Volubit.id — Exchange kripto OKX menghentikan sementara layanan agregator decentralized exchange (DEX) pada Kamis, 17 Maret 2025, usai mendapat serangan dari hacker Korea Utara, Lazarus Group.
“Baru-baru ini, kami mendeteksi adanya upaya serangan dari Lazarus Group yang menyasar layanan DeFi kami,” ujar OKX, dalam sebuah cuitan di X.
We are temporarily pausing our DEX aggregator to address incomplete tagging on blockchain explorers while we also roll out new security features. This is to address the recent coordinated attacks by media along with unsuccessful efforts by Lazarus group to misuse our DeFi… pic.twitter.com/r6oHNIaalT
— OKX (@okx) March 17, 2025
Setelah berkonsultasi dengan regulator, exchange tersebut mengambil keputusan untuk menangguhkan sementara layanan agregator DEX.
Menurut OKX, penangguhan dilakukan untuk mengatasi masalah dalam blockchain tagging serta menerapkan fitur keamanan baru guna mencegah terjadinya penyalahgunaan oleh peretas.
“Langkah ini memungkinkan kami untuk menerapkan upgrade tambahan guna mencegah penyalahgunaan lanjutan,” tambahnya.
Meski demikian, tim layanan pelanggan OKX tidak mengonfirmasi sampai kapan layanan agregator tersebut ditangguhkan.
Sementara layanan wallet kripto masih tersedia bagi seluruh pelanggan. Namun, OKX disebut akan menghentikan sementara pembuatan wallet baru sampai waktu yang tak ditentukan.
OKX Diawasi Ketat Imbas Peretasan Bybit
Pada 11 Maret lalu, Bloomberg melaporkan otoritas pengawas keuangan Uni Eropa tengah menyelidiki agregator DEX milik OKX, yang dikenal sebagai OKX Web3, serta layanan walletnya, atas dugaan keterlibatan dalam pencucian dana sebesar $100 juta dari peretasan Bybit.
Investigasi ini mempertanyakan apakah layanan Web3 yang disediakan oleh OKX telah mematuhi regulasi Markets in Crypto-Assets (MiCA) dari Uni Eropa.
“Dalam beberapa hari terakhir, kami menghadapi serangan media yang menargetkan integritas dan operasional kami,” tulis OKX dalam sebuah posting blog.
Menurut CEO Bybit, Ben Zhou, hampir $100 juta dari total $1,5 miliar atau 40.233 ETH dana hasil peretasan Bybit telah ‘dicuci’ melalui proxy Web3 OKX dan sebagian dana tersebut kini tidak dapat dilacak.
OKX merespons dengan menyatakan artikel Bloomberg tersebut menyesatkan. Exchange itu menjelaskan, ketika peretasan Bybit terjadi, OKX mengambil dua tindakan, yakni membekukan dana terkait agar tidak masuk ke platform centralized exhchange (CEX)-nya dan mengembangkan fitur baru untuk mendeteksi peretasan.
OKX mengklaim telah menerapkan sistem deteksi alamat peretas untuk agregator DEX mereka, serta sistem untuk melacak alamat terbaru peretas dan memblokirnya secara real-time di CEX mereka.
“Kami telah meluncurkan banyak kontrol untuk OKX Web3 guna melawan penyalahgunaan, termasuk pemblokiran IP dari pasar yang dilarang serta sistem deteksi dan pemblokiran alamat hitam secara real-time,” ujar CEO OKX, Star Xu, pada 17 Maret.
Perusahaan itu juga menegaskan agregator DEX OKX Web3 bukanlah kustodian aset pelanggan, melainkan hanya menyediakan akses ke likuiditas dari berbagai protokol.
Pada Januari lalu, Bybit, salah satu platform exchange kripto terbesar, mengalami peretasan besar-besaran yang menyebabkan kerugian hampir $1,5 miliar dalam bentuk Ethereum (ETH) dan token terkait ETH. Peristiwa ini menjadi salah satu peretasan terbesar dalam sejarah kripto.
FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang