Volubit.id — Penelitian terbaru dari Cambridge Centre for Alternative Finance (CCAF) yang dirilis April 2025, menunjukkan, Amerika Serikat (AS) saat ini menguasai 75,4% aktivitas penambangan Bitcoin dunia. Jika digabung dengan Kanada, wilayah Amerika Utara menyumbang 82,5% dari total aktivitas penambangan Bitcoin secara global.
Penelitian ini didasarkan pada survei terhadap 49 perusahaan penambangan di 23 negara, yang mencakup hampir setengah dari total kekuatan jaringan Bitcoin.

Di Amerika Serikat, sektor penambangan kini memberikan dampak ekonomi besar. Menurut laporan dari The Perryman Group, industri ini menciptakan lebih dari 31.000 lapangan kerja dan menyumbang lebih dari $4,1 miliar per tahun untuk ekonomi negara.
Texas menjadi negara bagian terbesar dalam sektor ini, disusul Georgia dan New York.
Meskipun begitu, industri penambangan tetap menghadapi berbagai tantangan, seperti perubahan regulasi, harga listrik yang tidak stabil, dan naik-turunnya harga Bitcoin.
Karena itu, banyak perusahaan penambangan mulai mencari peluang baru, seperti menyediakan layanan komputasi untuk kecerdasan buatan (AI) dan mengembangkan inovasi di bidang energi, agar bisnis mereka tetap bertahan.
Penggunaan Energi Ramah Lingkungan
Dalam laporan tersebut, CCAF juga menemukan, penggunaan energi ramah lingkungan dalam penambangan Bitcoin semakin meningkat.
Sekitar 52,4% penambang kini memakai energi bersih, seperti energi terbarukan (42,6%) dan energi nuklir (9,8%). Presentase ini meningkat dibandingkan 2022 yang hanya sebesar 37,6%.
Gas alam juga menjadi sumber energi utama, yang digunakan oleh 38,2% penambang. Sementara penggunaan batu bara turun drastis, dari 36,6% menjadi hanya 8,9%.

Meski penambangan Bitcoin semakin efisien dengan menggunakan energi 24% lebih hemat dibanding sebelumnya, konsumsi listrik jaringan Bitcoin tetap naik 17% menjadi 138 TWh, atau sekitar 0,54% dari penggunaan listrik di seluruh dunia.
Biaya listrik masih menjadi pengeluaran terbesar bagi para penambang, lebih dari 80% dari total biaya operasional, dengan harga rata-rata sekitar $45 per megawatt-hour (MWh).
Setiap tahun, aktivitas penambangan Bitcoin menghasilkan sekitar 39,8 juta ton emisi karbon dioksida (CO₂) atau sekitar 0,08% dari total emisi dunia. Namun, jika lebih banyak penambang menggunakan gas buangan (flared gas), emisi ini bisa turun menjadi 32,9 juta ton.
Sebanyak 70,8% perusahaan penambangan mengaku sudah mengambil langkah untuk mengurangi dampak lingkungan. Salah satunya adalah menggunakan panas dari mesin untuk kebutuhan lain (waste-heat recovery) dan mengurangi konsumsi listrik saat permintaan sedang tinggi (demand-side response).
Pada 2023, tercatat pengurangan beban listrik mencapai sebesar 888 GWh berkat program-program ini.

FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang