Jilat Ludah Sendiri, Vanguard Buka Produk ETF Kripto

Volubit.id β€” Vanguard akhirnya menyerah pada tekanan zaman. Mulai 3 Desember 2025, raksasa manajer aset itu membuka akses perdagangan ETF dan reksa dana berbasis kripto di platform brokerage-nya. Langkah yang bertolak belakang dengan posisi keras mereka selama bertahun-tahun. Perusahaan yang mengelola dana U$11 triliun itu kini mengizinkan kliennya bertransaksi ETF Bitcoin, Ethereum, XRP, dan Solana, selama produk tersebut memenuhi standar regulasi dan mendapat persetujuan SEC.

Perubahan sikap ini hadir saat tren ETF kripto sudah matang dan menjadi bagian dari pasar arus utama. Dalam wawancaranya dengan Bloomberg, Head of Brokerage and Investments Vanguard, Andrew Kadjeski, menyebut bahwa ETF dan reksa dana kripto telah melewati uji tempur volatilitas pasar. Produk-produk itu tetap likuid dan bekerja sesuai mekanisme yang dirancang. Menurutnya, proses back-office kini jauh lebih siap untuk menangani produk aset digital, sementara preferensi investor berubah cepat dalam setahun terakhir.

Keputusan ini terasa ironis bagi investor lama Vanguard. Pasalnya, selama hampir satu dekade, perusahaan berkantor pusat di Pennsylvania itu menolak memasukkan Bitcoin ke dalam portofolio klien. Saat ETF Bitcoin spot pertama diluncurkan di Amerika Serikat (AS) pada Januari 2024, Vanguard justru memilih memblokir akses.

Saat itu alasan mereka klasik: Bitcoin terlalu volatil, tidak memiliki arus kas, dan tidak sesuai dengan filosofi investasi jangka panjang berbasis fundamental yang menjadi DNA perusahaan. Sikap tersebut saat itu memicu kemarahan sebagian investor muda yang menganggap Vanguard ketinggalan zaman. Tagar #BoycottVanguard juga sempat mengemuka di media sosial.

Penolakan itu tidak lepas dari kebijakan sang mantan CEO, Tim Buckley. Dalam sejumlah webinar, Buckley mengatakan perusahaan tidak akan mengubah posisinya kecuali Bitcoin berubah menjadi aset dengan karakteristik lebih stabil. Ia menilai ETF Bitcoin tidak cocok untuk tabungan pensiuntidak cocok untuk tabungan pensiun dan BTC tidak terbukti sebagai store of value terutama lantaran tajamnya penurunan harga akibat bear market 2022.

Pandangan ini konsisten dengan sejarah Vanguard yang memang terkenal konservatif. Perusahaan sebelumnya melarang investor mengakses fundd bebrbasis internet pada akhir 1990-an, serta membatasi leverage dan inverse ETF pada 2019.

Tapi nyatanya pasar bergerak lebih cepat dan menelikung filosofi perusahaan. Tercatat 11 ETF Bitcoin spot yang debut pada 2024 mencapai arus dana sekitar $25 miliar hanya dalam sebulan perdana. Para titan industri seperti BlackRock dan Fidelity menghimpun dana besar. IBIT milik BlackRock bahkan hampir menyentuh $100 miliar setahun kemudian. Vanguard kemudian tiba-tiba tampak seperti satu-satunya pemain besar yang berdiri di luar arena tempur kapital karena menolak ikut bermain.

Titik balik kebijakan Vanguard yang lebih terbuka sendiri sebenarnya sudah terjadi pada Juli 2024. Saat itu, Salim Ramji yang ikut mengawal peluncuran ETF Bitcoin BlackRock, ditunjuk sebagai CEO baru. Penunjukan Ramji itu juga merupakan langkah sejarah lantaran pertama kalinya Vanguard merekrut pimpinan dari luar.

Sosok Ramji dikenal lebih pragmatis. Ia memahami bahwa investor ritel, khususnya generasi muda, semakin memandang aset digital sebagai bagian dari portofolio diversifikasi. Mengabaikan tren itu sama saja membiarkan pesaing menguasai segmen pasar yang berkembang paling cepat.

Keputusan membuka akses ETF kripto ini bukan berarti Vanguard akan langsung merilis produk kripto mereka sendiri. Perusahaan menegaskan tidak memiliki rencana ke arah tersebut dalam waktu dekat. Mereka hanya menyediakan akses, bukan menjadi penerbit. Mereka juga akan memblokir memecoin dan aset yang tidak disetujui SEC.

Kini, ada lebih dari 50 juta klien brokerage Vanguard yang bisa mengakses pasar kripto seturut regulasi, sesuatu yang mustahil dibayangkan dua tahun lalu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *