Volubit.id — Bull trap bukan istilah yang asing di telinga para trader kripto. Jebakan psikologis ini memanfaatkan emosi, seperti rasa takut dan serakah, agar investor melakukan keputusan gegabah yang sering kali berujung pada kerugian.
Bull trap adalah momen harga suatu aset tampak naik secara signifikan hampir melewati level resistensi sehingga memberi kesan pasar sedang memasuki tren bullish. Namun, kenaikan ini bersifat sementara karena sebenarnya harga akan berbalik turun setelah mencapai titik tertentu.
Nama “bull trap” berasal dari tren pasar bullish, pasar yang nilainya terus naik. Istilah “trap” menggambarkan pasar bullish palsu yang bisa menipu para trader. Bull trap juga lumrah terjadi di pasar keuangan tradisional, seperti pasar saham.
Selain bull trap, trader juga biasanya dihadapkan dengan bear trap. Bear trap menyesatkan investor dengan memberi kesan bahwa pasar sedang turun, tapi ternyata justru berbalik naik.
Contoh Bull Trap dan Pemicunya
Bayangkan saat sedang memantau pasar Bitcoin (BTC), tiba-tiba harga Bitcoin melonjak tajam dari $94.000 menjadi $99.000 dalam waktu singkat. Kenaikan ini menarik perhatian banyak investor, yang takut kehilangan peluang keuntungan.
Melihat lonjakan ini, investor memutuskan untuk membeli Bitcoin di harga $99.000, dengan harapan harga akan terus naik. Namun, setelah beberapa jam, alih-alih menembus $100.000, harga Bitcoin justru mulai turun kembali dengan cepat ke $95.000.
Dalam situasi ini, trader terjebak dalam bull trap dan menghadapi kerugian. Biasanya bull trap terjadi karena beberapa faktor, di antaranya:
1. Rumor atau Berita Palsu
Pasar kripto beroperasi 24/7, begitu pula dengan berita yang dapat mempengaruhinya. Berita negatif tentang koin tertentu dapat menyebabkan penurunan harga. Misalnya, berita yang menyebutkan Bitcoin akan diterima sebagai alat pembayaran resmi di suatu negara, bisa mendorong banyak orang untuk membeli Bitcoin dan memicu harga naik. Namun, setelah berita tersebut terbukti palsu, investor mulai menjual, dan harga pun jatuh.
2. Manipulasi Pasar (pump and dump atau rug pull)
Sekelompok besar pelaku pasar mungkin sengaja membeli Bitcoin dalam jumlah besar untuk mendorong harga naik. Setelah harga mencapai puncak, mereka menjual asetnya secara masif sehingga menyebabkan harga jatuh dan membuat investor lain merugi. Aksi ini dikenal dengan skema pump and dump.
Ada pula proyek yang dibuat secara sengaja sebagai rug pull. Ketika harganya mencapai titik tertentu, kreator proyek akan menjual sebagian besar aset mereka untuk meraih keuntungan. Akibatnya, semua investor lain harus menanggung kerugian.
3. FOMO (Fear of Missing Out)
FOMO atau Fear of Missing Out adalah perasaan takut melewatkan peluang besar untuk mendapatkan keuntungan ketika harga aset naik secara signifikan. Perasaan ini kerap mendorong investor untuk membeli aset tanpa pertimbangan matang dan analisis mendalam. Namun, saat tren berubah, banyak dari mereka akhirnya justru menjual aset dengan harga lebih rendah dari harga beli.
Cara Kenali Bull Trap
Proyek kripto yang baik adalah proyek yang terus berkembang untuk bisa berkontribusi pada ekosistem secara keseluruhan, tidak hanya fokus menaikkan harga. Dan tentunya, pasar yang sehat ditandai dengan pergerakan harga stabil dan konsisten, bukan dari beberapa pergerakan besar yang terjadi tiba-tiba.
Dalam trading kripto, kemampuan mengenali bull trap adalah bagian penting dari aktivitas trading. Berikut beberapa indikator yang perlu diperhatikan, dilansir dari Cointelegraph:
1. Lonjakan Harga Mendadak
Lonjakan harga yang tiba-tiba cukup umum terjadi di dunia kripto. Namun, biasanya setiap lonjakan harga selalu memiliki alasan masuk akal di baliknya. Jika kenaikan harga tidak bisa dibuktikan secara teknikal maupun fundamental, maka trader wajib berhati-hati.
2. Volume Perdagangan yang Tidak Sesuai
Jika volume perdagangan sebuah proyek kripto tidak sesuai dengan tren kenaikannya, misalnya tren harga positif tapi jumlah transaksi sedikit, bisa jadi hanya sekelompok kecil trader yang mendorong harga naik. Indikator ini pastinya bukan pertanda baik karena tidak mencerminkan kondisi pasar sebenarnya.
3. Harga Gagal Tembus Level Resistensi
Jika kenaikan harga yang tiba-tiba itu gagal melewati level resistensi, bisa jadi bull trap sedang terjadi. Biasanya, dalam bullish market, kripto dapat melewati level resistensi dengan mudah.
Cara Hindari Bull Trap
Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk meminimalkan kerugian dan menghindari bull trap.
1. Tetap Sabar
Kesabaran adalah kunci utama dalam menghindari jebakan psikologis seperti FOMO. Jangan terburu-buru mengambil keputusan hanya karena merasa takut melewatkan peluang keuntungan.
Tetap tenang dan menghindari tindakan tergesa-gesa adalah cara terbaik untuk mencegah jatuh ke dalam bull trap. Dengan fokus pada analisis, trader dapat tetap terlibat dalam pasar sambil meminimalisir risiko kerugian.
2. Lakukan Analisis
Sebelum membuat keputusan investasi, lakukan analisis yang komprehensif, seperti analisis berita terkini, fundamental proyek, dan pola perdagangan yang sedang terjadi. Informasi semacam ini dapat memberikan pandangan yang lebih jelas tentang potensi pergerakan harga aset sehingga trader dapat menghindari jebakan bull trap.
3. Pantau Indikator Pasar
Gunakan indikator teknikal untuk memvalidasi setiap keputusan trading. Beberapa indikator penting yang perlu diperhatikan meliputi volume perdagangan, level resistensi, dan pola pergerakan harga.
4. Gunakan Stop-Loss Order
Stop-loss order adalah tool yang sangat berguna untuk melindungi aset dari kerugian besar. Dengan mengatur stop-loss order, trader dapat secara otomatis menjual aset ketika harga mencapai level tertentu. Strategi ini memungkinkan trader tetap berada di pasar tanpa harus terus memantau pergerakan harga secara real-time.
FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang