesla, serta larangan baru dari pemerintah China terhadap aktivitas kripto.

Walaupun terus mengalami fluktuasi yang ekstrem, Bitcoin tetap menjadi aset digital yang menarik banyak perhatian investor di seluruh dunia. Namun, setiap kejatuhan dalam sejarah Bitcoin ini menjadi sinyalmen risiko besar yang melekat pada investasi kripto.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *