Mengenal Konsep Wrapped Token, Solusi Interoperabilitas di Dunia Blockchain

Volubit.id — Saat ini ada 197 negara dengan sekitar 180 mata uang berbeda, serta ribuan bank yang beroperasi secara terpisah di dunia. Tanpa adanya jaringan pertukaran dan konektivitas antarbank, setiap orang akan kesulitan mengirim uang lintas bank, apalagi lintas negara.

Kondisi inilah yang pada awalnya juga terjadi di dunia blockchain. Sebelum hadirnya wrapped token, aset di satu blockchain tidak bisa digunakan secara langsung di blockchain lain sehingga setiap jaringan beroperasi layaknya “pulau terisolasi” tanpa jembatan penghubung.

Salah satu tantangan terbesar di dunia blockchain dan kripto adalah kurangnya interoperabilitas atau kemampuan berbagai blockchain untuk saling terhubung. Artinya, pengguna tidak bisa langsung memindahkan kripto dari blockchain X ke blockchain Y dan menggunakannya di sana. Secara desain, blockchain memang tidak bisa mendukung transfer aset lintas rantai.

Mengingat sebagian besar layanan decentralized finance (DeFi) berada di Ethereum, sementara koin dan token tersebar di banyak blockchain lain, dukungan lintas blockchain menjadi sangat penting untuk kripto dan DeFi.

Di sinilah wrapped token berperan. Berikut pengertian, cara kerja, hingga risiko wrapped token yang telah menjadi solusi interoperabilitas di dunia blockchain.

 

Apa itu wrapped token?

Wrapped token adalah token yang mewakili aset kripto lain di blockchain yang berbeda. Sederhananya, wrapped token memungkinkan token yang awalnya hanya bisa digunakan di satu blockchain, untuk dipakai di blockchain lain.

Contohnya, Bitcoin tidak bisa langsung digunakan di jaringan Ethereum karena keduanya memiliki sistem yang berbeda. Lalu dibuatlah Wrapped Bitcoin (wBTC), token ERC-20 yang nilainya sama dengan Bitcoin, yang bisa dipakai di jaringan Ethereum.

Dengan wBTC, pemilik Bitcoin bisa ikut berpartisipasi dalam aplikasi dan protokol DeFi di Ethereum, yang tidak bisa dilakukan dengan token BTC biasa.

Wrapped token biasanya memiliki nilai yang sama dengan token aslinya (1:1), artinya setiap 1 wrapped token selalu dijamin ada 1 token asli yang tersimpan sebagai cadangan. Wrapped token dibuat lewat proses yang melibatkan custodian atau smart contract sehingga sistemnya aman dan transparan.

Istilah “wrapping” hanyalah istilah figuratif untuk menjelaskan proses pencetakan atau pembuatan token baru yang nilainya berasal dari aset digital dasar.

Wrapped token memiliki berbagai penggunaan penting, terutama di dunia DeFi dan transaksi antar blockchain. Salah satu fungsinya adalah memberikan likuiditas di decentralized exchange (DEX) sehingga trading lintas blockchain menjadi lebih efisien.

Selain itu, wrapped token juga bisa dijadikan jaminan di platform pinjaman DeFi, yang memungkinkan pengguna meminjam dana tanpa harus menjual aset aslinya. Tidak hanya itu, wrapped token memungkinkan partisipasi dalam staking dan kegiatan governance sehingga membuka akses bagi pengguna untuk terlibat dalam aktivitas blockchain yang tidak bisa dilakukan dengan aset asli.

 

Cara Kerja Wrapped Token

Proses pembuatan wrapped token melibatkan beberapa tahapan:

  1. Locking (Mengunci): Aset kripto asli, misalnya BTC, disimpan dalam brankas digital yang aman, yang biasanya dikelola oleh custodian atau smart contract otomatis.
  2. Minting (Mencetak Token Wrapped): Setelah aset asli terkunci, jumlah token wrapped yang setara dicetak pada blockchain target, misalnya Ethereum.
  3. Redemption (Penukaran Kembali): Ketika pengguna ingin menukarkan token wrapped kembali menjadi aset asli, token wrapped dibakar (burn), dan aset asli dilepaskan dari brankas.

Alur ini memastikan setiap token wrapped sepenuhnya didukung oleh jumlah aset asli yang setara sehingga harga tetap stabil dan kepercayaan pengguna terjaga.

Dalam contoh wrapped Bitcoin (wBTC), ada tiga jenis entitas yang terlibat dalam proses wrapping BTC untuk membuat jumlah wBTC yang setara di Ethereum:

  1. Merchants: Entitas yang mengunci BTC untuk mencetak wBTC baru di Ethereum, atau sebaliknya, dan membakar wBTC untuk melepaskan BTC yang dikunci.
  2. Custodians: Entitas yang bertanggung jawab menjaga cadangan BTC di jaringan Bitcoin.
  3. Wrapped Tokens DAO: Sekelompok organisasi yang membentuk Decentralized Autonomous Organization (DAO) yang memutuskan secara kolektif custodian dan merchant mana yang dapat ditambahkan atau dihapus dari wBTC Network. Keputusan ini dilakukan melalui multi-sig wallet.

Meski wBTC menggunakan model DAO untuk menjamin keamanan dan desentralisasi, wrapped dapat diterbitkan baik oleh entitas terpusat maupun smart contract.

Namun, sebagian besar pendukung DeFi menyarankan tidak menggunakan wrapped yang dikelola entitas terpusat, karena entitas pusat dapat ‘menipu’ pengguna dengan memanipulasi cadangan aset, yang menentukan nilai wrapped token. Dalam situasi seperti ini, wrapped token bisa kehilangan nilai signifikan dalam waktu singkat.

Selain WBTC, terdapat wrapped token lain seperti WETH, WMATIC, renBTC, WFTM. Di ekosistem DeFi, ada berbagai platform wrapper yang menerbitkan token semacam ini.

 

Contoh Wrapped Token


1. Wrapped Bitcoin (wBTC)

Wrapped Bitcoin (wBTC) adalah wrapped token pertama di dunia yang mulai digunakan pada 31 Januari 2019, atas inisiatif bersama tiga entitas Web3, yakni Kyber, Ren, dan BitGo, dari total 15 entitas yang membentuk Wrapped Tokens DAO. Mereka bertanggung jawab mencetak dan membakar wBTC, serta menambah atau menghapus merchant dan custodian.

Saat ini, ada 65 proyek, protokol, dan perusahaan yang menjadi bagian dari Wrapped Bitcoin Network, termasuk platform lending, borrowing, decentralized exchange, dan custodian terpusat. wBTC kini menjadi bagian penting dari banyak platform dan aplikasi, mulai dari DeFi hingga berbagai layanan lainnya.

Pengguna juga dapat dengan mudah menukar ERC-20 token mereka menjadi wBTC dan sebaliknya, karena wBTC berfungsi seperti token Ethereum biasa. wBTC kini juga tersedia di Solana, Tron, Fantom, Near Protocol, Base, Kava, dan Osmosis.

2. Wrapped Ethereum (wETH)

Saat ini, total value locked (TVL) di ekosistem DeFi telah mencapai lebih dari $42 miliar, yang lebih dari $25 miliar di antaranya berada di Ethereum. Angka ini membuat Ethereum menjadi ekosistem DeFi terbesar dan paling dominan di industri kripto.

Kondisi tersebut juga mendorong hampir semua proyek kripto membuat token mereka kompatibel dengan standar ERC-20, standar teknis token di jaringan Ethereum yang memungkinkan integrasi dengan berbagai aplikasi DeFi, seperti DEX, lending, staking, maupun yield farming.

Namun, tentunya tidak semua aset kripto kompatibel dengan ERC-20. Wrapped token kemudian memungkinkan token dari blockchain lain untuk hadir dalam bentuk yang sesuai dengan standar ERC-20 sehingga proyek tetap bisa memanfaatkan kecepatan dan skalabilitas blockchain asal mereka dan pengguna tetap bisa mengakses likuiditas serta aplikasi DeFi di Ethereum.

ETH sendiri diketahui dibuat sebelum standar ERC-20 ditetapkan sehingga tidak sepenuhnya kompatibel dengan smart contract berbasis ERC-20. Untuk mengatasi hal ini, digunakan versi Wrapped Ether (wETH).

wETH adalah representasi ERC-20 dari ETH. Dengan wETH, ETH dapat diperdagangkan, dipinjamkan, atau digunakan di protokol DeFi Ethereum yang berbasis ERC-20.

3. Coinbase Wrapped Bitcoin (cbBTC)

cbBTC atau Coinbase Wrapped Bitcoin pertama kali diperkenalkan oleh Coinbase pada September 2024 sebagai cara baru untuk membawa Bitcoin masuk ke ekosistem DeFi. Seperti halnya wrapped token lain, cbBTC hadir untuk menjawab keterbatasan Bitcoin yang tidak mendukung smart contract, termasuk di jaringan baru seperti Base yang dikembangkan oleh Coinbase sendiri.

Setiap cbBTC mewakili 1 BTC asli yang disimpan oleh Coinbase sebagai kustodian, sehingga nilainya dijamin 1:1. Dengan format token ERC-20 di Ethereum atau SPL di Solana, cbBTC bisa dipakai untuk berbagai aktivitas DeFi, mulai dari menjadi jaminan pinjaman, menyediakan likuiditas di DEX, hingga staking dan governance.

Meski menawarkan banyak manfaat, cbBTC juga memiliki sejumlah risiko. Pengguna harus mempercayai Coinbase sebagai pihak penyimpan aset dasar sehingga ada risiko bila terjadi masalah keamanan atau regulasi. Di samping itu, adopsi cbBTC masih bergantung pada dukungan protokol DeFi dan exchange kripto, sehingga likuiditasnya bisa terbatas pada tahap awal.

Beberapa bulan setelah itu, tepatnya Desember 2024, Coinbase mengumumkan mendelisting wBTC (Wrapped Bitcoin) dari platformnya. Alasannya, wBTC dianggap tidak lagi memenuhi standar pencatatan, ditambah adanya kekhawatiran terkait afiliasi proyek tersebut dengan Justin Sun yang dinilai menimbulkan “risiko tak dapat diterima.”

Keputusan ini memicu kontroversi, karena penerbit wBTC menuduh Coinbase melakukan praktik anti persaingan dengan cara menghapus wBTC sekaligus mendorong cbBTC sebagai penggantinya.

 

Kelebihan Wrapped Token

Wrapped token memberikan sejumlah keuntungan dalam ekosistem blockchain. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi penggunaan aset kripto, tetapi juga membuka peluang baru dalam dunia DeFi. Beberapa manfaat utamanya antara lain:

1. Interoperabilitas yang Lebih Baik

Wrapped token menjembatani berbagai blockchain yang sebelumnya terisolasi. Dengan adanya interoperabilitas ini, aset bisa bergerak bebas lintas jaringan sehingga pengguna dapat mengakses lebih banyak aplikasi dan protokol. Hal ini mendorong lahirnya inovasi baru dalam DeFi.

2. Likuiditas yang Lebih Tinggi

Dengan memungkinkan aset digunakan di berbagai blockchain, wrapped token memperluas likuiditas pasar. Semakin banyak aset yang tersedia di berbagai ekosistem, semakin baik pula kondisi untuk trading, lending, dan borrowing di DeFi.

3. Perluasan Akses dan Kasus Penggunaan DeFi

Wrapped token membuka peluang bagi pengguna untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas DeFi—seperti staking, yield farming, lending, dan liquidity provision, bahkan di blockchain yang sebelumnya tidak mendukung aset asli mereka.

4. Potensi Biaya Transaksi yang Lebih Rendah

Dalam beberapa kasus, wrapped token memungkinkan pengguna memanfaatkan blockchain tujuan yang lebih efisien. Dengan begitu, mereka dapat mengurangi biaya transaksi tanpa kehilangan eksposur terhadap aset aslinya.

 

Risiko dan Keterbatasan Wrapped Token

Meskipun wrapped token memberikan manfaat besar dalam hal interoperabilitas, likuiditas, dan perluasan penggunaan aset lintas blockchain, teknologi ini juga memiliki sejumlah risiko dan keterbatasan yang perlu dipahami oleh pengguna.

1. Ketergantungan pada Custodian atau Smart Contract

Sistem wrapped token biasanya melibatkan pihak custodian atau smart contract untuk menyimpan aset asli dan menerbitkan token wrapped. Jika custodian bermasalah, diretas, atau smart contract mengandung celah keamanan, aset pengguna bisa terancam hilang.

Jika terjadi kesalahan dalam proses wrapping, baik karena bug teknis maupun kesalahan operasional, aset asli yang dikunci juga bisa hilang atau tidak dapat diakses kembali.

2. Kompleksitas Proses

Untuk sebagian pengguna, terutama pemula, proses penggunaan wrapped token bisa terasa rumit. Hal ini karena melibatkan interaksi dengan beberapa platform, protokol DeFi, maupun wallet yang berbeda.

3. Biaya Transaksi


Meskipun wrapped token kadang memberikan akses ke blockchain dengan biaya lebih rendah, tidak jarang biaya transaksi di blockchain tujuan justru tinggi, terutama saat jaringan padat, misalnya di Ethereum.

4. Masalah Regulasi


Dengan semakin meningkatnya aktivitas lintas-rantai, regulator global mulai memperhatikan protokol dan entitas yang berada di balik wrapped token. Hal ini berpotensi menimbulkan kendala kepatuhan di masa depan, tergantung pada aturan yang berlaku di tiap yurisdiksi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *