Pengertian Low Float High FDV dalam Kripto, Cara Kerja dan Contoh Proyeknya

Volubit.id — Setiap kali ada proyek kripto baru meluncur, selalu ada cerita tentang harga token yang melonjak drastis di awal. Salah satu penyebabnya adalah skema yang dikenal dengan istilah low float high FDV. Di balik istilah teknis itu, ada mekanisme sederhana: jumlah token yang beredar sedikit, tapi valuasi dihitung seolah-olah seluruh suplai sudah eksis. Inilah resep klasik pencetak euforia pasar.

Fenomena ini kerap muncul pada token baru yang diluncurkan dengan kapitalisasi pasar masa depan (FDV, atau Fully Diluted Valuation) yang sangat tinggi, sementara jumlah token yang beredar di pasaran (circulating supply atau float) justru kecil. Akibatnya, harga token terlihat mahal dan bisa menciptakan dinamika pasar yang menipu.

Istilah low float high FDV kini jadi bahan diskusi hangat di kalangan investor, terutama setelah beberapa proyek besar meluncurkan token dengan pola distribusi seperti ini. Pertanyaannya, apa sebenarnya makna di balik konsep ini, dan bagaimana cara kerjanya?

Low Float High FDV dalam Kripto

Secara sederhana, istilah ini terdiri dari dua bagian. Float adalah jumlah token yang sudah beredar di pasar dan bisa diperdagangkan. Sementara itu, FDV (Fully Diluted Valuation) adalah nilai kapitalisasi pasar sebuah token jika semua suplai totalnya sudah beredar.

Low float high FDV berarti situasi di mana token yang bisa diperdagangkan jumlahnya sangat sedikit, tetapi valuasi penuh yang dihitung dari total suplai token justru sangat besar. Misalnya, sebuah proyek kripto merilis hanya 5% token ke publik, sementara 95% sisanya masih terkunci untuk tim, investor awal, atau dialokasikan untuk insentif. Namun, harga token di pasar membuat FDV proyek tersebut terlihat mencapai miliaran dolar.

Kondisi ini sering menimbulkan paradoks. Di satu sisi, investor ritel melihat proyek itu seolah sangat bernilai tinggi karena FDV-nya fantastis. Namun di sisi lain, harga token yang diperdagangkan bisa jadi hasil dari pasokan yang terbatas, sehingga mudah dimanipulasi. Inilah mengapa istilah low float high FDV sering dianggap sebagai “perangkap likuiditas” bagi mereka yang tidak berhati-hati.

Bagaimana Cara Kerjanya?

Untuk memahami cara kerjanya, mekanisme low float high FDV sebetulnya cukup sederhana, tetapi dampaknya bisa sangat besar. Ketika sebuah proyek kripto meluncurkan token dengan suplai kecil yang bisa diperdagangkan, hukum permintaan dan penawaran langsung berlaku. Karena jumlah yang tersedia terbatas, harga token bisa naik dengan cepat meski permintaan sebenarnya tidak terlalu besar. Dari sini, valuasi penuh proyek — jika dihitung dengan asumsi semua token sudah beredar — tampak sangat tinggi.

Tapi, masalah mulai muncul ketika token yang masih terkunci dilepaskan ke pasar. Proses ini dikenal dengan istilah token unlock. Ketika suplai bertambah, tekanan jual meningkat, dan harga token bisa jatuh drastis. Investor yang masuk di awal dengan ekspektasi FDV raksasa bisa saja menghadapi kerugian besar karena tidak memperhitungkan risiko pelepasan suplai ini.

Dengan kata lain, low float high FDV bekerja seperti gelembung kecil dalam ekosistem kripto. Ia menciptakan ilusi nilai tinggi, tetapi di baliknya ada potensi risiko besar. Bagi trader atau investor pemula, penting memahami bahwa angka FDV bukan jaminan kualitas proyek. Yang lebih penting adalah distribusi token, jadwal unlock, serta likuiditas nyata di pasar.

Fenomena ini mirip dengan saham perusahaan yang hanya melepas sebagian kecil sahamnya ke publik melalui IPO. Harga saham bisa melesat karena pasokan terbatas, tetapi ketika perusahaan mulai menjual lebih banyak saham, harga akan menyesuaikan dengan realitas. Dalam kripto, siklus ini bisa terjadi lebih cepat dan lebih ekstrem karena sifat pasar yang 24 jam penuh dan cenderung spekulatif.

Contoh Proyek dengan Low Float High FDV

Fenomena ini bukan sekadar teori. Beberapa proyek kripto besar dalam satu hingga dua tahun terakhir memberi gambaran nyata betapa berisikonya low float high FDV.

1. Wormhole (W)

Diluncurkan dengan FDV sekitar $15 miliar di awal April 2024, proyek cross-chain bridge ini mengalami penurunan lebih dari 90% menjadi sekitar $1,1 miliar pada Oktober 2025, mencerminkan tantangan dump pasca-hype awal di mana float rendah tidak mampu bertahan terhadap tekanan jual.

2. Starknet (STRK)

Pada akhir Februari 2024, FDV proyek layer (L2) Starknet mencapai $20 miliar, tapi kini turun ke sekitar $1,4 miliar pada Oktober 2025, dengan unlock token besar seperti 127 juta STRK pada 15 Oktober 2025 yang memperburuk volatilitas dan menekan harga di bawah $0,15 per token.

3. World Liberty Financial (WLFI)

Proyek DeFi yang diluncurkan dengan FDV $20-$30 miliar di awal September 2025, saat ini masih bertahan di sekitar $20 miliar dengan harga token sekitar $0,20 dan circulating supply tinggi (sekitar 24 miliar token), tapi berpotensi menghadapi dump jika vesting insider aktif, mirip tren low float lainnya.

4. Plasma (XPL)

Saat TGE pada 25 September 2025, FDV sempat menyentuh $15 miliar sebagai blockchain Layer 1 untuk stablecoin dengan TVL awal meledak hingga miliaran, tapi kini turun ke sekitar $9 miliar, di tengah kontroversi insider sales dan fluktuasi harga yang diprediksi rendah di Oktober 2025.

5. DoubleZero (2Z)

Baru TGE pada 2 Oktober 2025 dengan FDV puncak $15 miliar, proyek ini cepat turun di bawah $5 miliar (sekitar $5,39 miliar) hanya dalam hitungan hari, dengan harga token $0,53 dan market cap $2,49 miliar awal, menunjukkan risiko klasik low float di mana hype listing di exchange besar seperti Binance tidak cukup menahan tekanan jual.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *