Glassnode: Bitcoin Dihantam Tekanan Jual STH dan Ketidakpastian Makroekonomi

Volubit.id — Memasuki bulan Maret 2025, Bitcoin mengalami tekanan jual yang signifikan, terutama dari pemegang jangka pendek/short-term holder (STH) yang baru saja membeli aset ini.

Menurut platform analitik on-chain Glassnode dalam laporan terbarunya bertajuk ‘Post-ATH Distribution”, yang dirilis 11 Maret 2025, tren permintaan terhadap Bitcoin semakin melemah dan aktivitas akumulasi mulai menurun, yang mencerminkan adanya perubahan sentimen pasar di tahun ini.

Data on-chain Glassnode menunjukkan, Bitcoin tengah berada dalam fase distribusi yang didorong oleh tekanan jual dari STH. Selain melemahnya permintaan, Bitcoin juga dihantam kondisi likuiditas, dan ketidakpastian makroekonomi yang turut berkontribusi pada penurunan harganya.

Distribusi Usai ATH

Siklus Bitcoin selalu mencakup fase akumulasi dan distribusi, yang bisa dilihat dari perpindahan modal antar kelompok investor.

Dalam metrik Accumulation Trend Score, terlihat Bitcoin mulai memasuki fase distribusi sejak Januari 2025, bertepatan dengan koreksi tajam harga Bitcoin dari $108k ke $93k.

Saat ini, Accumulation Trend Score masih di bawah 0,1 yang menandakan tekanan jual terus berlanjut.

Sumber: Glassnode

Sementara Cost Basis Distribution (CBD) Heatmap mengungkapkan, investor aktif mulai mengakumulasi BTC selama periode penurunan antara pertengahan Desember dan akhir Februari, terutama pada kisaran harga $95k–$98k.

Namun, sejak akhir Februari, kondisi likuiditas yang ketat dan meningkatnya ketidakpastian makroekonomi menyebabkan melemahnya permintaan akumulasi.

Sumber: Glassnode

Faktor-faktor eksternal, termasuk peretasan Bybit dan perang dagang AS ikut memperburuk ketidakpastian pasar dan membuat harga Bitcoin diperdagangkan di bawah $92k. Menurut Glassnode, ada pergeseran sentimen investor yang lebih memilih menghindari aset berisiko, seperti Bitcoin.

Sumber: Glassnode

Penurunan Momentum Permintaan

Glassnode melakukan analisis terhadap cost basis dua sub-kelompok STH, yakni yang memegang BTC selama 7 hingga 30 hari (1w-1m) dan yang memegang BTC selama 1 hingga 3 bulan (1m-3m).

Hasilnya menunjukkan, selama periode capital inflow yang kuat, cost basis 1w–1m biasanya naik di atas 1m–3m. Namun, sejak akhir Februari, cost basis 1w–1m menurun, yang menunjukkan melemahnya permintaan baru dan potensi tekanan jual dari investor baru.

Sumber: Glassnode

Spent Output Profit Ratio untuk pemegang jangka pendek (STH-SOPR) turun di bawah level impas 1, yang menunjukkan investor baru melakukan aksi jual dalam kondisi merugi.

Momentum penurunan harga BTC telah membuat investor baru cemas dan panik sehingga mendorong aksi jual. Kondisi seperti ini biasanya menjadi momentum peluang bagi investor jangka panjang/long term holder (LTH) untuk masuk kembali ke pasar.

Sumber: Glassnode

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *