Volubit.id — Peningkatan adopsi blockchain Layer 2 (L2) dalam ekosistem Ethereum dinilai malah menjadi buah simalakama yang berdampak buruk buat ekonomi token ETH.
Walaupun L2 dirancang untuk membantu skalabilitas Ethereum dengan memindahkan transaksi dari Layer1 (L1) ke jaringan yang lebih cepat dan lebih murah, efek jangka panjangnya terhadap harga dan permintaan ETH masih diperdebatkan.
Laporan dari CoinShares, yang ditulis oleh analis Matthew Kimmell, menunjukkan bahwa meskipun L2 meningkatkan efisiensi jaringan, peranakan Ethereum ini juga mengganggu mekanisme ekonomi yang seharusnya menjaga nilai ekonomi ETH.
“Realitas bahwa Ethereum menghasilkan biaya L1 yang tinggi untuk mendukung nilai ETH kini nampak suram. Biaya transaksi L1 terus turun, menimbulkan pertanyaan tentang apa yang membedakan layanan di setiap layer, dan apa yang akan mendorong lanskap biaya L1 ke depannya,” tulis Kimmell.
(Sumber: Token Terminal)
Kimmel berpendapat biaya transaksi super mahal di Ethereum yang dikenal bisa bikin kantong bolong ini sebetulnya menjadi katalis bullish bagi ekonomi token ETH, terutama setelah Ethereum memperkenalkan EIP-1559, yang memungkinkan sebagian besar biaya transaksi (base fees) dibakar dan dihapuskan dari sirkulasi pada 2021 silam.
Kondisi ini membuat suplai token ETH semakin berkurang bila jaringan terus digunakan untuk transaksi.
Kehadiran mekanisme burn token ini secara otomatis membuat suplai token ETH semakin berkurang bila jaringan terus digunakan untuk transaksi, terutama bila Ethereum sanggup mencapai pendapatan biaya transaksi tinggi seperti saat masa puncak pada 2021 di mana biaya transaksi tahunan Ethereum mencapai senilai $10 miliar.
Tapi, menurut laporan CoinShares, situasi ini berubah setelah pengenalan mekanisme blob yang diimplementasikan via Dencun Upgrade pada 2024. Dengan adanya mekanisme ini, L2 dapat menyelesaikan transaksi di L1 dengan biaya jauh lebih murah, sehingga revenue transaksi L1 melorot tajam.
Pertumbuhan Rollups L2 ini membuat jumlah ETH yang dibakar melalui mekanisme EIP-1559 berkurang. Implikasinya tekanan deflasi terhadap pasokan ETH melemah.
Salah satu opsi untuk mengatasi tantangan ini menurut Kimmel adalah menciptakan kasus penggunaan bernilai tinggi mengandalkan keamanan dan keandalan L1. Namun, menurut Kimmel opsi ini dinilai tidak realistis dalam jangka pendek.
Tawaran alternatif lainnya ialah meningkatkan adopsi L2 dengan volume transaksi gignatik agar bisa mengompensasi penurunan biaya transaksi L1. Namun kondisi ini juga musyikil dicapai dalam waktu dekat lantran niscaya mensyaratkan pertumbuhan luar biasa L2.
“Solusi yang paling mungkin, dan mungkin yang paling kontroversial, adalah menetapkan ulang harga blob space untuk meningkatkan biaya penyelesaian di L2. Meskipun ini akan memulihkan sebagian pembakaran pasokan di L1, langkah ini berisiko mengganggu ekonomi L2 yang sudah jadi kunci keberhasilan terbaru Ethereum dan meningkatkan kemampuannya untuk bersaing sebagai ekosistem dengan platform alternatif (seperti Solana, Binance Chain, dll.).”
Laporan CoinShares menyimpulkan meskipun L2 membantu skalabilitas Ethereum, namun di sisi lain juga memperumit mekanisme yang menghubungkan nilai ETH dengan utilitasnya. Masa depan ETH sebagai aset investasi menurutnya masih penuh ketidakpastian, dan bergantung pada bagaimana komunitas Ethereum memutuskan jalur terbaik buat proyek ini ke depan.
FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang