Volubit.id — Setelah beberapa pekan pergerakan harga cenderung datar, akhirnya Bitcoin mulai menggeliat dengan melesat 10% dalam sepekan terakhir, ke level $94.000.
Kabar dari pemerintah Amerika Serikat (AS) soal kemungkinan pelonggaran tarif impor dari Cina diperkirakan menjadi pemantik yang memicu reaksi pasar, baik pasar saham maupun kripto.
Platform analitik on-chain Glassnode dalam laporan terbarunya yang dirilis Kamis, 24 April 2025, mengungkapkan, kenaikan harga Bitcoin disertai dengan naiknya keuntungan belum terealisasi atau unrealized profit yang dimiliki investor.
Metrik Percent Supply in Profit menunjukkan 87,3% dari total pasokan Bitcoin yang beredar kini dalam posisi untung. Padahal, ketika Bitcoin terakhir kali diperdagangkan di kisaran $94.000, hanya sekitar 82,7% dari total pasokan yang berada dalam kondisi ini.
Secara historis, fase euforia di pasar biasanya mulai terlihat ketika metrik ini stabil di atas 90% dalam jangka waktu yang cukup lama. Kondisi ini menunjukkan, mayoritas investor sedang dalam posisi untung, yang pada akhirnya mendorong kepercayaan pasar ke level yang lebih tinggi.

Menurut Glassnode, perilaku investor dalam mengambil untung juga menjadi sinyal penting yang perlu diperhatikan. Saat ini, total keuntungan yang direalisasikan atau realized profit melonjak hingga $139,9 juta per jam atau sekitar 17% lebih tinggi dibandingkan rata-rata, yang biasanya hanya $120 juta per jam.
Kenaikan ini menunjukkan, banyak pelaku pasar memanfaatkan kenaikan harga Bitcoin pekan ini untuk meraup keuntungan. Jika Bitcoin mampu menyerap tekanan jual ini tanpa mengalami penurunan tajam, berarti pasar sedang dalam fase membentuk fondasi yang kuat.
Sebaliknya, jika harga tidak mampu bertahan di level saat ini akibat tekanan ambil untung yang terlalu besar, maka pergerakan naik ini bisa jadi hanya sebuah ‘dead cat bounce’, yang pada akhirnya akan melemah.

Selain melihat seberapa besar volume keuntungan yang direalisasikan, penting juga untuk mengetahui siapa yang sebenarnya sedang mengambil untung.
Metrik Spent Output Profit Ratio (SOPR) Glassnode mengungkapkan, investor jangka pendek atau short-term holder (STH) adalah kelompok yang saat ini banyak merealisasikan keuntungan.
Saat ini merupakan pertama kalinya sejak akhir Februari STH-SOPR berhasil menembus level 1,0. Artinya, untuk pertama kalinya sejak saat itu, kelompok investor jangka pendek secara rata-rata kembali menjual BTC di atas harga belinya.
“Ini bisa dilihat sebagai sinyal positif bahwa pasar mulai pulih, dan investor kembali ke posisi yang menguntungkan,” jelas Glassnode.

Minat Investor Institusional
Net inflow produk exchange-traded fund (ETF) menjadi salah satu indikator utama untuk mengukur minat dan sentimen investor institusional terhadap Bitcoin di siklus pasar saat ini.
Saat harga Bitcoin melesat ke level $94.000, ETF Bitcoin spot di AS mencatat net inflow sebesar $1,54 miliar hanya dalam satu hari. Angka ini merupakan menjadi salah satu angka harian tertinggi sejak produk ETF ini pertama kali diluncurkan.
Lonjakan besar ini menjadi sinyal kuat permintaan terhadap Bitcoin dari kalangan institusional mulai kembali meningkat.

Ethereum Tak Kunjung Bergairah
Meskipun harga Bitcoin mengalami lonjakan yang cukup kuat, banyak yang bertanya-tanya mengapa Ethereum belum ikut naik. Salah satu jawabannya, menurut Glassnode, bisa ditemukan dengan membandingkan antara ETF Bitcoin dan ETF Ethereum.
Dalam dua minggu terakhir, ETF Bitcoin mencatat dua gelombang inflow besar, masing-masing melebihi 10% dari volume spot. Artinya, permintaan institusional terhadap Bitcoin masih sangat kuat.
Sebaliknya, ETF Ethereum justru menunjukkan arus masuk yang sangat minim, kurang dari 1% dari volume spot ETH. Perbedaan yang cukup mencolok ini menunjukkan adanya kesenjangan permintaan dari kalangan institusional terhadap kedua aset tersebut.

FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang