Volubit.id — Pergerakan harga Bitcoin (BTC) memerah dalam sepekan terakhir dengan penurunan hampir 6%. Menurut data CoinMarketCap, BTC saat ini diperdagangkan $55.799.

Platform analitik on-chain Glassnode dalam laporan terbarunya mengungkapkan, dari perspektif makro, harga spot Bitcoin saat ini yang diperdagangkan 22% di bawah ATH, masih berada dalam taraf wajar dibandingkan dengan penurunan yang terjadi di beberapa bear market sebelumnya.

Dari perspektif pasar yang lebih luas, kerugian yang belum direalisasi (unrealized loss) investor ternyata secara historis masih tetap rendah. Glassnode mengungkapkan, total kerugian ini hanya 2,9% dari kapitalisasi pasar Bitcoin.

“Hal ini menunjukkan investor secara agregat masih relatif memperoleh keuntungan, bahkan ketika harga terus menurun,” tulis Glassnode.

Jika melihat rasio antara total Unrealized Profit dan Unrealized Loss, terlihat keuntungan investor masih enam kali lebih besar dibandingkan kerugian.

Sekitar 20% hari perdagangan menunjukkan rasio ini berada di atas nilai Bitcoin saat ini, yang menunjukkan posisi keuangan rata-rata investor berada dalam posisi kuat.

Mayoritas unrealized loss didominasi pemegang Bitcoin jangka pendek atau short-term holder (STH), yang nilainya terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Semua kelompok STH dalam posisi underwater dengan perincian rata-rata cost basis berikut:

• Koin berusia 1 hari-1 minggu: $59.000
• Koin berusia 1 minggu-1 bulan: $59.900
• Koin berusia 1 bulan-3 bulan: $53.600
• Koin berusia 3 bulan-6 bulan: $65.200

Namun, besarnya unrealized loss relatif STH terhadap kapitalisasi pasar Bitcoin masih belum sepenuhnya menunjukkan bahwa pasar saat ini sedang dalam mode bearish.

Sementara untuk metrik keuntungan/kerugian yang telah direalisasikan (realized profit/loss), Glassnode mengungkapkan, volume profitabilitas investor yang melakukan aksi jual semakin rendah sejak Bitcoin ATH pada Maret lalu.

Sebaliknya, volume kerugian justru meningkat seiring dengan terus berlangsungnya tren penurunan di pasar. Namun, aksi ambil rugi investor, menurut Glassnode, belum mencapai tingkat ekstrem seperti yang terjadi pada 2021-2022.