Volubit.id — Pasar kripto kembali bergolak menjelang masuknya bulan September. Bitcoin tercatat turun tipis 0,71 persen ke level sekitar 108.000 posisi yang merupakan titik terendah sejak awal Juli. Penurunan ini tidak terjadi sendirian. Etherereum (ETH), koin terbesar kedua, ikut melemah 1% ke $4.390, sementara XRP merosot 3,7% menjadi $2,7, dan Solana jatuh 2,7% ke $198,6 dolar.
Pergerakan harga ini memperkuat pandangan bahwa September memang bulan yang penuh tekanan bagi Bitcoin. Sejak 2013, data historis menunjukkan bulan kesembilan Masehi itu selalu mencatat rata-rata penurunan tertinggi dibanding bulan lainnya. Namun, ada pengecualian: pada 2022 dan 2023, Bitcoin masih berhasil mencatat kinerja positif.
Yes, Sept is historically the worst month.
But what everyone fails to say, is that Sept is followed by Bitcoin’s two strongest months:
• October: +21.2% median return (best month of the year)
• November: +10.8% (third best after Feb)Higher. pic.twitter.com/7eXRNIrIrK
— Ignas | DeFi (@DefiIgnas) August 31, 2025
Sejarah mencatat, meski September kerap menjadi bulan tersulit bagi Bitcoin, dua bulan berikutnya justru menjadi periode terkuat: Oktober dengan median kenaikan 21,2% dan November dengan 10,8%.
Faktor makroekonomi turut menambah beban pasar kripto. Rilis data Personal Consumption Expenditures (PCE) pekan lalu memperlihatkan inflasi inti di Amerika Serikat (AS) naik 2,9% pada Juli. Inflasi ini jadi angka tertinggi sejak Februari. Meski sesuai ekspektasi, data ini menekan harapan adanya pemangkasan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pertengahan September nanti.
Bagi investor kripto, kabar tersebut berarti peluang ketatnya kebijakan moneter masih terbuka lebar, sehingga minat risiko pun menurun.
Kondisi diperburuk oleh aksi jual besar dari whale Bitcoin yang memicu likuidasi posisi leverage secara beruntun. Sentimen ini membuat pelaku pasar kini menaruh perhatian pada laporan ketenagakerjaan non-farm payrolls (NFP) yang dijadwalkan pekan ini. Data tenaga kerja tersebut akan memberi sinyal penting terkait arah kebijakan bank sentral.
Jika pertumbuhan lapangan kerja lebih tinggi dari perkiraan, pasar kripto bisa kembali tertekan karena ekspektasi suku bunga tinggi akan bertahan. Sebaliknya, data yang lebih lemah bisa memberi napas segar bagi aset berisiko.
Tren pergeseran modal juga tampak dari arus keluar dana di produk Exchange-Traded Fund (ETF) berbasis Bitcoin maupun emas. Biasanya, jika investor keluar dari Bitcoin, dana akan masuk ke emas sebagai aset lindung nilai. Namun kali ini, keduanya justru sama-sama mencatat aliran keluar.
Data Ecoinometrics mencatat ETF Bitcoin membukukan enam hari berturut-turut penarikan dana dengan total hampir $2 miliar pada akhir Agustus, sementara ETF emas seperti GLDM kehilangan sekitar $449 juta dalam sepekan. Fenomena ini menandakan investor tengah mencari posisi aman di luar dua aset tersebut.
Kendati demikian, menjelang akhir Agustus terlihat tanda-tanda perbaikan. Baik ETF Bitcoin maupun emas sama-sama mulai mencatat arus masuk kembali, seakan memberi sinyal bahwa sentimen investor perlahan berbalik.


