Volubit.id — Kinerja Ethereum (ETH) dianggap kurang memuaskan jika dibandingkan dengan BTC, terutama sejak halving Bitcoin pada 19 April lalu. Pada 1 Mei 2024, rasio ETH/BTC bahkan mencapai level terendah sejak April 2021, hanya $0,04622.

Platform data on-chain Glassnode dalam weekly report bertajuk ‘Speculatory Divergence’ yang dirilis Selasa, 7 Mei 2024, mengatakan kinerja buruk ini disebabkan oleh lesunya akumulasi modal.

“Ethereum mengikuti harga Bitcoin yang turun setelah halving, dan mencatatkan kinerja terburuk yang pernah tercatat pasca-halving,” tulis Glassnode.

BTC dilaporkan mengalami peningkatan akumulasi modal dari para short-term holder (STH) menjelang all-time high (ATH) pada 14 Maret 2024. Nilai akumulasi modalnya bahkan mendekati ATH di angka $240 miliar, yang dipercaya salah satunya didorong oleh ETF Bitcoin Spot.

Namun, dalam Ethereum tidak terjadi peningkatan aktivitas yang sama sehingga tidak seperti Bitcoin, ETH gagal menembus ATH baru. ETH diketahui mencapai ATH pada 10 November 2021 lalu di level $4.878.

“Dalam banyak hal, kurangnya arus masuk modal baru menjadi penyebab rendahnya kinerja ETH dibandingkan BTC,” tulis Glassnode.

Secara historis, harga ETH selalu berkaitan erat dengan pergerakan harga Bitcoin. Setelah halving keempat kemarin, ETH juga mengalami penurunan harga yang sama.

BTC yang mengalami aksi jual pasca-halving, tercatat mengalami penurunan hingga 11% ke level terendah dalam dua bulan terakhir di $56.500 pada 1 Mei lalu. ETH juga mengalami pergerakan yang sama setelah terkoreksi sebesar 6%.

Meski demikian Glassnode memperkirakan, pasar masih cukup tangguh. Metrik Net Unrealized Profit/Loss (NUPL) menunjukkan, ETH dan BTC sama-sama masih memiliki akumulasi modal yang rendah dari para pemegang jangka panjang atau long-time holder (LTH).

Menurut Glassnode, metrik ini menunjukkan pasar masih berada di fase awal dari sebuah tren naik (uptrend) dalam kerangka waktu yang lebih luas.