Bitcoin Berpeluang Cetak Rekor Baru, ETF dan Meredanya Distribusi LTH Jadi Kunci

Volubit.id — Aksi ambil untung investor usai pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dua pekan lalu mendorong harga Bitcoin turun ke level $109.000. Angka ini berada di bawah cost basis pemegang jangka pendek/short-term holders (STH) di level $111.600.

Namun, penurunan tersebut langsung direspons pasar dengan aksi beli yang kuat sehingga harga kembali pulih melewati $120.000.

Platform analitik on-chain Glassnode mengungkapkan, rebound harga ini menunjukkan pentingnya cost basis STH sebagai titik penentu arah pasar. Sejak Mei 2025, level ini sudah lima kali terbukti menjadi batas penentu antara tren naik (bullish) dan tren turun (bearish).

Setiap kali level ini mampu bertahan, kepercayaan STH semakin menguat, sekaligus menunjukkan betapa sensitifnya modal jangka pendek terhadap titik ini. Jika harga dapat bertahan di atas $111.600, peluang kenaikan lebih lanjut tetap terbuka, meskipun tidak ada jaminan tren bullish akan berlanjut secara konsisten.

Meski harga berhasil rebound, menjaga momentum kenaikan tidaklah mudah. Saat ini, pergerakan naik Bitcoin masih berhadapan dengan zona supply padat yang terbentuk sejak akhir Agustus di kisaran $114.000–$118.000.

Para investor yang membeli di level tinggi ini bisa saja memanfaatkan kenaikan sebagai kesempatan untuk menjual di titik impas dengan sedikit keuntungan. Aksi tersebut tentu saja dapat menciptakan tekanan jual besar.

Untuk menembus hambatan ini, pasar harus menunjukkan kekuatan permintaan yang mampu menyerap tekanan jual. Jika Bitcoin bisa stabil di atas $118.000 seperti saat ini, maka akan menjadi sinyal bahwa dorongan beli cukup kuat untuk membuka peluang menuju rekor harga baru (ATH).

Seiring meredanya aktivitas spekulatif, sentimen pasar juga ikut berubah. Bitcoin Fear & Greed Index turun tajam, dari kondisi Greed (serakah) yang bertahan sejak awal tahun, kini bergeser ke zona Fear (takut) dan Netral. Pergeseran ini menunjukkan adanya aksi ambil untung, penurunan minat risiko, serta sikap yang lebih berhati-hati dari para pelaku pasar.

Meski penurunan sentimen ini bisa menekan momentum dalam jangka pendek, biasanya kondisi seperti ini membantu menghapus optimisme berlebihan dan menciptakan fondasi pasar yang lebih sehat. Indeks saat ini menunjukkan pasar sedang berada dalam fase konsolidasi, sambil menunggu munculnya keyakinan baru sebelum menentukan arah pergerakan berikutnya.

Selain tekanan dari zona supply STH, distribusi dari pemegang jangka panjang/long-term holders (LTH) juga memainkan peran penting. Dalam beberapa pekan terakhir, LTH menjadi salah satu sumber utama pasokan, dengan banyak yang merealisasikan keuntungan saat harga naik.

Namun kini, indikator Long-Term Holders Net Position Change (3D) Glassnode mulai bergerak ke arah netral. Artinya, laju distribusi (aksi jual) dari kelompok ini mulai melambat.

Redanya tekanan jual ini menunjukkan, fase profit-taking dari LTH kemungkinan sudah mulai berakhir. Dengan begitu, arah pasar ke depan bisa lebih banyak ditentukan oleh exchange-traded fund (ETF) dan aliran dana baru yang masuk ke ekosistem Bitcoin.

ETF Bitcoin Spot di Amerika Serikat tetap menjadi poros utama dalam struktur pasar. Setelah periode gejolak yang ditandai arus masuk besar pada pertengahan September diikuti arus keluar beruntun, data terbaru menunjukkan kembalinya arus masuk bersih.

Minat institusional ini menegaskan daya tarik Bitcoin tetap kuat meski volatilitas tinggi. Jika stabilisasi arus ETF sejalan dengan meredanya distribusi LTH, kombinasi ini bisa menjadi katalis penting dalam menopang harga serta membuka ruang bagi kenaikan yang lebih berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *