Binance Bakal Libatkan Komunitas untuk Listing dan Delisting Token

Volubit.id — Bursa kripto terbesar di dunia, Binance, bakal memperkenalkan model listing dan delisting token anyar di exchange mereka. Model tersebut yakni sistem tata kelola berbasis komunitas, di mana pengguna akan diberikan hak untuk memberikan suara dalam proses pencatatan dan penghapusan token.

Dalam pengumumannya baru-baru ini, bursa tersebut menyatakan pelibatan komunitas atau co-governance ini akan dieksekusi dengan sistem Vote to List dan Vote to Delist. Melalui Vote to List, pengguna Binance dapat memilih proyek yang ingin mereka lihat terdaftar di bursa. Token yang mendapatkan suara terbanyak dan lolos proses uji kelayakan (due diligence) akan mendapatkan tempat listing di Binance. Untuk mengikuti voting, pengguna harus memiliki setidaknya 0,01 BNB di akun utama Binance mereka.

Sementara itu, Vote to Delist memungkinkan komunitas untuk memilih penghapusan token dari platform jika proyek tersebut masuk dalam kategori Monitoring Zone, atau zona yang mencakup proyek dengan perkembangan stagnan, komunitas tidak aktif, atau transparansi informasi yang kurang. Token yang masuk dalam kategori ini berisiko dihapus dari Binance jika mayoritas komunitas memutuskan demikian.

Selama ini, keputusan untuk melisting atau menghapus suatu token dari platform Binance ditentukan oleh tim internal bursa berdasarkan berbagai faktor, termasuk kelayakan proyek, tingkat keamanan, serta kepatuhan terhadap regulasi.

Tetapi dengan jumlah token yang terus meningkat secara drastis, sistem ini mulai menghadapi tantangan besar. Menurut data dari Coinmarketcap, jumlah aset digital unik melonjak dari 11 juta pada awal Februari menjadi lebih dari 12,4 juta berdasarkan data terkini. Pertumbuhan yang begitu cepat membuat proses seleksi menjadi semakin kompleks, sehingga Binance mencoba mencari cara baru yang lebih efektif.

Lewat sistem baru ini, Binance akan tetap melakukan seleksi awal terhadap proyek-proyek yang layak untuk masuk dalam pemungutan suara komunitas. Pengguna Binance kemudian dapat memberikan suara mereka untuk menentukan token mana yang akan terdaftar. Setelah mendapat persetujuan komunitas, token tersebut masih harus melewati proses uji kelayakan sebelum benar-benar diperdagangkan di platform.

Binance bukan satu-satunya bursa yang sedang berupaya menyesuaikan diri dengan fenomena ini. Bos Coinbase, Brian Armstrong, belum lama ini juga mengakui bahwa model seleksi manual yang selama ini diterapkan sudah tidak lagi efektif mengingat jumlah token baru yang terus bermunculan setiap pekan.

Coinbase kini sedang mempertimbangkan model hybrid yang menggabungkan allowlist, blacklist,, ulasan komunitas, dan analisis data on-chain untuk menentukan proyek yang layak masuk ke platformnya. Dengan model hybrid ini, Coinbase berupaya menciptakan sistem yang lebih adaptif dalam menghadapi lonjakan jumlah token baru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *