Volubit.id — Diskusi mengenai ancaman komputer kuantum dan solusi yang mungkin diterapkan terus menjadi topik panas di komunitas Bitcoin. Perdebatan ini bahkan memunculkan kesenjangan pandangan yang semakin lebar antara kelompok Bitcoin maximalist dan kalangan venture capital (VC).
Kelompok maximalist cenderung berhati-hati dan menolak perubahan protokol yang dianggap terburu-buru, sementara VC dan sebagian investor menilai ancaman komputer kuantum sudah semakin dekat dan perlu diantisipasi sejak sekarang.
Salah satu tokoh Bitcoin maximalist, Pierre Rochard, menyatakan solusi quantum-resistance sebenarnya masih cukup terjangkau untuk didanai oleh organisasi nirlaba maupun VC. Sementara, ia menilai, biaya untuk benar-benar menyerang Bitcoin menggunakan komputer kuantum akan sangat mahal.
Menurut Rochard, jika serangan semacam itu benar-benar dilakukan, pemerintah kemungkinan harus ikut campur dan mensubsidinya karena akan menjadi masalah kolektif berskala besar.
Quantum-resistance solutions are affordable enough to be financed by non-profits and VCs.
Building an actual quantum facility for attacking bitcoin would be so expensive and speculative that the government would have to subsidize it as a collective action problem.
— Pierre Rochard (@BitcoinPierre) December 21, 2025
Pandangan skeptis juga disampaikan oleh Samson Mow, investor Bitcoin sekaligus CEO perusahaan wallet kripto dan kelompok advokasi JAN3. Mow meragukan kemampuan komputer kuantum saat ini untuk membobol sistem keamanan Bitcoin.
“Pada kenyataannya, komputer kuantum bahkan belum mampu memfaktorkan angka 21, bukan 21 juta, hanya 21, tanpa penyesuaian algoritma yang sangat berat,” ujar Mow, menekankan kemampuan teknologi kuantum masih jauh dari ancaman praktis terhadap kriptografi Bitcoin.
Meski banyak pengembang dan tokoh Bitcoin meremehkan ancaman jangka pendek dari komputer kuantum, kalangan venture capital dan perusahaan investasi justru terus menyuarakan kekhawatiran. Mereka menilai, ancaman dari komputer kuantum sudah mulai mempengaruhi harga Bitcoin.
Pendiri dana investasi aset digital Capriole, Charles Edwards, memperingatkan harga BTC berpotensi turun hingga di bawah $50.000 apabila protokol Bitcoin belum siap menghadapi era kuantum pada 2028.
Edwards menyerukan agar para operator node Bitcoin mulai menerapkan Bitcoin Improvement Proposal (BIP) 360, proposal yang memperkenalkan skema tanda tangan kriptografi yang dirancang agar tahan terhadap serangan komputer kuantum.
Perdebatan ini menunjukkan, meskipun ancaman komputer kuantum terhadap Bitcoin belum bersifat mendesak, isu tersebut telah menjadi faktor strategis yang serius, baik dari sisi teknis, ideologis, maupun pasar, dalam menentukan masa depan jaringan Bitcoin.
Migrasi Bitcoin ke Era Post-Quantum Diperkirakan Butuh Waktu 5–10 Tahun
Migrasi jaringan Bitcoin ke standar keamanan post-quantum diperkirakan akan memakan waktu setidaknya lima hingga sepuluh tahun. Hal ini disampaikan pengembang inti Bitcoin sekaligus salah satu pendiri perusahaan kustodi kripto Casa, Jameson Lopp, yang turut angkat bicara dalam perdebatan global mengenai ancaman komputer kuantum terhadap Bitcoin.
Lopp sependapat dengan CEO perusahaan infrastruktur kripto Blockstream, Adam Back, yang mengatakan komputer kuantum belum menjadi ancaman nyata bagi Bitcoin dalam waktu dekat. Dalam sebuah unggahan di platform X, Lopp menyatakan, meskipun perkembangan teknologi kuantum perlu terus dipantau, dampaknya terhadap keamanan Bitcoin saat ini masih terbatas.
“Komputer kuantum tidak akan merusak Bitcoin dalam waktu dekat. Kita akan terus mengamati perkembangannya. Namun, melakukan perubahan yang matang pada protokol serta migrasi dana dalam skala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya bisa memakan waktu lima hingga sepuluh tahun,” tulis Lopp.
No, quantum computers won’t break Bitcoin in the near future. We’ll keep observing their evolution.
Yet, making thoughtful changes to the protocol (and an unprecedented migration of funds) could easily take 5 to 10 years.
We should hope for the best, but prepare for the worst.
— Jameson Lopp (@lopp) December 21, 2025
Ia menambahkan, komunitas Bitcoin perlu berharap pada skenario terbaik, tetapi tetap bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.
Dalam unggahan terpisah, Lopp menjelaskan, memperbarui protokol Bitcoin ke standar post-quantum jauh lebih kompleks dibandingkan dengan memperbarui software terpusat, karena Bitcoin bergantung pada model konsensus terdistribusi yang melibatkan ribuan node di seluruh dunia.
Because they can upgrade their systems orders of magnitude faster than the Bitcoin ecosystem.
— Jameson Lopp (@lopp) December 21, 2025


