Volubit.id — Istilah Kimchi Premium cukup populer di industri kripto, terutama bagi trader arbitrase. Namanya diambil dari nama hidangan khas Korea Selatan yang terbuat dari fermentasi sawi putih, kucai, atau lobak.
Meski demikian, istilah ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan penganan. Kimchi premium adalah selisih harga kripto yang terjadi di exchange-exchange Korea Selatan dengan exchange internasional. Selisih ini paling sering terlihat pada harga Bitcoin (BTC).
Biasanya harga Bitcoin di exchange Korea Selatan lebih tinggi dibandingkan dengan harga Bitcoin di exchange di Amerika Serikat (AS) atau Eropa. Selisih inilah yang menciptakan peluang bagi perdagangan arbitrase.
Arbitrase adalah strategi perdagangan yang memanfaatkan perbedaan harga suatu aset yang sama di berbagai pasar atau exchange. Tujuannya adalah untuk membeli aset di satu tempat dengan harga lebih rendah dan menjualnya di tempat lain dengan harga lebih tinggi sehingga mendapatkan keuntungan dari selisih harga tersebut.
Aset kripto seperti Bitcoin diketahui merupakan aset terdesentralisasi, yang berarti tidak diperdagangkan di bursa pusat seperti saham. Hal ini membuat harga kripto dapat bervariasi di berbagai belahan dunia.
Ketika harga di satu exchange secara konsisten lebih tinggi dibandingkan dengan exchange lain, berarti exchange tersebut memiliki harga ‘premium’. Oleh karena itu, karena Bitcoin umumnya diperdagangkan lebih tinggi di exchange Korea Selatan, muncullah sebutan kimchi premium.
Sejarah Kimchi Premium
Menurut laporan University of Calgary Kanada, kimchi premium pertama kali muncul di pasar kripto pada 2016. Penelitian menunjukkan, pada periode awal 2016 hingga awal 2018, rata-rata kimchi premium mencapai sekitar 4,80% dan bahkan hampir menyentuh 55% pada Januari 2018.
Perdagangan aset kripto memang cukup populer di Korea Selatan. Negara ginseng ini dianggap lebih mudah menerima aset digital karena ketertarikan penduduknya terhadap teknologi dan judi.
Selain itu, faktor keamanan terkait ancaman dari Korea Utara juga berperan dalam meningkatnya popularitas kripto di Korea Selatan. Bitcoin dan kripto cenderung lebih disukai di negara atau wilayah yang menghadapi ketidakpastian politik dan memiliki risiko geopolitik.
Daya tarik utama kripto tentunya terletak pada sifat terdesentralisasi, yang berarti tidak dimiliki atau dikendalikan oleh entitas terpusat seperti pemerintah.
Kepopuleran Bitcoin inilah yang diduga menjadi pemicu munculnya harga premium di Korea Selatan jika dibandingkan dengan harga di negara lain. Peningkatan kimchi premium menunjukkan adanya peningkatan investasi Bitcoin dari investor ritel Korea Selatan.
Kimchi premium juga banyak dimanfaatkan oleh beberapa investor, yang mencoba meraup keuntungan dengan memperdagangkan perbedaan harga Bitcoin di berbagai exchange, yang dikenal dengan strategi perdagangan arbitrase.
Peluang arbitrase yang dihasilkan dari kimchi premium dapat dimanfaatkan dengan membeli Bitcoin di exchange internasional dan kemudian menjualnya di exchange Korea Selatan yang harganya lebih tinggi.
Namun, trader Korea Selatan harus terlebih dahulu menukar mata uang won ke mata uang lain, seperti dolar AS, untuk membeli Bitcoin di exchange internasional. Setelah itu, baru mereka dapat menjual Bitcoin mereka di exchange Korea Selatan dengan harga yang lebih tinggi.
Kimchi Premium, Perdagangan Arbitrase, dan Kontrol Pemerintah
Dilansir Investopedia, meski perdagangan arbitrase cukup populer, Pemerintah Korea Selatan mencoba untuk memblokir strategi ini dengan melakukan capital control dan mengeluarkan regulasi keuangan serta undang-undang anti pencucian uang.
Capital control atau pengawasan modal adalah langkah yang diambil oleh bank sentral dan lembaga regulasi pemerintah untuk membatasi aliran uang yang masuk dan keluar dari suatu negara. Jika sejumlah besar uang keluar dari suatu negara akibat peristiwa geopolitik atau gejolak ekonomi, penjualan besar-besaran aset domestik dapat menghancurkan perekonomian lokal.
Pemerintah Korea Selatan telah menerapkan capital control sejak 2010 saat terjadi krisis keuangan global dan krisis utang Eropa. Kebijakan ini dibuat untuk mengurangi fluktuasi atau volatilitas aliran modal ekstrem yang dapat merugikan perekonomian negara.
Jumlah uang yang dapat dipindahkan keluar negeri setiap tahun dibatasi dan harus disetujui oleh regulator. Bahkan jika regulator menyetujui transfer tersebut, prosesnya bisa memakan waktu cukup lama sehingga peluang arbitrase sudah sangat sulit.
Capital control juga membatasi masuknya kripto oleh investor asing sehingga orang Korea hanya bisa menggunakan mata uang digital tersebut di dalam negeri.
Jika seorang trader Korea Selatan memutuskan untuk menukar mata uang mereka dengan mata uang asing untuk membeli Bitcoin di exchange luar negeri, jumlah transaksinya juga kemungkinan akan dibatasi. Regulator bahkan bisa memblokirnya jika ada kecurigaan terjadinya pencucian uang.
Regulasi pemerintah Korea Selatan terhadap perdagangan kripto ini sempat menyebabkan penurunan harga Bitcoin besar-besaran pada Januari 2018. Saat itu Bitcoin kehilangan nilai hampir 25% dalam sepekan karena Korea Selatan adalah pasar terbesar ketiga di dunia untuk perdagangan Bitcoin, setelah Jepang dan AS.
FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang