Volubit.id — Harga Bitcoin kini memasuki minggu kedua tren penurunan setelah sempat menyentuh rekor tertinggi di level $124.000. Kondisi ini memunculkan pertanyaan, apakah penurunan ini hanya jeda sementara atau tanda awal koreksi yang lebih dalam.
Untuk menganalisis situasi ini, platform analitik on-chain Glassnode dalam laporan mingguan terbarunya, Rabu, 27 Agustus 2025, menggunakan metrik Cost Basis Distribution (CBD) Heatmap. Metrik ini memetakan di harga berapa banyak Bitcoin terakhir berpindah tangan.
Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di kisaran $111.000, tepat di atas batas bawah celah harga yang sebelumnya sempat terbentuk. Penurunan ini justru memberi kesempatan bagi investor untuk membeli di harga lebih murah sehingga celah tersebut perlahan terisi.
Sejak Desember 2024, terpantau adanya akumulasi besar di rentang $93.000–$110.000, yang kini mulai membentuk lantai harga baru. Akumulasi inilah yang membuat harga Bitcoin masih mampu bertahan di atas $110.000.
Namun, penurunan lebih jauh tetap mungkin terjadi, terutama jika muncul tekanan jual besar-besaran dalam waktu singkat, atau jika permintaan berhenti cukup lama hingga memaksa investor yang membeli di area tersebut untuk melepas asetnya.

Harga Bitcoin yang kini berada di kisaran $111.000 ternyata sudah menembus di bawah rata-rata harga beli (cost basis) investor baru sehingga menambah tekanan di pasar.
Data menunjukkan, cost basis untuk investor yang masuk pada 1 bulan terakhir ada di sekitar $115.600 dan 3 bulan terakhir di kisaran $113.600.
Dengan kondisi ini, banyak investor baru berada dalam posisi rugi. Menurut analis, jika harga kembali naik, mereka kemungkinan besar akan buru-buru menjual untuk balik modal, yang berpotensi menciptakan tekanan resistensi di pasar.
Lebih krusial lagi, cost basis investor 6 bulan terakhir berada di sekitar $107.000. Jika Bitcoin turun dan bertahan di bawah level tersebut, risiko kepanikan akan semakin besar.

Pasar Bitcoin dinilai perlu berhati-hati jika harga terus melemah dan bertahan di bawah $108.900, yang merupakan cost basis short-term holder (STH). Sejarah mencatat, kondisi seperti ini kerap menjadi awal fase bearish berkepanjangan, ketika investor baru mulai menyerah akibat kerugian yang belum terealisasi.
Untuk melihat seberapa berat tekanan pasar saat ini, analis membandingkan struktur harga Bitcoin dengan kondisi ekstrem pada siklus-siklus sebelumnya. Secara historis, fase bearish biasanya ditandai oleh penurunan tajam, baik sebagai reset pertengahan siklus maupun fase kapitulasi besar-besaran.
Sejauh ini, penurunan Bitcoin ke level $110.100 hanya setara dengan koreksi sekitar 11,4% dari rekor tertinggi $124.000. Angka ini masih tergolong ringan jika dibandingkan dengan koreksi pertengahan siklus sebelumnya yang umumnya lebih dari 25%, atau fase bearish ekstrem yang bahkan mencatat penurunan hingga lebih dari 75%.
Dengan perbandingan tersebut, koreksi Bitcoin kali ini masih bisa dikatakan dangkal, dan belum menyerupai pola tekanan besar yang pernah terjadi dalam sejarah pasar kripto.


