Tekanan Jual Investor Lama dan Arus Keluar ETF Seret Bitcoin ke Zona Risiko

Volubit.id — Harga Bitcoin akhirnya jatuh di bawah ambang penting $100.000, pada 5 November 2025. Penurunan ini menandakan berkurangnya minat beli baru dan meningkatnya tekanan jual dari investor lama, yang memperkuat sinyal bahwa pasar mulai bergerak menjauh dari fase bullish yang telah berlangsung sejak awal tahun.

Data on-chain terbaru dari platform analitik Glassnode menunjukkan, Bitcoin tengah menguji batas bawah pasar setelah periode konsolidasi panjang sejak Oktober.

Pada level harga saat ini, sekitar 71% dari total suplai Bitcoin masih berada dalam posisi untung. Namun, karena persentase itu hanya sedikit di atas 70%, posisinya berada di batas bawah dari kisaran normal 70%–90% atau rentang yang biasanya terjadi saat pasar mulai kehilangan momentum setelah fase kenaikan kuat (fase mid-cycle slowdown).

“Pasar berada di zona netral yang rapuh. Jika tekanan jual berlanjut, harga bisa bergerak menuju level dukungan yang lebih dalam sebelum potensi pemulihan muncul kembali,” tulis Glassnode dalam laporan mingguan terbarunya, 5 November 2025.

Kerugian Masih Terkendali, Tapi Risiko Meningkat

Meski harga turun signifikan, data menunjukkan tingkat kerugian belum mencapai level yang mengkhawatirkan. Metrik Relative Unrealized Loss, yang mengukur total kerugian belum terealisasi (unrealized loss) dibandingkan kapitalisasi pasar, saat ini berada di kisaran 3,1%.

Angka tersebut masih tergolong moderat jika dibandingkan dengan fase pasar bearish 2022–2023, ketika rasio kerugian menembus 10%. Kondisi ini mengindikasikan tekanan jual saat ini masih dalam batas wajar dan belum mengarah pada kapitulasi massal.

Namun, analis memperingatkan jika tren penurunan berlanjut hingga mendorong rasio kerugian melewati ambang 10%, pasar berpotensi memasuki fase bearish yang lebih dalam.

Investor Lama Terus Lakukan Distribusi

Tekanan terbesar kini datang dari kelompok pemegang jangka panjang (Long-Term Holders/LTH). Sejak Juli 2025, total pasokan Bitcoin yang dimiliki kelompok ini telah berkurang sekitar 300.000 BTC, turun dari 14,7 juta menjadi 14,4 juta BTC.

Berbeda dengan gelombang distribusi sebelumnya di awal siklus, saat investor lama menjual ketika harga naik (selling into strength), kali ini penjualan justru terjadi saat harga turun (selling into weakness).

Perubahan perilaku ini, menurut para analis, menunjukkan keletihan psikologis di kalangan investor lama. Sebagian LTH tampak mulai kehilangan keyakinan terhadap potensi kenaikan harga dalam jangka pendek, dan memilih melepas kepemilikan mereka meski pasar belum pulih sepenuhnya.

Lebih jauh, data on-chain menunjukkan adanya fenomena yang disebut “quiet distribution” atau proses distribusi yang berlangsung tanpa gejolak harga besar, namun secara perlahan menambah tekanan jual di pasar.

Sejak pertengahan tahun, LTH tercatat telah menjual sekitar 2,4 juta BTC, atau sekitar 12% dari total suplai yang beredar. Sebagian besar tekanan ini tertutupi oleh koin baru yang matang dan menjadi kepemilikan jangka panjang sehingga penurunan pasokan hanya terlihat kecil di permukaan.

Permintaan Institusional Melemah

Di sisi lain, pelemahan juga tampak di sektor institusional. Dalam dua pekan terakhir, ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat mencatat arus keluar bersih (net outflows) yang konsisten, berkisar antara $150 juta hingga $700 juta per hari.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan arus masuk besar yang terjadi sepanjang September hingga awal Oktober, ketika dana institusional menjadi salah satu pendorong utama stabilitas harga Bitcoin.

“Institusi mulai mengambil posisi defensif setelah periode akumulasi agresif beberapa bulan terakhir. Kombinasi aksi ambil untung dan menurunnya ekspektasi jangka pendek menjadi alasan utama di balik arus keluar ini,” tulis laporan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *