Ancaman Komputer Kuantum Mengintai, Pengembang Bitcoin Usulkan QRAMP

Volubit.id — Seiring dengan semakin majunya pengembangan komputer kuantum yang berpotensi meretas sistem kriptografi, para pengembang Bitcoin mulai berlomba melindungi aset kripto terbesar di dunia itu.

Salah satu solusi diusulkan oleh pengembang Bitcoin asal Chili, Agustin Cruz, dalam Bitcoin Improvement Proposal (BIP) terbaru. Ia mengusulkan adanya migrasi ke alamat baru bernama Quantum-Resistant Address Migration Protocol (QRAMP), yang didesain untuk memberikan perlindungan jangka panjang terhadap potensi serangan.

Saat ini, pengiriman Bitcoin diharuskan menggunakan tanda tangan digital untuk membuktikan kepemilikan koin. Proses ini mengandalkan metode kriptografi bernama Elliptic Curve Digital Signature Algorithm (ECDSA), yang pada prinsipnya bisa dibobol oleh komputer kuantum yang sangat kuat.

Menurut Cruz, protokol QRAMP menawarkan pendekatan berbeda dengan menyembunyikan public key pengguna sampai koin benar-benar digunakan. Artinya, komputer kuantum tidak bisa menargetkan serangan terhadap public key sampai momen transaksi dilakukan dan koin sudah berpindah.

Ia mendorong pengguna untuk memindahkan Bitcoin dari alamat lama yang menggunakan ECDSA ke alamat baru yang quantum-resistant, sebelum tenggat waktu tertentu. Tujuannya untuk mencegah kemungkinan adanya serangan kuantum massal terhadap jaringan Bitcoin.

“Yang paling saya khawatirkan adalah risiko sistemik, sebagian besar nilai Bitcoin, terutama koin yang disimpan di alamat lama yang public key-nya sudah terekspos, bisa tiba-tiba rentan secara bersamaan,” ujar Cruz, dikutip dari Decrypt.

Menurutnya, mengusulkan perubahan protokol merupakan langkah yang penting untuk mengatasi risiko kerentanan, ketimbang panik nanti ketika krisis serangan terjadi.

Isi dari proposal ini mencakup upgrade Bitcoin code, wallet, serta alat pemantauan. Cruz juga merancang uji coba melalui testnet, peluncuran bertahap, dan opsi cadangan jika terjadi kesalahan.

Namun, tantangan terbesar bukanlah dari aspek teknis, melainkan sosial. Menurut Cruz, usulan ini bisa jadi menghadapi penolakan karena memiliki risiko kehilangan dana bagi pengguna dan bahkan hard fork.

“Kita perlu menyampaikan risiko yang akan diterima jika tidak melakukan apa-apa dibandingkan dengan risiko dari QRAMP. Juga, memberi waktu migrasi yang sangat panjang agar pengguna tidak kehilangan dana, serta memastikan alat migrasi yang mudah digunakan tersedia di wallet dan didukung oleh exchange,” katanya.

Para pakar menyatakan, superkomputer klasik tercanggih saat ini, seperti El Capitan, membutuhkan waktu miliaran tahun untuk meretas kriptografi Bitcoin. Namun, komputer kuantum di masa depan diprediksi bisa memecahkan algoritma kriptografi dalam hitungan jam.

“Bagi saya ini soal manajemen risiko. Jika serangan kuantum benar-benar terjadi, dampaknya bisa menghancurkan seluruh nilai Bitcoin. Jadi meskipun kemungkinannya rendah dalam waktu dekat, tingkat bahayanya cukup besar untuk layak diantisipasi dari sekarang,” ungkapnya.

Cruz bukan satu-satunya yang menyuarakan kekhawatiran soal ancaman kuantum dalam ekosistem blockchain. Pada Maret 2024, pendiri Ethereum, Vitalik Buterin, mengusulkan hard fork untuk melindungi Ethereum dari risiko serupa.

Buterin mengatakan, jika serangan terjadi, Ethereum bisa pulih melalui fork. Pengguna cukup memperbarui perangkat lunak wallet mereka.

Rencana Buterin ini dilakukan dengan cara membalik blok setelah serangan, menghentikan transaksi tertentu, dan memperkenalkan validasi quantum-resistant.

Sementara para pengembang Solana juga dilaporkan merilis fitur Winternitz Vault pada Januari lalu. Fitur ini diklaim tahan terhadap serangan kuantum.

Winternitz Vaul menghasilkan 32 private key, meng-hash masing-masing sebanyak 256 kali untuk membuat public key, dan hanya menyimpan hash-nya demi keamanan. Setiap transaksi akan mereset kunci ke yang benar-benar baru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *