USDT Berpotensi Depeg karena Cadangan Tether Kurang Likuid, Benarkah?

Volubit.id — Penerbit stablecoin USDT, Tether, tengah menjadi sorotan dalam beberapa hari terakhir memasuki Desember 2025. Pemicunya, stabilitas perusahaan ini dinilai lemah dan berpotensi insolven jika dihadapkan pada situasi krisis. Namun, benarkah demikian?

Salah satu pemicu awal gelombang kekhawatiran ini datang dari penilaian resmi. S&P Global menurunkan rating stabilitas USDT ke level terlemah (weak) dalam skala penilaian mereka. Alasan utama penurunan rating ini adalah bahwa cadangan Tether kini lebih banayak mengandung aset berisiko seperti Bitcoin (BTC), emas, dan surat utang korporasi.

Selain itu, S&P Global menilai Tether kurang transparan dan kurang jelas dalam skema pemisahan aset. Penurunan rating pada dasarnya memberi sinyal kepada pasar bahwa bantalan nilai USDT kini lebih rapuh daripada sebelumnya, sehingga potensi kerugian ketika pasar bergejolak menjadi lebih besar.

Logika yang memperkuat kekhawatiran adalah komposisi cadangan Tether. Laporan attestation kuartalannya menunjukkan porsi signifikan dalam bentuk Bitcoin dan emas yang menurut sejumlah komentator bisa jadi pemicu insolvensi bila terjadi krisis luar biasa lantaran aset-aset tersebut dibilang kurang likuid.

Total liabilitas atau kewajiban Tether saat ini tercatat sekitar $174 miliar. Namun, uang tunai dan aset super likuid yang bisa dicairkan langsung hanya sekitar $140 miliar. Ada selisih sekitar $34 miliar yang tidak bisa dibayar cepat jika semua pemegang USDT menukarnya di saat bersamaan.

Kekurangan likuiditas instan itu sebenarnya ditutup oleh aset lain. Tether punya Bitcoin sekitar $9,8 miliar, emas dan logam sekitar $12,9 miliar, pinjaman terjamin sekitar $14,6 miliar, dan investasi lain sekitar $3,8 miliar. Bila dijumlahkan semua, total aset Tether saat ini berjumlah sekitar $181 miliar. Jumlah tersebut lebih besar dari kewajibannya. Artinya, di atas kertas, Tether masih lebih kaya daripada utangnya.

Problemnya ada di jenis aset, bukan di jumlah totalnya. Tidak semua aset itu bisa dicairkan cepat. Narasi yang berkembang adalah bahwa kas dan surat utang pemerintah AS relatif gampang dijual, tapi Bitcoin, emas, pinjaman, dan investasi lain butuh waktu untuk dilepas.

Selama penukaran USDT berlangsung normal, kondisi ini aman-aman saja. Tapi kalau terjadi kepanikan besar dan semua orang buru-buru menarik USDT sekaligus, Tether bisa mengalami tekanan likuiditas karena tidak punya cukup kas instan. Kendati demikian, tak semua sepakat bahwa cadangan aset tersebut kurang likuid, terutama BTC dan emas yang secara terbuka diperdagangkan di pasar global.

Sentimen negatif terhadap Tether ini semakin bertambah setelah bos Bitfinex sekaligus investor kripto kawakan, Arthur Hayes, ikut menambah kekisruhan. Hayes mengatakan penurunan harga sekitar 30% pada BTC dan emas bisa menghapus ekuitas pengaman Tether. Jika sekenario itu terjadi, pada saat banyak holder ingin menukar USDT sekaligus, tekanan likuiditas dinilai bisa memicu depeg.

Bos Tether, Paolo Ardoino, menyangkal keras anggapan bahwa Tether bisa insolven atau USDT berpotensi depeg. Menurutnya, kondisi keuangan Tether justru jauh lebih aman daripada yang digambarkan S&P maupun para pengkritik. Tether menurutnya punya total aset sekitar $215 miliar. Sementara kewajiban mereka berada di angka $184,5 miliar. Jadi secara matematis, masih ada selisih sekitar $30 miliar yang menjadi “bantalan keamanan”.

Bantalan ini berasal dari ekuitas berlebih $7 miliar plus laba ditahan $23 miliar.
Selain itu, Tether mendapat keuntungan sekitar $500 juta setiap bulan dari obligasi AS. Uang ini membuat cadangan kas mereka terus bertambah sehingga jika terjadi USDT exit dalam waktu bersamaan, mereka tetap punya dana untuk membayar.

Paolo juga menyebut sentimen negatif terhadap perusahaanya juga didorong oleh ambisi kompetitor. Namun perdebatan ihwal USDT ini masih tak bisa diredam sepenuhnya karena Tether belum membuka audit secara penuh untuk membuktikan semua angka itu secara transparan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *