Bitcoin Siap Bergerak Digoyang FOMC

Volubit.id — Gejolak pergerakan harga Bitcoin (BTC) kembali terjadi pada 11 Juni 2024. Harga BTC terpantau rontok 2,9% dalam 24 jam terakhir ke kisaran $68.000 setelah sebelumnya sempat menyentuh $70.000.

Koreksi harga ini menandakan adanya aksi jual yang dilakukan sejumlah investor di area konsolidasi antara $60.000 hingga $72.000 per keping. Gejolak harga BTC dan aset kripto lainnya diprediksi masih akan berlanjut dalam beberapa hari ke depan, terutama menghadapi Federal Open Market Committee (FOMC) meeting pada 11–12 Juni 2024 pekan ini.

Hasil FOMC akan mengumumkan indeks harga konsumen atau consumer price index (CPI) Amerika Serikat (AS) bulan Mei serta arah suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed). CPI sendiri menjadi cerminan tingkat inflasi yang juga berpengaruh terhadap pergerakan harga aset investasi, termasuk Bitcoin.

Terdapat korelasi kuat antara harga Bitcoin dan data CPI. Data CPI yang lebih tinggi dari perkiraan biasanya berdampak negatif terhadap Bitcoin, sedangkan CPI yang lebih rendah dari perkiraan berdampak positif.

Konsensus FactSet mencatat para ekonom memprediksi CPI Mei akan naik 0,1% secara bulanan ketimbang April. Angka ini lebih rendah dibandingkan kenaikan 0,3% yang tercatat pada April. Jika perkiraan ini tepat, tingkat inflasi tahunan secara keseluruhan akan tetap stabil di 3,4%. Sementara CPI inti diperkirakan akan naik 0,3% di bulan Mei, sama seperti kenaikan di bulan April.

Prediksi angka CPI ini menunjukkan bahwa inflasi masih jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2%. Karena itu, bank sentral diyakini belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat yang saat ini ada di kisaran 5,25% to 5,5%.

Suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama menjadi pertanda buruk bagi Bitcoin dan aset kripto lainnya karena memicu penurunan likuiditas di pasar aset dan membuat pinjaman lebih mahal, sehingga minat investasi dalam aset menjadi berkurang.

Sebelumnya, sejumlah ekonom memperkirakan The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga selama dua kali sepanjang 2024, menurut survei Reuters pada awal Juni ini. Pemangkasan suku bunga diyakini akan terjadi pada September dan November mendatang.

Tetapi nyatanya prediksi ini menghadapi tantangan. Laporan penggajian sektor tenaga kerja di AS alisa non-farm payrolls (NFP) yang dipublikasi pada 7 Juni lalu mencatat angka NFP meningkat hingga 272.000 pada Mei, jauh melebihi ekspektasi pasar di level 185.000.

Lonjakan NFP ini mendorong penguatan dolar sekaligus pelemahan Bitcoin. Harga BTC tercatat sempat ambles nyaris 5% beberapa saat setelah pengumuman. Angka NFP ini juga membuat ekspektasi akan penurunan suku bunga The Fed mengecil.

Data CME FedWatch Tool saat ini mencatat mayoritas pelaku pasar (49,2%) meyakini penurunan suku bunga masih belum akan terjadi pada September. Rate cut diprediksi baru akan terjadi pada November mendatang sebesar sebesar 25 basis poin (bps) dengan probabilitas 47,7%.

Pemotongan suku bunga pada November mendatang lebih mungkin terjadi lantaran ditopang trajektori politik pemilihan presiden AS. Rate cut dapat memberikan sedikit dorongan pada ekonomi yang diyakini akan menguntungkan petahana Joe Biden. Pasalnya, Biden saat ini tengah berjuang untuk mengatasi ketidakpuasan banyak pemilih terhadap lonjakan inflasi selama beberapa tahun terakhir.

Walaupun inflasi telah melambat secara signifikan setelah mencapai puncaknya di angka 9,1% pada pertengahan 2022, inflasi tersebut masih berada di 3,4%, yang masih jauh di atas target Fed sebesar 2%​.

Singkatnya, meskipun inflasi sudah menurun, tingkatnya masih cukup tinggi, dan pemotongan suku bunga mungkin membantu memperbaiki persepsi publik terhadap situasi ekonomi, yang bisa memberikan keuntungan politik bagi Biden dalam pemilihan presiden.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *