Volubit.id — Harga Bitcoin masih terus bergerak naik turun di kisaran batas psikologis $90.000 per keping dalam beberapa pekan belakangan. Namun di balik angka yang terlihat kukuh itu, laporan terbaru firma analitik CryptoQuant justru menyampaikan kabar yang mengkhawatirkan: pasar kripto, menurut mereka, telah masuk fase bearish. Bukan sekadar koreksi biasa, melainkan perubahan rezim yang ditandai oleh pelemahan permintaan secara struktural.
Bos CryptoQuant Ki Young Ju baru-baru ini menyatakan aliran modal yang masuk ke jaringan Bitcoin mulai melemah. Setelah sekitar 2,5 tahun terus bertumbuh, realized cap atau nilai total Bitcoin berdasarkan harga terakhir berpindah tangan, kini stagnan dalam sebulan terakhir. Kondisi ini menandakan minat beli baru yang menurun. Pemulihan sentimen pasar diperkirakan bisa memerlukan waktu beberapa bulan.
Bitcoin on-chain capital inflows are weakening.
After about 2.5 years of growth, realized cap has stalled over the past month. Sentiment recovery might take a few months. pic.twitter.com/X9pA4GSBHB
— Ki Young Ju (@ki_young_ju) December 21, 2025
Pernyataan Ki ini memperkuat analisis firma tersebut sebelumnya. Dalam laporan yang terbit belum lama ini, CryptoQuant tidak menjadikan grafik harga sebagai sandaran utama. Mereka memilih membaca data aliran permintaan, sesuatu yang kerap luput dari sorotan investor ritel.
Dalam catatan mereka, sejak 2023 pasar Bitcoin mengalami tiga gelombang permintaan besar. Gelombang pertama lahir dari peluncuran ETF spot bitcoin di Amerika Serikat (AS), yang membuka kran modal institusional. Gelombang kedua muncul dari euforia politik pasca pemilihan presiden AS. Gelombang ketiga datang dari fenomena korporasi yang menjadikan bitcoin sebagai aset treasury.
Persoalannya kini adalah tiga gelombang itu kini dianggap telah mencapai batas. Sejak awal Oktober 2025, pertumbuhan permintaan Bitcoin jatuh di bawah tren historisnya. Dorongan beli yang sebelumnya menopang reli harga dinilai sudah terserap pasar. Dalam bahasa yang lebih sederhana, mesin penggerak kenaikan mulai kehabisan bahan bakar. Harga boleh bertahan, tapi fondasinya melemah.
Dari situ, CryptoQuant menarik proyeksi yang cukup dingin bagi pasar. Risiko penurunan harga bitcoin menuju $70.000 dinilai terbuka dalam beberapa bulan ke depan. Bahkan, jika tekanan berlanjut dan permintaan gagal pulih, skenario penurunan hingga kisaran $56.000 juga tidak tertutup meski dalam horizon yang lebih panjang.
CryptoQuant menyebut potensi ini sebagai bear market yang relatif dangkal. Secara historis, titik terendah pasar bearish bitcoin kerap berimpit dengan realized price atau harga rata-rata saat koin terakhir berpindah tangan. Adapun realized price BTC terkini berada di sekitar $56.000. Jika itu tercapai, koreksi dari puncak terakhir hanya sekitar 55%, terendah sepanjang sejarah Bitcoin.
Kepala Riset CryptoQuant, Julio Moreno, menyebut fase bearish ini sejatinya sudah dimulai sejak pertengahan November. Momentum itu datang tak lama setelah peristiwa likuidasi besar pada 10 Oktober, yang disebut-sebut sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah kripto. Sejak saat itu, sinyal pelemahan permintaan muncul secara konsisten.
Salah satu indikatornya adalah perubahan perilaku ETF spot Bitcoin di AS. Pada kuartal keempat 2025, ETF justru tercatat menjadi penjual bersih, dengan penurunan kepemilikan sekitar 24.000 BTC. Kondisi ini berbalik tajam dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, ketika ETF menjadi lokomotif akumulasi.
Data alamat wallet juga memperkuat tesis tersebut. Kelompok holder 100 hingga 1.000 BTC yang mencakup ETF dan perusahaan treasury tumbuh di bawah tren normal. Polanya mengingatkan pada akhir 2021 tepat sebelum pasar kripto tergelincir ke bear market panjang pada 2022.
Sinyal juga muncul dari pasar derivatif di mana kehati-hatian trader juga terasa begitu kentara. Tingkat pendanaan futures perpetual, diukur dari rata-rata pergerakan 365 hari, turun ke level terendah sejak Desember 2023. Secara historis, kondisi ini mencerminkan menyusutnya minat pelaku pasar untuk mempertahankan posisi long, ciri klasik rezim bearish.
Secara teknikal, Bitcoin juga telah meluncur di bawah rata-rata pergerakan 365 hari yang kerap dipakai untuk membedakan fase bull dan bear market. Walau demikian, CryptoQuant menegaskan bahwa siklus empat tahunan Bitcoin lebih digerakkan oleh dinamika permintaan ketimbang peristiwa halving semata. Ketika pertumbuhan permintaan mencapai puncak lalu berbalik melemah, pasar bearish cenderung mengikuti, terlepas dari narasi kelangkaan BTC.
Pandangan CryptoQuant ini tentu tidak berdiri sendiri di ruang hampa. Sejumlah institusi besar masih memelihara optimisme. Citigroup, misalnya, mematok target dasar bitcoin di $143.000 dalam 12 bulan ke depan, dengan skenario optimistis hingga $189.000, meski tetap mengakui $70.000 sebagai level dukungan krusial. Standard Chartered memangkas target 2026 menjadi $150.000. JPMorgan masih membuka ruang kenaikan hingga $170.000. Bitwise bahkan yakin rekor tertinggi baru masih mungkin tercapai pada 2026.


