Volubit.id — Pergerakan harga aset di pasar kripto masih terus tertahan di kisaran harga terkini selama dua pekan terakhir. Harga Bitcoin (BTC) per 23 Agustus 2024 tercatat masih ada di kisaran $61.000 dan belum mampu menembus level resistance di kisaran $64.000.

Level harga BTC terkini sebetulnya telah naik 20% setelah bottom reversal dari titik bawah $50.000 saat market crash pada 5 Agustus lalu. Sedangkan total pangsa pasar kripto juga sudah naik dari $1,77 menjadi $2,16. Saat market crash melanda, pasar kripto dan saham mengalami kejatuhan cukup dalam akibat kekhawatiran akan potensi resesi.

Bila dibandingkan dengan pasar saham dan obligasi, tren harga BTC dan aset kripto secara keseluruhan masih kalah tanding. Sejumlah saham flagship macam S&P 500, Nasdaq dan Dow Jones, sudah pulih sepenuhnya dari penurunan di atas 5%. Sementara BTC setidaknya masih harus naik lebih dari 5% lagi agar bisa recovery penuh.

Sementara pasar obligasi langsung menjadi primadona setelah data negatif tingkat pengangguran AS yang memicu kekhawatiran resesi muncul. Yield alias imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun dari kisaran 3,95% ke 3,7%. Artinya, ada banyak investor yang menyekolahkan uang mereka ke produk obligasi ini sehingga yield menurun.

Kondisi ini menggambarkan obligasi lebih dipilih investor sebagai safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global. Ini sekaligus menunjukkan bahwa investor rela menerima keuntungan yang lebih rendah dari aset-aset yang menawarkan kepastian yield ketimbang aset berisiko. Aset kripto yang lebih berisiko, menjadi kurang menarik sebagai safe haven termasuk bila dibandingkan dengan saham.

Kondisi ini turut dipengaruhi sikap ragu-ragu investor terhadap strategi Federal Reserve (The Fed) dalam menangani inflasi. Meskipun ada harapan bahwa The Fed akan berhasil menurunkan inflasi tanpa memicu resesi, ketidakpastian mengenai efektivitas kebijakan tersebut membuat investor cenderung memilih aset yang lebih stabil.

The Fed diharapkan akan memangkas suku bunga pada tanggal 18 September mendatang. Data CME FedWatch Tool, 75,5% investor memprediksi The Fed akan menurunkan suku bunga 0,25%, sementara sisanya 24,5% memprediksi penurunan 0,5% dari suku bunga terkini 5,25%-5,50%. Pemangkasan suku bunga ini akan mendorong aktivitas ekonomi dan investasi.

Beberapa indikator pasar yang dapat dijadikan alat baca potensi pergerakan pasar kripto masih belum menunjukkan hilal jelas. Potensi bullish maupun bearish masih sama-sama dapat ditemukan dalam beragam data.

Data firma analitik Glassnode mencatat jumlah stablecoin yang beredar di pasar kripto terus tumbuh terutama sejak awal tahun 2024 dengan pangsa pasar mencapai $153 miliar saat ini, terpaut $10 miliar dari all time high (ATH) $163 miliar pada Maret 2022. Jumlah stablecoin ini menandakan adanya banyak likuiditas tertahan di pasar kripto, yang siap dilepas dalam aksi beli. Namun likuiditas yang tertahan itu juga bisa saja ditarik keluar dari pasar, yang tidak akan berpengaruh terhadap harga.

Sedangkan dashboard CryptoQuant mencatat saldo Bitcoin di pasar over-the-counter (OTC) mencapai rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir sebesar 368.000 BTC per 21 Agustus. Peningkatan saldo di pasar OTC ini kerap kali dijadikan sinyal yang mengindikasikan penurunan harga Bitcoin lebih lanjut.

Bitcoin OTC Desk Balances Soar to Two-Year Peak

“Historically, increases in #Bitcoin OTC desk balances have been associated with declines in Bitcoin prices.” – By @EgyHashX

Read more 👇https://t.co/N8sTmKsaPI pic.twitter.com/wp8MJGCSgl

— CryptoQuant.com (@cryptoquant_com) August 22, 2024

Tren di pasar futures juga memperlihatkan sentimen bearish dari para trader. K33 Research mencatat rata-rata funding rate tahunan Bitcoin selama tujuh hari terakhir per 20 Agustus tercatat menjadi yang terendah sejak Maret 2023. Funding rate yang negatif menunjukkan bahwa lebih banyak trader yang mengambil posisi short.