Volubit.id — Robot humanoid atau robot yang bentuknya menyerupai bentuk manusia buatan China kini tak hanya bisa salto, lari maraton, atau main bola. Mereka juga mulai dibekali “otak” berbasis kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) agar bisa bekerja seperti manusia.
Gabungan antara hardware canggih dan software pintar membuat robot-robot tersebut dianggap semakin berguna secara ekonomi sebagai tenaga kerja produktif, terutama di sektor manufaktur.
Menurut laporan Reuters pada 13 Mei 2025, kemajuan pengembangan robot humanoid di Cina didorong oleh perusahaan AI lokal seperti DeepSeek dan sokongan besar dari pemerintah.
Startup MagicLab, misalnya, telah mengintegrasikan robotnya dengan model AI seperti DeepSeek, Qwen (Alibaba), dan Doubao (ByteDance). CEO-nya, Wu Changzheng, menyebut tahun 2025 akan menjadi titik fokus penerapan nyata robot humanoid di sektor industri.
Namun, pelatihan AI untuk robot humanoid tidak semudah melatih model AI generatif seperti ChatGPT. Dibutuhkan data yang lebih spesifik dan berkaitan dengan interaksi fisik di dunia nyata.
Untuk itu, pemerintah Cina membantu membangun fasilitas pengumpulan data bersama startup Cina, AgiBot. Di tempat tersebut, ada sekitar 100 robot dan 200 operator yang bekerja setiap hari.
Semakin banyak robot yang digunakan di lapangan, data yang dikumpulkan pun semakin bertambah, yang bisa mempercepat pelatihan dan pengembangan AI untuk tugas-tugas seperti merakit barang, memeriksa kualitas, hingga menangani material.
Miliaran Yuan Digelontorkan Pemerintah
Lebih dari 20 miliar yuan atau sekitar Rp46 triliun digelontorkan dalam setahun terakhir oleh Pemerintah Cina untuk mendukung pengembangan robot dan AI. Bahkan ada rencana pendanaan besar-besaran senilai 1 triliun yuan (sekitar Rp2,3 kuadriliun) untuk membantu startup di bidang ini.
Tak hanya itu, pengadaan robot oleh instansi pemerintah juga melonjak tajam. Kota-kota seperti Shenzhen dan Wuhan juga memberi berbagai insentif, dari subsidi miliaran yuan hingga ruang kantor gratis.
Beberapa analis memprediksi, perkembangan robot humanoid bisa mengikuti jejak mobil listrik, yang harganya merosot drastis dalam satu dekade terakhir berkat dukungan pemerintah dan lonjakan produksi massal.
Saat ini, biaya rata-rata untuk membuat satu robot humanoid di Cina sekitar $35.000 (Rp582 juta), dan bisa turun menjadi $17.000 (Rp282 juta) pada 2030 jika seluruh komponen diproduksi di dalam negeri.
Cina memang punya keunggulan besar dalam hal rantai pasok. Sekitar 90% komponen robot bisa dibuat di dalam negeri. Tak heran, produsen robot Cina mendominasi pasar dan bisa menjual robot semurah 88.000 yuan (sekitar Rp200 juta-an).
Meski revolusi teknologi ini menjanjikan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi, kekhawatiran terhadap dampaknya terhadap tenaga kerja juga meningkat. Sekitar 123 juta orang saat ini bekerja di sektor manufaktur di Cina. Diperkirakan 70% tenaga kerja di sektor ini dapat terdampak oleh robotisasi.
Beberapa pejabat di Cina mengusulkan, robot humanoid dapat mengisi kekurangan tenaga kerja di bidang-bidang tertentu, seperti perawatan lansia, seiring dengan terus bertambahnya populasi lansia di Cina yang kini telah mencapai 1,4 miliar jiwa.
FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang