Volubit.id — Dalam dunia blockchain, node dan validator adalah dua istilah yang sering muncul dan saling dipertukarkan. Keduanya memainkan peran penting dalam menjaga keamanan, validitas, dan desentralisasi jaringan.
Baik node maupun validator adalah dua elemen penting dalam blockchain yang memiliki peran berbeda namun saling melengkapi. Node bertugas menyimpan dan menyebarkan data transaksi, sedangkan validator bertanggung jawab memproses transaksi dan membuat blok baru.
Tapi, banyak yang masih bingung membedakan keduanya, terutama dalam hal fungsi dan cara kerja. Lantas, apa itu node dan validator? Apa perbedaan fungsi dan bagaimana cara kerjanya?
Apa Itu Node?
Secara sederhana, node adalah komputer atau perangkat yang terhubung ke jaringan blockchain dan menyimpan salinan data transaksi. Setiap node berkomunikasi dengan node lainnya untuk memastikan bahwa seluruh jaringan memiliki informasi yang sama dan akurat.
Node memiliki beberapa jenis, tetapi yang paling umum adalah full node dan light node. Full node menyimpan seluruh riwayat transaksi blockchain, memverifikasi setiap transaksi baru, dan memastikan bahwa aturan protokol tetap ditegakkan. Light node, di sisi lain, hanya menyimpan sebagian kecil data dan bergantung pada full node untuk mendapatkan informasi tambahan.
Peran node sangat penting dalam menjaga integritas blockchain. Tanpa node, tidak ada yang bisa memastikan apakah transaksi yang terjadi sah atau tidak. Bahkan jika tidak semua node aktif menambang atau memvalidasi blok baru, keberadaannya tetap krusial untuk memastikan jaringan tetap beroperasi dengan benar.
Apa Itu Validator?
Validator adalah jenis node yang memiliki tugas lebih spesifik, yaitu memverifikasi transaksi dan menambahkan blok baru ke dalam blockchain. Dalam sistem Proof of Stake (PoS), validator menggantikan peran penambang yang ada di sistem Proof of Work (PoW) seperti Bitcoin.
Agar bisa menjadi validator, seseorang harus menyetor sejumlah aset kripto sebagai jaminan, atau yang disebut staking. Misalnya, pada blockchain Ethereum, harus menyetor 32 ETH untuk berpartisipasi sebagai validator. Staking ini berfungsi sebagai jaminan agar validator bertindak jujur, karena jika mereka mencoba memanipulasi jaringan, sebagian atau seluruh aset yang mereka setorkan bisa disita dalam mekanisme yang disebut slashing.
Validator bekerja dengan memilih transaksi yang valid, mengelompokkan transaksi tersebut ke dalam blok, lalu mengusulkan blok tersebut ke jaringan. Jika blok yang diajukan diterima oleh validator lain, maka blok tersebut ditambahkan ke blockchain, dan validator mendapatkan imbalan dalam bentuk koin baru serta biaya transaksi.
Perbedaan Node dan Validator
Meskipun validator adalah bagian dari node, tidak semua node adalah validator. Node bertindak sebagai penyimpan data dan penjaga aturan protokol, sementara validator memiliki peran aktif dalam pemrosesan transaksi dan pembuatan blok.
Perbedaan utama lainnya terletak pada persyaratan teknisnya. Menjalankan node biasanya tidak memerlukan modal besar atau perangkat keras yang sangat kuat. Sebaliknya, validator membutuhkan perangkat dengan spesifikasi tinggi serta koneksi internet yang stabil untuk memastikan mereka dapat beroperasi tanpa gangguan. Validator juga harus mempertaruhkan aset mereka, yang berarti ada risiko kehilangan dana jika mereka tidak menjalankan tugas dengan baik.
Bayangkan sebuah sistem transportasi kota yang memiliki dua peran utama: petugas jalan raya dan petugas gerbang tol. Sistem ini bisa dianalogikan dengan bagaimana blockchain bekerja, di mana node berperan sebagai petugas jalan raya yang mengawasi lalu lintas, sementara validator adalah petugas gerbang tol yang menentukan siapa yang boleh melewati jalan tol dan mengatur pembayaran.
Sebagai petugas jalan raya, node bertugas mengawasi dan mencatat semua kendaraan yang melintas di jalan raya. Mereka mencatat nomor kendaraan, kecepatan, dan arah perjalanan, tetapi mereka tidak berhak memutuskan apakah kendaraan itu boleh melintas atau tidak. Petugas jalan raya hanya memastikan bahwa semua kendaraan yang lewat terekam dengan benar dalam sistem lalu lintas.
Dalam konteks blockchain, node menyimpan seluruh catatan transaksi dan menyebarkan informasi ke seluruh jaringan. Mereka bisa mengecek apakah transaksi sah berdasarkan aturan yang ada, tetapi mereka tidak berhak mengonfirmasi transaksi ke dalam “jalan tol utama” alias blockchain.
Sesangkan validator adalah petugas yang berjaga di gerbang tol dan memiliki kekuasaan lebih besar. Mereka menentukan apakah sebuah kendaraan boleh masuk tol atau tidak. Jika kendaraan memenuhi aturan (misalnya memiliki kartu tol yang valid atau membayar tarif), maka mereka diperbolehkan masuk ke jalur utama yang lebih eksklusif. Jika tidak, kendaraan itu akan ditolak.
Di blockchain, validator memiliki tugas lebih besar dibandingkan node biasa. Mereka tidak hanya menyimpan dan menyebarkan informasi transaksi, tetapi juga memverifikasi transaksi baru dan mengelompokkan transaksi yang sah ke dalam blok untuk ditambahkan ke blockchain. Validator juga mendapatkan imbalan atas tugas ini dalam bentuk token, seperti biaya tol yang dikumpulkan oleh petugas gerbang.
Perlu diketahui juga bahwa belakangan ini, banyak proyek kripto yang menjual “node” kepada komunitas. Berbeda dengan node konvensional yang menjalankan fungsi teknis seperti memverifikasi transaksi dan menyimpan salinan blockchain, node yang dijual ini sering kali hanya memberikan hak untuk menerima imbalan tanpa benar-benar berkontribusi pada jaringan.
Beberapa proyek ada yang menjual node yang benar-benar membantu operasional jaringan. Namun, ada juga proyek yang hanya menjadikan node laiknya sebagai NFT atau lisensi berbayar, di mana pemiliknya mendapat reward tanpa menjalankan fungsi blockchain.
Perbedaannya terletak pada peran teknis dan aspek ekonomi. Node konvensional mendukung jaringan secara langsung, sementara node yang dijual sering kali bergantung pada pemasukan dari pengguna baru. Jika proyek tidak memiliki basis ekonomi yang kuat, imbalan dari node ini nilainya bisa menyusut drastis dan bahkan membuat rugi.
Bagaimana Cara Kerja Keduanya dalam Blockchain?
Cara kerja node dimulai dengan menerima transaksi baru yang dikirim oleh pengguna. Node kemudian menyebarkan transaksi tersebut ke seluruh jaringan untuk diverifikasi. Jika transaksi dianggap sah, maka transaksi akan masuk ke dalam pool menunggu konfirmasi.
Setelah tahap tersebut selesai, validator mulai bekerja. Validator memilih transaksi yang valid, mengelompokkannya ke dalam blok baru, lalu mengajukan blok tersebut ke jaringan. Validator lain akan memverifikasi apakah blok tersebut sah sebelum akhirnya ditambahkan ke blockchain. Setelah blok dikonfirmasi, transaksi di dalamnya dianggap final dan tidak bisa diubah.
Dalam blockchain yang PoS, validator dipilih berdasarkan jumlah aset yang mereka staking. Semakin besar staking, semakin besar kemungkinan mereka dipilih untuk memproses transaksi dan mendapatkan imbalan.
Sementara itu, dalam blockchain yang menggunakan PoW seperti Bitcoin, validator digantikan oleh penambang yang harus memecahkan teka-teki kriptografi untuk menambahkan blok baru. Mekanisme ini membutuhkan daya komputasi yang besar, berbeda dengan PoS yang lebih hemat energi.
FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang