Volubit.id — Coin mixer adalah layanan yang memungkinkan pengguna untuk mengaburkan informasi dari sebuah transaksi. Transaksi tidak langsung yang diperantarai coin mixer bisa menyembunyikan relasi antara pengirim dan penerima kripto.

Pengguna bisa mengirim aset kripto mereka ke layanan tersebut, mencampurnya dengan kripto lain, lalu mengirimkan kripto campuran itu ke alamat yang dituju tanpa bisa dilacak

Seiring dengan terus meningkatnya adopsi kripto, coin mixer semakin digandrungi karena dinilai bisa melindungi privasi. Diketahui identitas di dunia nyata saat ini semakin terhubung dengan alamat blockchain sehingga banyak aktivitas transfer yang bisa teridentifikasi pelakunya.

Namun, keistimewaan coin mixer yang bisa menutupi identitas wallet dan mengaburkan transaksi ini justru banyak dimanfaatkan pelaku kejahatan siber.

Tak sedikit juga platform coin mixer yang menjadi sasaran penegak hukum karena dianggap telah membantu para penjahat, sampai-sampai Amerika Serikat (AS) secara resmi melarang penggunaan coin mixer.

Layanan ini memang berada dalam posisi “serba salah”. Di satu sisi dibutuhkan untuk menjaga privasi, di sisi lain banyak digunakan untuk melakukan pencucian uang.

Cara Kerja Coin Mixer

Coin mixer menggunakan smart contract untuk menerima koin dari sebuah alamat wallet dan koin tersebut bisa ditarik oleh alamat wallet yang berbeda.

Smart contract juga membentuk pool yang berisi kumpulan berbagai jenis token. Saat koin ditarik dari pool tersebut, link on-chain antara sumber dan tujuan transaksi terputus, sehingga transaksi menjadi anonim.

Layanan ini biasanya bersifat non-custodial, yang artinya tidak dikelola oleh pihak ketiga. Pengelolaan wallet dan aset seluruhnya dilakukan oleh smart contract.

Ketiadaan perantara membuat coin mixer dianggap sebagai platform yang netral. Meski demikian, tentu saja keunggulan ini semakin memudahkan para penjahat untuk melancarkan aksinya dalam mencuri kripto.

Cerita-cerita di Balik Platform Coin Mixer

1. Bitcoin Fog

Bitcoin Fog merupakan platform coin mixer pertama yang diluncurkan pada Oktober 2011 oleh Roman Sterlingov. Platform ini bersifat custodial yang berarti dana pengguna dikelola oleh pihak ketiga.

Sterlingov ditangkap pada April 2021 atas tuduhan pencucian uang. Ia juga dituding menjalankan bisnis pengiriman uang ilegal alias tanpa izin.

Pada Maret 2024, pria berkebangsaan Rusia-Swedia itu dinyatakan bersalah karena telah mengoperasikan Bitcoin Fog yang memfasilitasi pencucian uang para penjahat senilai ratusan juta dolar.

2. Samourai Wallet

Bitcoin mixer yang bersifat non-custodial ini didirikan pada 2015 oleh Keonne Rodriguez dan William Longergan Hill. Pada April 2024, otoritas AS menahan dan menggugat para pendiri Samourai Wallet atas tuduhan konspirasi untuk melakukan pencucian uang.

3. Wasabi Wallet

Dibuat oleh pseudo-anonymous zkSNACK pada 2018, Wasabi Wallet menggunakan protokol ZeroLink untuk menciptakan transaksi yang lebih privat. Pada 2024, Wasabi Wallet memblokir warga negara AS agar tidak bisa menggunakan layanannya setelah pendiri Samourai Wallet ditangkap.

4. Tornado Cash

Tornado Cash menjadi salah satu platform coin mixer paling populer, tak hanya di komunitas kripto, tapi juga di kalangan para penjahat. Platform ini didirikan pada Desember 2019 oleh Alexsey Pertsev dan Roman Storm di blockchain Ethereum dan bersifat non-custodial.

Tiga tahun kemudian, pada Agustus 2022, Departemen Keuangan AS memberikan sanksi terhadap Tornado Cash karena dianggap membantu memfasilitasi pencucian uang para penjahat kripto. Pertsev juga ditangkap di Amsterdam, Belanda, atas tudingan pencucian uang.

Perusahaan analitik blockchain, Elliptic, mengungkapkan, Tornado Cash telah memproses kripto senilai lebih dari $7 miliar sejak diluncurkan. Sebanyak $,1,5 miliar di antaranya berasal dari aktivitas ilegal.

Tornado Cash juga telah dijadikan tempat pencucian uang favorit oleh kelompok peretas asal Korea Utara, Lazarus Group. Tak tanggung-tanggung, kelompok tersebut telah memasukkan dana curian sebesar $103,8 juta ke Tornado Cash.