Volubit.id — Pergerakan harga Bitcoin mengalami penurunan setelah berhasil menciptakan harga tertinggi sepanjang masa (ATH) baru di level $73.777 pada 14 Maret 2024.

Hal ini merupakan hasil dari pendakian yang dimulai pada bulan Januari 2023 ketika harga Bitcoin mencatatkan kenaikan harga sebesar 39,79% dan sekaligus menjadi pertanda akhir dari musim dingin tahun 2022.

Namun, laju bullish tersebut bukan berarti tanpa adanya koreksi. Harga Bitcoin kerap mengalami penurunan harga ketika terbentuk bearish divergence.

Pembentukan pola tersebut menjadi perhatian khusus bagi pelaku pasar karena masih menjadi sinyal kuat sebagai leading indicator sebelum terjadi penurunan harga Bitcoin.

Bearish divergence merupakan pola yang terbentuk karena adanya perbedaan trend antara pergerakan harga dan indikator relative strength index (RSI). Ketika harga naik, indikator RSI menunjukkan penurunan.

BTC/USDT daily chart Binance. Source: TradingView. By: Arli Fauzi.

Berdasarkan historikal data yang di ambil dari awal tahun 2023 hingga April 2024, telah terjadi enam kali pembentukan pola tersebut.

Sebagai contoh, harga Bitcoin turun hingga 22,40% setelah terjadi pembentukan pola bearish divergence yang terjadi pada 20 Januari hingga 19 Februari 2023.

Begitu juga dengan pembentukan bearish divergence pada rentang waktu 19 Maret hingga 14 April 2023, yang diikuti oleh penurunan harga sebesar 20%; periode 21 Juni hingga 13 Juli 2023, yang diikuti dengan penurunan harga sebesar 21,71%; rentang waktu 23 Oktober hingga 9 November 2023, yang diikuti dengan penurunan harga sebesar 8,35%; dan periode 5 Desember 2023 hingga 11 Januari 2024, yang diikuti dengan penurunan harga sebesar 21,27%.

Pada kuartal kedua tahun 2024, pola tersebut kembali terbentuk, khususnya saat kenaikan harga yang terjadi pada 4-14 Maret 2024. Setelah itu, harga Bitcoin mengalami penurunan sebesar 23,35%, dari level tertingginya di $73.777 hingga level terendah pada penutupan candle harian 1 Mei di $56.552.