7 Istilah Blockchain yang Sulit Dimengerti Pemula

Volubit.id — Blockchain telah menjadi salah satu teknologi revolusioner yang menarik perhatian dunia. Sayangnya, banyak istilah dalam blockchain yang terdengar asing dan bahkan membingungkan bagi mereka yang baru mulai tertarik dengan teknologi ini.

Memahami konsep dasarnya saja sudah sulit, apalagi jika harus bergelut dengan istilah-istilah teknis yang kompleks. Namun, mengerti istilah ini sebenarnya bisa membantu kita untuk benar-benar mengenal cara kerja blockchain.

Berikut ini penjelasan sederhana dari 7 istilah dalam blockchain yang kerap dianggap sulit dimengerti oleh pemula.

1. Rollups

Rollup adalah salah satu solusi skalabilitas yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan kapasitas jaringan blockchain, khususnya blockchain yang berbasis Ethereum. Rollup memungkinkan transaksi diproses di luar rantai utama (Layer-1), tetapi tetap memanfaatkan keamanan rantai utama.

Rollup menggabungkan (atau menggulung) banyak transaksi menjadi satu batch, kemudian memprosesnya di Layer-2. Setelah itu, data ringkasan atau bukti dari transaksi-transaksi tersebut dikirim kembali ke Layer-1 untuk divalidasi.

Karena transaksi tidak diproses di Layer-1, beban jaringan utama berkurang dan memungkinkan jaringan lebih banyak memproses transaksi per detik (TPS). Gas fee juga menjadi lebih murah.

Ada dua jenis rollup utama, yakni:

a. Optimistic Rollup
Rollup ini bekerja dengan pendekatan ‘optimistis’ atau menganggap semua transaksi valid kecuali ada validator yang membuktikan sebaliknya. Validitas hanya diperiksa jika ada perselisihan.

Jika ada yang mencurigai transaksi tidak valid, validator dapat mengajukan ‘bukti kecurangan’ atau fraud proof. Contoh jaringan Layer-2 Ethereum yang menggunakan optimistic rollup adalah Arbitrum dan Optimism.

b. Zero-Knowledge Rollup (ZK-Rollup)
Rollup ini bekerja dengan menggunakan bukti kriptografi Zero-Knowledge Proof untuk memastikan semua transaksi valid sebelum dikirim ke Layer-1. ZK-Rollup tidak memerlukan mekanisme untuk membuktikan kecurangan karena semua transaksi sudah diverifikasi dengan bukti kriptografi. Contoh jaringannya ialah zkSync dan StarkNet.

2. Distributed Validator Technology (DVT)

Distributed Validator Technology (DVT) adalah teknologi yang digunakan dalam ekosistem blockchain, terutama dalam jaringan yang menggunakan mekanisme konsensus Proof of Stake (PoS) seperti Ethereum.

DVT memperkenalkan konsep validator terdesentralisasi yang membagi proses validasi di antara banyak sub-node yang dijalankan oleh beberapa operator, mirip seperti sistem multisignature (multisig).

Untuk memvalidasi blok baru atau memproses transaksi, sub-node akan bekerja sama menggunakan protokol konsensus internal. Keputusan dibuat hanya jika mayoritas sub-node menyetujui.

Karena DVT mendistribusikan peran validator ke beberapa node, kegagalan salah satu sub-node tidak akan memengaruhi seluruh sistem. DVT bisa mengatasi masalah kegagalan tunggal (single point of failure) jika ada validator yang mengalami masalah teknis.

3. Dynamic Resharding

Sharding adalah teknik membagi jaringan blockchain menjadi beberapa bagian (shards) yang dapat memproses transaksi secara paralel. Teknik ini mengurangi beban kerja pada seluruh jaringan, memungkinkan transaksi lebih cepat, dan meningkatkan throughput (jumlah transaksi yang dapat diproses dalam satu waktu).

Sementara dynamic resharding adalah metode modern yang memungkinkan jaringan menyesuaikan jumlah shard berdasarkan beban. Jika terlalu penuh, satu shard dapat dipecah menjadi dua. Sebaliknya, dua shard yang kurang digunakan dapat digabung menjadi satu.

4. Blob

Istilah blob atau Binary Large Objects populer setelah diperkenalkannya proposal EIP-4844 (Proto-Danksharding) dalam jaringan Ethereum. Proposal ini dirancang untuk meningkatkan skalabilitas Ethereum, terutama dengan memperkenalkan konsep blob-carrying transactions.

Blob adalah potongan data besar yang tidak diperlukan oleh Ethereum Virtual Machine (EVM). Data blob disimpan di onchain selama 20-90 hari sebelum dihapus. Dengan demikian, blockchain akan lebih hemat biaya dan lebih scalable.

Dalam sistem penyimpanan terdesentralisasi, seperti IPFS atau Filecoin, blob merujuk pada blok data besar yang disimpan secara terpisah. Blob biasanya dipecah menjadi fragmen lebih kecil agar dapat dikelola dan disimpan secara efisien di beberapa node.

Intinya, blob memungkinkan blockchain untuk mengelola data besar tanpa membebani jaringan utama. Dengan menyimpan data besar secara terpisah, blockchain tetap dapat memproses transaksi dengan cepat.

5. Proto-danksharding

Proto-danksharding atau EIP-4844 adalah tipe transaksi yang dirancang untuk menerima blob. Solusi ini diusulkan oleh Protolambda dan Dankrad Feist untuk mengatasi masalah gas fee tinggi dan throughput transaksi rendah di Ethereum.

Fokus utama Proto-danksharding adalah penggunaan blob-carrying transactions. Dalam proses ini, blob digunakan oleh Layer-2 rollup untuk menggabungkan transaksi dan mengirimnya ke Layer-1 Ethereum tanpa membebaninya.

Proto-danksharding adalah langkah awal menuju implementasi danksharding, yang merupakan evolusi dari teknik sharding untuk meningkatkan skalabilitas. Danksharding tidak membagi blockchain menjadi shard seperti sharding.

Sebaliknya, danksharding memperkenalkan mekanisme pemrosesan data yang lebih terpusat dan efisien. Semua data dari transaksi yang relevan (seperti data untuk rollup Layer-2) dikumpulkan ke dalam satu proposal (block proposal).

6. Byzantine Fault Tolerance (BFT)

Byzantine Fault Tolerance (BFT) adalah kemampuan suatu sistem terdistribusi untuk terus berfungsi dengan benar meskipun terdapat sejumlah komponen yang gagal atau bertindak jahat (malicious). Konsep ini berasal dari Byzantine Generals Problem, yaitu sebuah masalah hipotetis yang menggambarkan kesulitan mencapai konsensus di antara aktor-aktor yang tidak dapat dipercaya sepenuhnya.

Dalam konteks blockchain, BFT merujuk pada mekanisme yang memungkinkan jaringan untuk mencapai konsensus meskipun ada beberapa node (komputer dalam jaringan) yang mengalami kerusakan, mengalami gangguan, atau bertindak secara jahat. Hal ini penting untuk memastikan integritas dan keamanan data dalam jaringan blockchain.

Satoshi Nakamoto berhasil memecahkan masalah ini di jaringan Bitcoin dengan mekanisme konsensus proof-of-work. Proses pembuatan blok yang sulit dan mahal dalam Bitcoin menghasilkan informasi yang akurat.

Sistem yang tetap bekerja tanpa otoritas terpusat ini dapat menangani hingga sepertiga dari total node yang bertindak tidak jujur. Node dalam jaringan sebenarnya tidak perlu saling percaya, tetapi mereka harus mematuhi protokol untuk mencapai konsensus.

7. Nonce

Nonce adalah sebuah angka yang digunakan dalam header blok untuk memenuhi syarat tertentu dalam algoritma konsensus, seperti Proof of Work (PoW). Istilah ini biasanya muncul dalam proses penambangan.

Penambang perlu menyesuaikan nonce beberapa kali sebelum berhasil memecahkan blok dan proses ini membutuhkan daya komputası yang besar. Penambang memproses data blok, yang meliputi transaksi, timestamp, dan informasi lainnya, kemudian menambahkan angka nonce ke data blok dan menghasilkan hash menggunakan algoritma tertentu, seperti SHA-256.

Jika hash yang dihasilkan memenuhi syarat difficulty maka nonce dianggap valid dan blok tersebut dapat ditambahkan ke blockchain. Jika nonce tidak valid, penambang mencoba lagi dengan angka nonce yang berbeda sampai menemukan yang valid.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *