Volubit.id —  PT Pos Indonesia resmi memperkenalkan prangko nonfungible token (NFT) perdana pada Selasa, 1 Oktober 2024. Prangko ini menampilkan gambar burung cendrawasih yang dirilis dalam dua versi, yakni versi fisik dan versi NFT.

Direktur Utama Pos Indonesia Faizal R Djoemadi mengatakan, prangko NFT merupakan inovasi terbaru yang sejalan dengan tren global di dunia filateli yang semakin condong ke platform digital. “Di Asia Tenggara, kita merupakan negara ketiga setelah Thailand dan Malaysia yang meluncurkan NFT,” kata Faizal.

Prangko baru ini menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan inovasi blockchain. Langkah tersebut sejalan dengan komitmen Indonesia untuk terus berinovasi dalam dunia Web3.

Pada 28 Maret, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan rencana untuk meluncurkan peraturan sandbox untuk aset kripto di Indonesia pada awal 2025 yang bertujuan untuk mencegah penipuan.

Sayangnya, pengenalan perangko NFT di Indonesia dilakukan pada saat minat terhadap barang koleksi digital itu sedang menurun.

Pada September tahun ini, NFT mencatat volume penjualan bulanan terendah sejak Januari 2021. Data CryptoSlam menunjukkan, NFT hanya menyentuh volume perdagangan $296 juta pada bulan tersebut atau turun sekitar 20% dari Agustus dan turun 81% dari Maret di tahun yang sama, ketika penjualan NFT mencapai puncaknya sebesar $1,6 miliar.

Jumlah transaksi NFT juga mengalami penurunan pada September ini menjadi 4,9 juta dari 7,3 juta di pada Agustus, atau turun sebesar 32%.

Prangko NFT bukan hal yang baru di industri kripto. Pada 2021, berbagai entitas mencoba menghidupkan kembali minat terhadap koleksi prangko dengan menjadikannya NFT.

Pada 17 Juni 2022, Uni Emirat Arab (UEA) merayakan hari jadi ke-50 dengan meluncurkan prangko modern termahal di dunia. Prangko tersebut berisi satu gram emas dan hadir dengan versi NFT. PostNL dari Belanda dan Kantor Pos Austria juga menjalin kerja sama untuk merilis prangko NFT.