Volubit.id — Pemerintah Korea Selatan menyatakan telah menjatuhkan sanksi terhadap 15 orang dan satu entitas asal dari Korea Utara. Mereka disebut terlibat dalam kegiatan siber ilegal, termasuk pencurian mata uang kripto.
Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, 15 orang merupakan anggota Biro 313, organisasi yang dinaungi Departemen Industri Mesin Partai Buruh Korea.
Departemen ini diketahui telah dijatuhi sanksi oleh Dewan Keamanan PBB sejak 2016 karena dianggap bertanggung jawab atas produksi senjata Korea Utara, termasuk program misil balistiknya.
“Personel TI (teknologi informasi) Korea Utara ini ditempatkan di Cina, Rusia, Asia Tenggara, dan Afrika sebagai bagian dari organisasi pemerintah. Mereka menyamar, mendapatkan kontrak kerja dari perusahaan TI global, dan sebagian terlibat dalam pencurian informasi serta serangan siber,” bunyi pernyataan tersebut.
Meski demikian, kementerian menolak mengungkapkan identitas spesifik para pelaku pencurian kripto tersebut.
Salah satu individu yang terkena sanksi, Kim Cheol-min, dilaporkan menyusup ke perusahaan TI di Amerika Serikat dan Kanada sebagai karyawan dan mengirimkan sejumlah besar penghasilannya ke Pyongyang.
Selain itu, Korea Selatan juga menjatuhkan sanksi kepada satu entitas Korea Utara yang mengirim banyak personel TI Korea Utara ke luar negeri dan mengalihkan dana dalam jumlah besar untuk mendukung rezim dan militernya.
Peretas Korut Makin Beringas
Seperti yang telah dilaporkan Volubit sebelumnya, menurut platform intelijen kripto Chainalysis, peretas yang terafiliasi dengan Korea Utara telah mencuri kripto senilai $1,34 miliar dalam 47 insiden sepanjang 2024. Jumlah ini naik 102% dibandingkan 2023 yang hanya sebesar $660 juta.
Nilai $1,34 miliar tersebut mencakup lebih dari 61% total aset kripto yang dicuri sepanjang 2024 dan lebih dari 20% total insiden peretasan.
Chainalysis mencatat adanya tren yang mengkhawatirkan untuk 2025. Meskipun jumlah total serangan menurun, serangan yang dilakukan oleh agen Korea Utara semakin canggih dan menghasilkan kerugian lebih besar.
“Serangan bernilai antara $50 hingga $100 juta, serta di atas $100 juta, jauh lebih sering terjadi pada 2024 dibandingkan tahun 2023, menunjukkan bahwa Korea Utara semakin mahir dalam eksploitasi besar-besaran,” tulis Chainalysis.
Metode peretasan yang semakin canggih ini memungkinkan Korea Utara melakukan serangan yang lebih menguntungkan, berbeda dengan eksploitasi mereka pada 2022 yang biasanya hanya menghasilkan keuntungan di bawah $50 juta.
FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang