Volubit.id — Harga Bitcoin (BTC) masih bertengger di kisaran $110.000 pada Jumat, 29 Agustus 2025, setelah sempat jatuh ke titik terendah dalam enam minggu terakhir. Saat ini, [asar kripto masih dihantui kekhawatiran karena penambang Bitcoin dilaporkan telah melepas koin dalam jumlah besar.
Data dari Glassnode menunjukkan, antara 11–23 Agustus 2025, penambang menjual sebanyak 4.207 BTC senilai $485 juta atau sekitar Rp7,2 triliun. Aksi jual ini menjadi yang tercepat dalam sembilan bulan terakhir.
Padahal, pada periode April hingga Juli lalu, penambang masih menambah cadangan hingga 6.675 BTC. Kini, saldo penambang hanya tersisa 63.736 BTC dengan nilai lebih dari $7,1 miliar.

Aksi jual besar-besaran dari penambang Bitcoin ini memunculkan spekulasi apakah pasar sedang menghadapi ancaman lebih dalam atau sekadar penyesuaian balance.
Meski jumlahnya relatif kecil jika dibandingkan dengan akumulasi perusahaan besar seperti MicroStrategy atau Metaplanet, langkah penambang tetap memicu rasa ketakutan di kalangan investor.
Kekhawatiran semakin meningkat karena data HashRateIndex menunjukkan, meskipun harga Bitcoin naik 18% dalam sembilan bulan terakhir, profitabilitas penambang justru turun 10% akibat meningkatnya tingkat kesulitan mining dan melemahnya permintaan transaksi on-chain.

Saat ini, hashprice index Bitcoin berada di 54 PH/second, turun dari 59 PH/second pada bulan lalu. Meski begitu, kondisi ini masih jauh lebih baik dibanding awal tahun. Bahkan, rig populer seperti Bitmain S19 XP yang dirilis pada 2022 masih mampu mencetak keuntungan dengan tarif listrik $0,09/kWh.
Namun, di tengah tantangan profitabilitas, banyak perusahaan tambang kripto mulai melirik sektor Artificial Intelligence (AI). Misalnya, TeraWulf meneken kesepakatan senilai $3,2 miliar dengan Google untuk membangun pusat data AI di New York, sementara Iren (dulu Iris Energy) mengembangkan pusat data AI di Texas dan Kanada, dan Hive berinvestasi $30 juta untuk memperluas operasi GPU di Quebec.
Meski tren industri bergeser, fundamental Bitcoin tetap kuat. Hashrate jaringan Bitcoin bahkan hampir mencapai rekor tertinggi di 960 juta TH/second, naik 7% dalam tiga bulan terakhir. Kekuatan jaringan ini menjadi penopang yang menenangkan pasar, meskipun aksi jual dari penambang menimbulkan tanda tanya.
Hingga kini, sebenarnya belum ada bukti penambang berada dalam kondisi terpaksa melikuidasi cadangan mereka. Bahkan, jika penjualan terus berlanjut, arus dana masuk dari perusahaan besar dinilai cukup untuk menahan dampaknya.


