Volubit.id — Proyek layer 2 (L2) Ethereum, Blast, mengumumkan distribusi airdrop token BLAST yang dieksekusi pada 26 Juni 2024. Distribusi token ini akan menjadi momen penanda awal desentralisasi proyek penskalaan berbasis Optimistic Rollup tersebut.
Setelah airdrop meluncur, bagaimanakah nasib Blast?
Proyek yang didirikan Pacman, founder of marketplace non-fungible toko (NFT ) Blur dan mendapatkan pendanaan $20 juta dari sejumlah venture capital (VC) tersebut memaparkan sejumlah pencapaiannya baru-baru ini via akun resmi Twitter mereka. Salah satunya ialah bahwa Blast merupakan proyek dengan pertumbuhan Total Value Locked (TVL) tercepat dalam sejarah blockchain.
Blast sendiri berhasil menorehkan TVL sebesar $2 miliar dalam 100 hari pertamanya, mengalahkan BSC, Solana, Tron, Base, bahkan Ethereum–meskipun Ethereum sempat mencatatkan TVL $2 miliar lebih cepat ketimbang Blast sebelum kemudian turun di hari ke-100. Data L2Beat mencatat TVL Blast terkini ada di angka $2,91 miliar.
Blast telah menjadi rumah bagi ekonomi onchain terbesar ke-6 di dunia berdasarkan TVL Dapp dan volume DEX. Chain ini juga menempati posisi ke-5 teratas dalam hal biaya pengguna. Selain itu, transaksi harian dan jumlah pengguna Blast terus mencapai rekor tertinggi baru.
Salah satu keunggulan utama Blast adalah stablecoin native USDB. Stablecoin ini dapat digunakan pemiliknya memperoleh yield atau imbal hasil tambahan. USDB sudah menjadi stablecoin ke-5 paling banyak digunakan dan ke-4 paling banyak dimiliki secara global yang menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari pengguna.
Berbeda dengan stablecoin pihak ketiga seperti USDC dan USDT yang digunakan di banyak blockchain lainnya, USDB dikembangkan dan dikelola secara langsung oleh ekosistem Blast. Pengguna yang menggunakan USDB dapat memperoleh yiel dari hasil ‘menyekolahkan’ stablecoin tersebut, seperti bunga atau insentif lain yang diberikan oleh Dapps.
Dengan kata lain, USDB tidak hanya berfungsi sebagai alat tukar yang stabil, tetapi juga memberikan keuntungan tambahan kepada pemegangnya dalam bentuk yield lebih tinggi.
Blast menawarkan dua fitur utama yang berbeda dengan L2 lainnya, yakni native yield dan gas revenue sharing. Native yield mengacu pada penghasilan yang secara otomatis diberikan kepada holder ETH dan stablecoin di ekosistem Blast. Yield ini dihasilkan melalui mekanisme auto-rebasing, di mana saldo ETH dan USDB secara otomatis meningkat berdasarkan hasil staking ETH dan protokol Treasury Bills (T-Bill) on-chain.
Proyek L2 lainnya biasanya memberlakukan tingkat bunga default 0%, sedangkan di Blast, pengguna mendapatkan yield 4% untuk ETH dan 5% untuk stablecoin. Yield ini berasal dari staking ETH di layer 1 (L1) Ethereum dan protokol T-Bill onchain seperti MakerDAO.
Sedangkan gas revenue sharing merupakan program pembagian pendapatan dari gas fee kepada developer Dapps. Pada mayoritas L2, gas revenue ini biasanya hanya didistribusikan kepada pengelola. Dengan skema ini, developer Dapps di Blast bisa memilih apakah mereka ingin mempertahankan pendapatan ini sebagai keuntungan atau menggunakannya untuk mensubsidi gas fee bagi pengguna.
Pendekatan ini menciptakan insentif tambahan bagi developer untuk membangun dan memelihara Dapps di ekosistem Blast, sambil memberikan manfaat langsung kepada pengguna dalam bentuk biaya transaksi yang lebih rendah.
Distribusi airdrop ini tentunya diharapkan dapat memperluas basis pengguna dan meningkatkan likuiditas. Namun, harapan ini belum tentu jadi kenyataan. Pasalnya, distribusi airdrop justru menjadi salah satu momen kurva pertumbuhan biasanya berbalik arah.
Beberapa proyek L2 lain yang telah meluncurkan airdrop, seperti Manta dan Mode, mengalami penyusutan TVL setelah kampanye insentif airdrop berakhir. TVL Manta susut dari $2 miliar lebih pada Maret menjadi $658 juta berdasar data terkini. Mode yang membagikan airdrop pada Mei juga mengalami nasib yang sama dengan penyusutan TVL dari kisaran $750 juta ke $570 juta.
Tokenomics dan Airdrop BLAST
Jelang distribusi airdrop, Blast mengungkapkan rincian tokenomicsnya yang mencakup alokasi untuk berbagai kelompok. Sebanyak 50% dari total suplai BLAST, atau sekitar 50 miliar token, disediakan untuk komunitas. Alokasi ini akan dilepas secara bertahap selama 3 tahun setelah token generation event (TGE).
Sementara itu, 25.5% dari pasokan BLAST, sekitar 25.48 miliar token, diperuntukkan bagi kontributor inti dengan lock period selama 4 tahun. Sedangkan investor mendapat jatah 16.5% dengan lock period yang sama seperti kontributor inti.
Proyek ini akan mengeksekusi airdrop BLAST fase 1 pada 26 Juni. Blast mengalokasikan total 17 miliar BLAST atau 17% dari total suplai, dengan rincian 7 miliar BLAST untuk Blast Points dan 7 miliar BLAST untuk Blast Gold.
Blast Points diberikan kepada pengguna yang mengikuti kampanye lockdrop ETH atau USDB ke ekosistem Blast sejak akhir 2023 lalu, sementara Blast Gold diberikan kepada kontributor Dapps.
Sisanya, 3 miliar BLAST akan diberikan kepada Blur Foundation untuk didistribusikan kepada pengguna setia Blur melalui airdrop retroaktif dan masa depan.
Blast juga memberlakukan vesting schedule kepada pengguna top 0.1% dengan periode unlock bertahap selama enam bulan.
FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang