Volubit.id — Seiring dengan semakin banyaknya investor kripto beralih ke platform non-kustodial, decentralized exchange (DEX) terus mengembangkan berbagai cara baru untuk memproses transaksi. Tujuannya selain untuk keamanan, juga pengalaman pengguna, efisiensi biaya, dan kecepatan eksekusi.
Inti dari semua itu terletak pada model likuiditas. Model inilah yang menentukan bagaimana DEX menerima permintaan transaksi, dari mana likuiditas berasal, dan bagaimana proses tukar aset dilakukan. Pilihan model likuiditas sangat berpengaruh terhadap biaya transaksi, risiko slippage, privasi, hingga kenyamanan pengguna.
Saat ini, ada tiga model yang paling umum digunakan, yakni Order Book, Automated Market Maker (AMM), dan Peer-to-Pool (Intent-Based). Berikut penjelasannya.
1. Order Book, Mirip CEX tapi Terdesentralisasi
Model Order Book bekerja dengan cara yang mirip seperti centralized exchange (CEX). Trader menentukan sendiri harga dan jumlah aset yang ingin ditukar, lalu order tersebut dicatat dalam sebuah buku pesanan.
Sistem akan mencocokkan order beli dan jual berdasarkan harga terbaik dan waktu tercepat. Transaksi baru dieksekusi ketika ada pasangan order yang cocok. Model ini banyak dipakai oleh DEX yang menyasar trader profesional, seperti Serum, Orderly Network, dan WOOFI.
Keunggulan utama Order Book adalah spread yang lebih ketat, slippage lebih kecil, dan efisiensi modal yang tinggi. Namun, model ini biasanya membutuhkan infrastruktur yang lebih kompleks karena sebagian prosesnya berjalan off-chain.
2. Model AMM, Paling Populer dan Ramah Pengguna
Model Automated Market Maker (AMM) adalah model DEX yang paling dikenal dan paling banyak digunakan. DEX seperti Uniswap, Curve, dan Balancer mengandalkan liquidity pool sebagai sumber likuiditas.
Dalam model ini, pengguna tidak perlu menunggu lawan transaksi. Mereka langsung menukar aset dengan pool yang berisi dua token. Harga ditentukan oleh algoritma berdasarkan keseimbangan aset di dalam pool tersebut.
Likuiditas berasal dari liquidity provider (LP) yang menyetor dua aset dalam jumlah seimbang. Sebagai imbalannya, LP mendapatkan bagian dari biaya transaksi. Meski sederhana dan cepat, AMM memiliki risiko seperti impermanent loss dan biaya gas yang relatif tinggi, terutama di jaringan yang padat.
3. Model Peer-to-Pool (Intent-Based), Fleksibel dan Efisien untuk Transaksi Besar
Model Peer-to-Pool, juga dikenal sebagai intent-based model, adalah pendekatan yang lebih baru dan inovatif. Dalam model ini, trader tidak langsung melakukan swap, melainkan mengirimkan intent, yaitu niat untuk menukar aset dengan harga dan jumlah tertentu.
Intent ini kemudian diproses oleh solver atau pihak ketiga yang saling bersaing untuk mengeksekusi transaksi dengan hasil terbaik. Solver dapat mencari likuiditas dari berbagai sumber, termasuk DEX lain, CEX, maupun order book privat.
Model ini digunakan oleh platform seperti CoW Swap dan 1inch Fusion. Keunggulannya adalah harga lebih optimal, biaya lebih efisien, dan perlindungan lebih baik dari MEV dan front-running.
Secara ringkas, AMM cocok untuk transaksi kecil hingga menengah dengan kemudahan penggunaan. Order Book lebih ideal untuk trader profesional dan transaksi besar karena presisi harga yang lebih baik. Sementara itu, Peer-to-Pool menawarkan efisiensi tertinggi karena dapat menggabungkan likuiditas dari banyak sumber sekaligus.
Dalam hal biaya gas, AMM cenderung paling mahal, sedangkan Order Book dan Peer-to-Pool relatif lebih hemat. Dari sisi risiko MEV, Peer-to-Pool menjadi yang paling aman karena transaksi tidak langsung terlihat di mempool publik.
Faktor Penting Pilih DEX Berdasarkan Model Likuiditas
Dilaporkan Mexc Exchange, berikut faktor-faktor yang harus dipertimbangkan saat memiliki DEX berdasarkan model likuiditas.
1. Strategi Trading Pribadi
Jika hanya melakukan swap sederhana dengan nominal kecil, AMM sudah lebih dari cukup. Namun, untuk trader aktif dengan volume besar atau trading derivatif, Order Book dan intent-based DEX menawarkan hasil yang lebih optimal.
2. Efisiensi Biaya
Biaya gas dan slippage pada AMM bisa cukup tinggi. Jika efisiensi biaya menjadi prioritas, intent-based model dan Order Book layak dipertimbangkan.
3. Likuiditas
Pool AMM bisa mengalami keterbatasan likuiditas. Model Order Book dan Peer-to-Pool biasanya memberikan likuiditas yang lebih dalam dan stabil untuk transaksi besar.
4. Keamanan dan Privasi
AMM mengeksekusi transaksi dengan cepat, tetapi tetap terbuka di mempool. Intent-based model unggul dalam perlindungan privasi karena detail transaksi bisa disembunyikan dari bot MEV.
5. Jaringan Blockchain
AMM sangat dominan di jaringan seperti Ethereum dan Base. Sementara itu, jaringan seperti Solana dan Sei lebih banyak menggunakan model Order Book, karena kecepatan dan biaya rendah yang mendukung sistem tersebut.


