Ethereum (ETH) Dilanda Sentimen Bearish, Wall Street Borong Posisi Short

Volubit.id —  Ethereum (ETH) tengah menghadapi tekanan bearish yang cukup besar dari komunitas kripto. Potensi pertumbuhan nilai ETH terutama dalam jangka pendek dan menengah semakin deras dipertanyakan belakangan ini mengingat kegagalan spektakuler aset tersebut memperlihatkan tren harga positif dalam beberapa trajektori pasar.

Salah satu corong sentimen bearish yang paling menonjol belakangan datang dari pendiri Alliance DAO dan salah satu investor awal Ethereum, Qiao Wang. Dalam podcast bertajuk On Consumer Crypto, Wang mengungkapkan bahwa dirinya telah menjual seluruh kepemilikan ETH-nya tahun 2024 lalu setelah meng-hold selama satu dekade sejak blok genesis.

“Saya sebenarnya telah meng-hold Ethereum sejak genesis block. Namun, saya menjualnya tahun lalu setelah manjadi holder selama 10 tahun penuh. Bisa dibayangkan memegang aset selama itu dan tiba-tiba merasa bahwa potensi pertumbuhannya hampir habis,” ujar Wang.

Keputusan ini didasarkan pada pandangannya bahwa potensi pertumbuhan Ethereum sudah hampir kehabisan bensin. Menurut Wang, potensi pertumbuhan Ethereum sudah mendekati titik jenuh. Salah satu alasan utama adalah semakin ketatnya persaingan dari blockchain lain, terutama Solana.

Dalam perbincangan bersama rekannya di Alliance DAO, Imran Khan, Wang menyoroti bahwa banyak pendukung Ethereum kini mulai berpindah ke Solana. Alasannya, menurut Wang, karena menarik pengguna di Solana terbilang lebih mudah. Selain itu, dukungan ekosistem Solana pun dinilai lebih baik.

“Lebih mudah menarik pengguna di Solana. Namun, bagi pengembang yang terbiasa dengan EVM, beralih ke Solana tidak mudah karena mereka harus mempelajari serangkaian alat yang benar-benar baru. Meskipun begitu, banyak yang merasa ini sepadan karena Solana menawarkan basis pengguna yang lebih baik dan dukungan ekosistem yang lebih kuat,” kata sosok yang juga merupakan investor awal Pump.Fun tersebut.

Wall Street Borong Posisi Short ETH

Sentimen bearish dari investor awal ini juga sejalan dengan tren yang terjadi di kalangan trader profesionel. Di tengah ketidakpastian ini, hedge fund dan investor besar di Wall Street tampaknya sudah mengambil langkah agresif untuk bertaruh melawan Ethereum.

Laporan The Kobeissi Letter, posisi short terhadap ETH meningkat lebih dari 40% dalam sepekan terakhir dan melonjak hingga 500% sejak November 2024. Angka tersebut menjadi posisi short terbesar terhadap Ethereum dalam sejarah, yang sekaligus mengindikasikan bahwa hedge fund melihat potensi pelemahan lebih lanjut pada harga ETH.

Kobeissi Letter mencatat fenomena short borongan ini sudah terlihat dampaknya pada awal bulan. Pada 2 Februari misalnya, ETH mengalami longsor drastis hingga 37% dalam waktu 60 jam beriringan dengan pengumuman kebijakan perang dagang Donald Trump. Kejatuhan monumental tersebut bahkan dinilai apple to apple dengan flash crash yang pernah terjadi di pasar saham pada 2010, tanpa adanya berita besar yang bisa menjelaskan kejatuhan tersebut.

“Ethereum anjlok 37% dalam 60 jam setelah munculnya berita perang dagang. Kejatuhan ini terasa hampir seperti flash crash yang pernah terjadi di pasar saham pada tahun 2010, tetapi kali ini tanpa adanya berita besar yang menyertainy.”

Yang menarik, meskipun posisi short terus meningkat, aliran dana masuk ke Ethereum tetap tinggi. Dalam tiga pekan terakhir, ETH mencatat inflow sebesar $2 miliar, termasuk rekor inflow mingguan sebesar $854 juta.

Kendati demikian, peningkatan likuiditas ini tidak cukup untuk menahan tekanan jual dari para pemain besar di Wall Street. Harga ETH hingga kini masih tertahan sekitar 45% di bawah puncaknya pada November 2021.

Terdapat banyak perdebatan mengenai alasan di balik meningkatnya sentimen negatif terhadap Ethereum. Beberapa analisa berpendapat bahwa ini hanyalah hasil dari manipulasi pasar. Tidak sedikit juga yang meyakini bahwa secara fundamental, Ethereum memang sedang menghadapi tekanan besar yang membuat prospeknya menjadi bearish.

“Beberapa pihak menduga bahwa ini merupakan hasil dari manipulasi pasar. Ada juga yang melihatnya sebagai strategi lindung nilai (hedge) yang dilakukan oleh investor besar. Selain itu, ada pandangan bahwa secara fundamental, prospek Ethereum memang sedang melemah,” terang laporan tersebut.

Yang membuat situasi ini semakin menarik adalah bahwa pemerintahan Trump dan regulator baru di Amerika Serikat (AS) sebenarnya cenderung berpihak pada Ethereum. Kondisi ini seharusnya menjadi sentimen positif bagi aset tersebut. Namun, alih-alih mengalami kenaikan, Ethereum justru tertinggal jauh dari Bitcoin dalam hal performa pasar.

Jika tekanan short ini terus berlanjut, Ethereum bisa semakin tertinggal. Namun, jika terjadi short squeeze—di mana banyak posisi short yang dipaksa ditutup dalam waktu singkat—Ethereum berpotensi mengalami lonjakan harga tajam dan kesenjangan dengan Bitcoin bisa menyempit.

“Posisi short yang ekstrem terhadap Ethereum berarti bahwa pergerakan harga yang besar, seperti yang terjadi pada 3 Februari, akan semakin sering terjadi. Sejak awal tahun 2024, Bitcoin telah mencatatkan kenaikan harga 12 kali lebih besar dibandingkan Ethereum.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *