Godfather of AI Ungkap Jenis Pekerjaan yang Rentan Tergantikan oleh Kecerdasan Buatan

Volubit.id — Pakar artificial intelligence (AI), Geoffrey Hinton, memperingatkan, ada beberapa bidang pekerjaan yang rentan tergantikan oleh kecerdasan buatan.

Dalam wawancara terbaru di podcast “Diary of a CEO” yang tayang Senin lalu, pria yang kerap dijuluki The Godfather of AI ini mengatakan, AI juga berpotensi memicu pengangguran massal.

“Saya rasa untuk pekerjaan intelektual yang bersifat rutin, AI akan menggantikan semua orang,” ujar pria 78 tahun ini.

Menurutnya, yang dimaksud dengan pekerjaan ‘intelektual rutin’ adalah pekerjaan kantoran atau white-collar jobs. Ia menambahkan, nantinya satu orang yang dibantu oleh AI bisa menggantikan pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan oleh sepuluh orang.

Sebagai contoh, pakar yang mengembangkan neural networks sejak akhir 1970-an, ini menyebut profesi paralegal (asisten pengacara) sebagai salah satu yang rawan tergantikan. Selain itu, pekerjaan di pusat layanan pelanggan (call center) juga sangat mungkin digantikan oleh teknologi AI.

Namun, pekerjaan blue-collar atau pekerjaan fisik seperti teknisi atau tukang, menurut Hinton, masih cukup aman dalam waktu dekat.

“Akan butuh waktu lama sebelum AI bisa menandingi kemampuan manusia dalam manipulasi fisik. Jadi pilihan yang aman adalah menjadi tukang ledeng,” ujar peraih Hadiah Nobel Fisika 2024 atas karyanya di bidang machine learning ini.

Dalam wawancara tersebut, Hinton juga membantah anggapan AI akan menciptakan banyak lapangan kerja baru. Jika tugas-tugas intelektual sudah bisa dilakukan oleh AI, maka hanya sedikit pekerjaan yang tersisa untuk manusia.

“Kamu harus benar-benar punya keahlian khusus agar bisa punya pekerjaan yang tidak bisa digantikan AI,” kata dia. AI juga dinilai bisa menurunkan kebutuhan perekrutan, terutama untuk posisi pemula.

Sebuah laporan dari perusahaan modal ventura SignalFire bulan lalu menemukan perusahaan teknologi besar kini jauh lebih jarang merekrut lulusan baru untuk posisi entry-level. Salah satu penyebab utamanya adalah peran AI yang semakin luas.

Dalam laporan itu disebutkan, perekrutan lulusan baru di perusahaan seperti Meta dan Google turun 25% dari 2023 ke 2024, dengan angka perekrutan hanya tersisa 7% pada 2024.

Dampaknya bukan hanya terasa di industri teknologi. Wall Street juga mulai terkena imbas. Pada Maret lalu, Morgan Stanley mengumumkan PHK terhadap 2.000 karyawan dan menyatakan akan menggantikan sebagian posisi tersebut dengan AI.

Sementara itu, laporan Bloomberg Intelligence yang dirilis Januari lalu memperkirakan AI bisa menyebabkan pemangkasan hingga 200.000 pekerjaan di 93 bank besar, termasuk Citigroup dan JPMorgan, dalam lima tahun ke depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *