Volubit.id — DeepSeek adalah chatbot berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dari Cina yang cukup mirip dengan ChatGPT. Chatbot ini bisa melakukan berbagai perintah seperti menulis kode, berpikir logis, dan bahkan menyelesaikan soal matematika.
Setelah diluncurkan, DeepSeek langsung menjadi aplikasi AI nomor satu di Play Store dengan dua juta unduhan, yang popularitasnya menyaingi chatbot lainnya, seperti ChatGPT, Google Gemini, Grok AI, dan Claude AI.
Hingga akhir Januari 2025, DeepSeek bahkan berhasil menjadi Large Language Model (LLM) AI open-source code terbesar di dunia. LLM adalah model kecerdasan buatan yang dilatih menggunakan data teks yang sangat besar untuk memahami, menghasilkan, dan memproses bahasa alami.
Chatbot ini juga langsung mengguncang pasar saham teknologi Amerika Serikat (AS) terutama yang terkait AI. Pada 29 Januari lalu, saham Nvidia (NVDA), perusahaan pemasok chip AI, rontok 12%. Penurunan ini diikuti oleh raksasa teknologi lainnya, termasuk Meta (META) dan Alphabet (GOOGL).
Pasar kripto ikut terimbas setelah Bitcoin anjlok hingga 6% dari $105.000 ke $98.350 pekan lalu. Data CoinMarketCap menunjukkan, pada 2 Februari, BTC masih diperdagangkan di Harga $99.360.
Apa itu DeepSeek? Dalam artikel ini, Volubit mengupas fakta-fakta terkait DeepSeek yang belum banyak orang tahu.
Siapa yang Mengembangkan DeepSeek?
Startup teknologi DeepSeek didirikan pada Desember 2023 oleh Liang Wenfeng, warga negara Cina lulusan Universitas Zhejiang. Pria yang menyandang gelar di bidang teknik informasi elektronik dan ilmu komputer ini telah lama menyuarakan pentingnya inovasi AI di Cina, bukan sekadar meniru teknologi dari luar negeri.
Ia secara khusus dijuluki “Sam Altman dari Cina” dan telah menjadi salah satu tokoh penting dalam industri AI global. Sam Altman merupakan pendiri OpenAI yang mengembangkan berbagai model AI seperti ChatGPT.
Jika biasanya para pengembang AI berbasis di Silicon Valley, Liang justru mengawali kariernya di industri Keuangan. Sebelum mendirikan DeepSeek, ia merupakan CEO High-Flyer, sebuah perusahaan hedge fund yang fokus pada perdagangan kuantitatif, metode investasi yang menggunakan AI untuk menganalisis data keuangan dan membuat keputusan investasi.
Pada 2019, High-Flyer menjadi perusahaan hedge fund kuantitatif pertama di Cina yang berhasil mengumpulkan valuasi lebih dari 100 miliar yuan atau sekitar Rp200 triliun.
Liang mendirikan DeepSeek sebagai entitas yang terpisah dari High-Flyer. Namun perusahaan hedge fund tersebut tetap menjadi investor utamanya. DeepSeek dibuat untuk fokus pada pengembangan dan penerapan model kecerdasan buatan canggih LLM.
DeepSeek mengembangkan beberapa model, salah satunya DeepSeek R1 yang diperkenalkan pada Januari 2025. Model R1 disebut sangat unggul dalam berpikir logis karena dapat memberikan jawaban secara bertahap, seperti cara berpikir manusia.
Biaya pengembangan chatbot AI ini dilaporkan kurang dari $6 juta, jauh lebih murah dibandingkan dengan pengembangan GPT-4 dari OpenAI yang menghabiskan lebih dari $100 juta.
Cara DeepSeek mengembangkan modelnya masih belum sepenuhnya diketahui. Konon, pendirinya diam-diam mengumpulkan chip Nvidia A100 untuk diboyong ke Cina. Chip AI ini sejak 2022 sudah dilarang diekspor ke negara tirai bambu tersebut.
Dengan lebih dari 50.000 chip Nvidia A100, ditambah chip Nvidia H800 yang lebih murah, DeepSeek diklaim berhasil menciptakan model AI yang kuat dengan biaya rendah.
Namun, media Cina langsung mengeluarkan laporan bahwa DeepSeek menggunakan chip Huawei Ascend 910C buatan lokal. Sayangnya, banyak yang menyebut kinerja chip ini tak semoncer pabrikan Nvidia.
Mengapa DeepSeek Unggul?
Pengembangan AI diketahui membutuhkan sumber daya yang sangat besar. Meta, misalnya, menginvestasikan $65 miliar untuk mengembangkan teknologi AI. CEO OpenAI, Sam Altman, bahkan menyatakan industri AI membutuhkan triliunan dolar untuk bisa mengembangkan chip canggih guna mendukung pusat data yang sangat boros energi.
Namun, DeepSeek membuktikan AI dengan kemampuan setara dapat dikembangkan dengan biaya yang jauh lebih rendah dan menggunakan hardware yang lebih sederhana. Terobosan ini membantah pernyataan bahwa pengembangan model AI selalu membutuhkan investasi besar.
DeepSeek R1 dikembangkan dengan arsitektur inovatif Mixture-of-Experts (MoE). Dilansir dari Modular, MoE adalah sistem yang membagi pekerjaan ke dalam beberapa bagian kecil, mirip seperti divisi dalam perusahaan yang masing-masing mengerjakan tugas tertentu.
Pendekatan ini berbeda dari model AI pada umumnya yang harus mengaktifkan seluruh parameter setiap kali menerima input. Dengan hanya menggunakan bagian yang dibutuhkan, DeepSeek-R1 bisa bekerja lebih cepat dan hemat daya.
DeepSeek-R1 memiliki total 671 miliar parameter (unit pemrosesan dalam AI). Namun, hanya 37 miliar parameter yang digunakan saat menjawab pertanyaan atau menjalankan tugas.
Hal ini terjadi karena adanya gating mechanism yang memastikan hanya bagian yang benar-benar diperlukan yang bekerja. Dengan cara ini, DeepSeek-R1 dapat memproses informasi lebih cepat tetapi lebih efisien dibandingkan model AI lainnya.
Selain inovasi arsitektur ini, model AI DeepSeek juga meningkatkan kemampuannya melalui proses pembelajaran berbasis trial-and-error, mirip dengan cara manusia belajar.
Tak hanya itu, sifatnya yang open-source membuka peluang bagi penelitian AI yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih mudah diakses.
Pengaruh Pemerintah Cina yang Kuat
Meski dianggap bisa mengubah lanskap teknologi dan keuangan dalam industri AI, DeepSeek tetap punya kekurangan yang tak jarang menjadi olok-olok pengguna di luar Cina.
Seperti model AI asal Cina lainnya, Ernie (Baidu) dan Doubao (ByteDance), DeepSeek dirancang untuk menghindari topik-topik politik Cina yang sensitif. Saat ditanya tentang peristiwa insiden Tiananmen 1989, misalnya, DeepSeek menolak memberikan jawaban, dengan alasan model ini hanya menyediakan informasi yang berguna dan tidak berbahaya.
Pembatasan ini menunjukkan pengembangan DeepSeek tetap harus disesuaikan dengan ‘pesanan’ penguasa Cina. Besarnya campur tangan pemerintah dianggap bisa menurunkan minat pengguna global terhadap chatbot tersebut, meskipun anggapan ini belum sepenuhnya terbukti.
Beberapa media Amerika menyebut, keamanan data pengguna DeepSeek juga belum terbukti aman karena ada kemungkinan penyalahgunaan. Dalam hal ini, OpenAI yang mengembangkan ChatGPT dianggap lebih transparan dalam pengumpulan dan penggunaan data.
FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang