Volubit.id — Federal Bureau of Investigation (FBI) dilaporkan menggerebek rumah CEO Polymarket Shayne Coplan, pada 13 November 2024. Dari penggerebekan ini, ponsel dan beberapa perangkat elektronik milik pria 26 tahun tersebut disita.
New York Post melaporkan, petugas FBI mengetuk pintu apartemen Coplan di Manhattan, New York, pada pukul 06.00 pagi waktu setempat, tanpa alasan yang jelas. Insiden ini telah dikonfirmasi oleh juru bicara Polymarket.
Kepada Cointelegraph, jubir Polymarket menduga penggerebekan dan penyitaan ponsel yang dialami Coplan merupakan aksi balas dendam politik dari pemerintahan Presiden Joe Biden karena Polymarket telah memberikan prediksi yang akurat terkait hasil pemilihan Presiden AS 2024.
“Polymarket adalah pasar prediksi yang sepenuhnya transparan, yang membantu masyarakat lebih memahami peristiwa penting,” kata dia.
“Kami tidak membebankan fee, tidak mengambil trading position, dan membebaskan pengamat dari seluruh dunia untuk menganalisis semua data pasar sebagai barang publik,” ujar jubir tersebut.
Meski menyita beberapa barang, FBI tidak menahan Coplan. “Kami menantikan kesempatan untuk membela diri,” tambah sang jubir.
Beberapa saat setelah penggerebekan, Coplan langsung menulis beberapa cuitan di X. Menurutnya, aksi tersebut cukup mengecewakan, padahal Polymarket berkomitmen untuk menjadi non-partisan.
“Para petahana seharusnya melakukan refleksi diri dan memahami bahwa pendekatan yang lebih pro-bisnis dan pro-startup mungkin akan mengubah nasib mereka dalam pemilu ini,” tulis Coplan.
It’s discouraging that the current administration would seek a last-ditch effort to go after companies they deem to be associated with political opponents. We are deeply committed to being non-partisan, and today is no different, but the incumbents should do some self-reflecting…
— Shayne Coplan 🦅 (@shayne_coplan) November 13, 2024
Penggerebekan ini terjadi sepekan setelah Donald Trump dari Partai Republik berhasil memenangkan pemilihan presiden AS dalam kemenangan telak. Polymarket mencatat nilai taruhan fantastis hingga $3,7 miliar hanya pada kategori “Pemenang Pemilihan Presiden 2024,” yang membuat para pakar menyoroti besarnya pengaruh platform ini.
Sebenarnya warga negara AS dilarang ikut bertaruh pada platform tersebut. Namun, mereka tetap dapat menghindari larangan ini dengan memanfaatkan virtual private networks (VPN).
Sebelum popularitasnya meningkat, Polymarket pernah dikenai denda sebesar $1,4 juta oleh Commodity Futures Trading Commission (CFTC) AS pada Januari 2022 karena menawarkan lebih dari 900 pasar opsi biner berbasis peristiwa tanpa registrasi. Sejak itu, platform ini dilarang beroperasi di AS.
Bloomberg melaporkan, kemungkinan Departemen Kehakiman AS tengah menyelidiki apakah Polymarket memungkinkan pengguna AS untuk ikut bertaruh di platformnya.
FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang