Yen Carry Trade dan Pengaruhnya terhadap Bitcoin

Volubit.id — Pergerakan Bitcoin yang turun dari $92.000 ke $86.000 pada awal Desember 2025 bukan dipicu oleh faktor internal pasar kripto, melainkan goncangan dari Jepang. Bank of Japan (BOJ) memberikan sinyal kenaikan suku bunga yang berpotensi mengakhiri era likuiditas murah yang selama ini menyokong aset berisiko seperti Bitcoin. Untuk memahami mengapa kebijakan BOJ bisa berdampak sedemikian signifikan terhadap pasar kripto global, kita perlu mengenal mekanisme yang disebut “yen carry trade.”

Apa Itu Yen Carry Trade?

Yen carry trade adalah strategi investasi yang memanfaatkan perbedaan suku bunga antar negara. Dalam praktiknya, investor meminjam dana dalam yen Jepang dengan bunga sangat rendah, kemudian menukarnya ke mata uang lain untuk diinvestasikan pada aset dengan imbal hasil lebih tinggi. Selisih antara biaya pinjaman dan keuntungan investasi menjadi profit bagi investor.

Sebagai contoh sederhana, investor meminjam 100 juta yen dengan bunga 0,5%, menukarnya ke dolar AS, lalu menginvestasikannya ke obligasi Amerika yang memberikan imbal hasil 4,2%. Selisih sekitar 3,7% tersebut menjadi keuntungan, dikurangi biaya lindung nilai. Ketika ditambah dengan leverage atau pengungkit finansial, keuntungan ini bisa meningkat berlipat ganda.

Strategi ini telah berlangsung selama tiga dekade, sejak Jepang menerapkan kebijakan suku bunga mendekati nol atau bahkan negatif untuk mengatasi deflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tersebut menciptakan sumber likuiditas global yang masif, dengan perkiraan nilai mencapai $20 triliun yang digunakan untuk membiayai berbagai aset berisiko, mulai dari saham hingga aset kripto.

Kebijakan Suku Bunga Bank of Japan Terkini

Setelah 17 tahun mempertahankan suku bunga ultra rendah, BOJ mulai mengubah arah kebijakan moneternya pada Maret 2024. Bank sentral Jepang menaikkan suku bunga acuan dari -0,1% ke kisaran 0 hingga 0,1%, mengakhiri era suku bunga negatif untuk pertama kalinya sejak 2007. Langkah ini dilanjutkan dengan kenaikan kedua pada Juli 2024 yang membawa suku bunga ke sekitar 0,25%.

Pada Januari 2025, BOJ kembali menaikkan suku bunga menjadi 0,5%, level tertinggi sejak 2008. Yang lebih penting lagi, Gubernur BOJ Kazuo Ueda baru-baru ini memberikan sinyal kuat bahwa bank sentral siap menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan 18-19 Desember 2025.

Setelah pidato Ueda di Nagoya, probabilitas kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin melonjak dari 50% menjadi 85%. Yield obligasi pemerintah Jepang berdurasi 10 tahun mencapai 1,85%, level tertinggi sejak Juni 2008. Yen menguat 0,4% terhadap dolar, mencerminkan ekspektasi pasar terhadap pengetatan moneter yang semakin nyata.

Dampak terhadap Bitcoin dan Pasar Kripto

Kenaikan suku bunga Jepang memiliki implikasi langsung dan signifikan terhadap Bitcoin serta pasar kripto secara luas. Ketika biaya pinjaman dalam yen meningkat dan mata uang tersebut menguat, ekonomi dari strategi carry trade berubah drastis. Investor yang sebelumnya meminjam dengan bunga 0,5% kini harus membayar lebih tinggi, sementara penguatan yen membuat biaya pengembalian pinjaman semakin mahal.

Bitcoin, sebagai salah satu aset paling sensitif terhadap likuiditas, menerima pukulan pertama ketika carry trade mulai dibongkar. Ketika investor harus menutup posisi mereka, mereka menjual aset berisiko seperti Bitcoin untuk membayar kembali pinjaman dalam yen yang telah menguat. Proses ini dikenal sebagai “unwinding” atau pembongkaran carry trade, yang menciptakan tekanan jual masif di pasar.

Preseden dari dampak kebijakan BOJ terhadap Bitcoin sudah terlihat pada Agustus 2024. Saat itu, BOJ secara mengejutkan menaikkan suku bunga dari 0,1% ke 0,25%, Bitcoin anjlok 20% ke level $49.000 dalam waktu singkat, dengan likuidasi mencapai $1,7 miliar. Kejadian ini menunjukkan betapa rentan pasar kripto terhadap perubahan kebijakan moneter Jepang.

Pada awal Desember 2025, situasi serupa kembali terjadi. Bitcoin turun 5% ke $85.500 dalam satu hari, dengan total likuidasi mencapai $656 miliar di pasar derivatif. Lebih dari 217.000 trader terdampak, mayoritas adalah posisi long yang terperangkap dalam koreksi pasar. Tekanan ini tidak hanya menimpa Bitcoin, tetapi juga altcoin seperti Ethereum, Solana, dan XRP yang turun 3-6%.

Skema transmisi pengaru dari kebijakan BOJ ke Bitcoin berjalan melalui beberapa jalur. Peningkatan yield obligasi Jepang membuat investor domestik kurang tertarik memegang aset luar negeri, termasuk Treasury AS. Jepang merupakan pemegang terbesar obligasi pemerintah AS dengan nilai sekitar $1,1 triliun, sehingga pergeseran alokasi ini berdampak pada likuiditas global.

Penguatan yen juga mengurangi daya tarik carry trade karena biaya pengembalian pinjaman meningkat. Investor institusional yang menggunakan leverage besar menghadapi kerugian yang diperbesar ketika posisi mereka bergerak berlawanan. Ketika margin call terjadi, mereka dipaksa menjual aset berisiko seperti Bitcoin untuk memenuhi persyaratan jaminan.

Sentimen pasar secara keseluruhan berubah ketika salah satu sumber likuiditas global terbesar mulai mengering. Pasar kripto yang sangat bergantung pada aliran modal dan leverage menjadi sangat rentan. Ketika “ATM gratis” berupa yen murah berubah menjadi “penagih hutang,” aset spekulatif seperti Bitcoin kehilangan salah satu pilar pendukung utamanya.

Prospek ke Depan

Jika BOJ tetap menaikkan suku bunga di tengah kondisi ekonomi Jepang yang sedang lemah, situasinya bisa menjadi rumit dan menimbulkan efek berantai ke seluruh pasar keuangan dunia, termasuk kripto. Jepang saat ini sedang menghadapi banyak tekanan: ekspor mereka kalah bersaing dengan Tiongkok dan Korea Selatan, konsumsi rumah tangga turun karena rakyat berhemat, inflasi baru naik sedikit setelah bertahun-tahun stagnan, permintaan obligasi pemerintah menurun, ekonomi kembali minus, dan hubungan dagang dengan Tiongkok juga sedang tidak baik.

Dalam kondisi seperti ini, kenaikan suku bunga bisa memperbesar masalah. Ketika suku bunga naik, biaya pinjaman menjadi lebih mahal dan yen menguat. Yen yang lebih kuat justru merugikan eksportir Jepang, karena produk Jepang menjadi lebih mahal di pasar global. Di saat ekspor sedang melemah, penguatan yen bisa menjadi pukulan tambahan.

Dampak terhadap pasar kripto juga sudah terasa setelah Ueda mengumumkan tendensi hawkish BOJ beberapa waktu lalu. Fase “unwinding” ini biasanya berlangsung cepat dan penuh volatilitas. Jika pergerakan harga sudah priced in seturut kredo buy the rumor sell the news, maka ekspektasi penurunan lanjutan akibat trajektori makro pada pengumuman kebijakan suku bunga BOJ 18-19 Desember seharusnya bisa diredam. Kecuali, pasar belum sepenuhnya mengambil stance buy the rumor.

Tapi meski dampak awalnya cenderung negatif, ada beberapa sisi yang justru bisa menjadi bullish bagi Bitcoin setelah guncangan mereda. Pertama, tekanan dari carry trade biasanya bersifat sementara. Setelah posisi leverage dibongkar, tekanan jual akan berkurang secara drastis. Kemudian jika The Fed benar-benar menurunkan suku bunga pada Desember 2025 seperti ekspektasi pasar saat ini, maka likuiditas dolar akan meningkat.

Kucuran arus likuiditas USD jauh lebih besar pengaruhnya dibanding yen, sehingga pelonggaran dari Fed dapat mengangkat kembali daya tarik aset berisiko termasuk kripto, meski BOJ sedang mengetatkan kebijakan. Ketidakpastian ekonomi Jepang juga dapat memperkuat narasi Bitcoin sebagai lindung nilai jangka panjang, terutama jika investor global mulai khawatir tentang stabilitas fiskal Jepang yang memiliki utang sangat besar.

Secara jangka pendek, kenaikan suku bunga BOJ bisa membuat pasar kripto terguncang; tetapi jangka menengah, ada ruang bagi Bitcoin untuk kembali menguat, terutama jika Fed mulai memotong suku bunga dan pasar global memasuki fase likuiditas baru. Bitcoin sering kali bangkit justru setelah periode tekanan seperti ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *