Hard Fork vs Soft Fork: Definisi, Perbedaan, dan Contohnya

Volubit.id — Mata uang kripto seperti Bitcoin dan Ethereum berjalan pada platform open-source yang dikenal dengan sebutan blockchain. Ketika ada modifikasi pada protokol dasarnya secara substansial, blockchain akan melakukan fork.

Fork adalah proses upgrade blockchain ke versi terbaru. Mekanisme ini dibagi menjadi dua, yakni hard fork dan soft fork. Keduanya dibedakan dari skala modifikasi protokol blockchain.

Hard fork adalah proses perubahan signifikan pada algoritma dan kode blockchain dengan menghasilkan blockchain kedua yang benar-benar baru. Dengan kata lain, blockchain yang di-hard fork terpecah menjadi dua jaringan terpisah yang masing-masing memiliki token berbeda.

Proses ini mengharuskan semua validator dalam jaringan untuk beralih ke blockchain versi yang lebih baru karena versi lama sudah tidak kompatibel. Hard fork biasanya digunakan untuk meluncurkan proyek kripto baru.

Sementara soft fork adalah proses perubahan kecil pada blockchain yang menghasilkan dua versi paralel dari protokol. Dalam proses ini, semua node blockchain masih beroperasi pada jaringan yang sama, namun ada node yang beroperasi di bawah aturan lama dan ada yang di bawah aturan baru.

Hard Fork

Blockchain berbentuk rangkaian blok data yang saling terhubung, yang berfungsi sebagai buku besar digital. Setiap blok baru hanya dianggap valid jika blok sebelumnya telah menerima konfirmasi dari node jaringan.

Saat hard fork dilakukan, akan muncul blockchain baru yang meskipun berasal dari blockchain lama, tetapi tetap beroperasi secara independen. Blockchain versi baru juga menerapkan seperangkat aturan baru yang lebih upgraded, yang membuat blockchain ini tidak kompatibel dengan versi lamanya.

Blockchain yang melakukan hard fork dianggap lebih berisiko terkena serangan 51% attack, terlebih jika terjadi perpecahan antara penambang/validator yang bertugas untuk mengamankan jaringan.

Meski rentan terhadap serangan, blockchain tetap melakukan hard fork untuk meningkatkan kinerja jaringan sebagai respons terhadap perkembangan teknologi. 

Hard fork merupakan hasil diskusi panjang di dalam komunitas proyek blockchain yang mencapai konsensus. Proses ini berawal dari pengajuan proposal seperti Ethereum Improvement Proposal (EIP) dalam Ethereum, testing, kemudian implementasi.

Namun, protokol blockchain tidak dapat diubah tanpa persetujuan komunitas karena sifatnya yang terdesentralisasi. Jika sebagian besar komunitas setuju untuk melakukan upgrade, jaringan akan melakukan hard fork. Begitu juga sebaliknya.

Contoh blockchain yang populer setelah hard fork adalah Bitcoin Cash dan Ethereum Classic.

Menariknya, ternyata hard fork dalam blockchain juga bisa terjadi secara tidak disengaja. Insiden ini biasanya muncul ketika dua penambang menemukan blok yang sama pada waktu yang hampir bersamaan.

Karena konsensus pada jaringan terdesentralisasi, kedua penambang itu pada awalnya menganggap blok tersebut valid dan terus menambang pada rantai terpisah. Para penambang lain kemudian ikut menambahkan blok berikutnya pada kedua rantai itu.

Namun masalah ini biasanya bisa langsung diselesaikan dengan cepat sehingga tidak banyak dibahas oleh komunitas.

Soft Fork

Soft fork bersifat backward-compatible upgrade, yang artinya node yang di-upgrade masih bisa berkomunikasi dengan node yang tidak di-upgrade. Dalam fork ini, tidak semua node harus melakukan pembaharuan seperti pada hard fork.

Intinya, soft fork adalah proses upgrade kinerja blockchain. Protokol lama dan baru berfungsi secara harmonis dalam jaringan yang sama dan tidak ada pemisahan blockchain atau peluncurkan token baru.

Soft fork biasanya dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti menghilangkan bug, meningkatkan kinerja jaringan, menurunkan fee jaringan, dan meningkatkan keamanan jaringan.

Contoh soft fork yang terkenal adalah SegWit di jaringan Bitcoin yang dirancang untuk meningkatkan ukuran blok guna meningkatkan tingkat throughput. Ada juga Pay to Script Hash (P2SH) soft fork yang dirancang untuk mengubah format alamat Bitcoin.

Soft fork dianggap lebih aman dari serangan karena ada node yang tidak melakukan transisi ke blockchain versi upgrade yang akan tetap menganggap rantai tersebut valid. Soft fork juga memungkinkan penambahan fitur dan fungsi baru dalam jaringan tanpa perlu mengubah aturan dasar blockchain. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *