Pengertian dan Perbedaan Blockchain Proof of Work vs Proof of Stake

Volubit.id — Proof-of-work (PoW) dan proof-of-stake (PoS) adalah mekanisme konsensus yang digunakan dalam decentralized finance (DeFi). Tidak seperti centralized finance (CeFi) yang memiliki pihak ketiga untuk mengendalikan aktivitas keuangannya, DeFi lebih mengandalkan konsensus dari komunitas.

Agar blockchain bisa berjalan, komunitas harus mencapai konsensus secara kriptografis untuk memverifikasi setiap transaksi dan blok. Berikut pengertian dan perbedaan Proof of Work dan Proof of Stake dalam blockchain.

Apa Itu Blockchain Proof-of-Work?

Konsep PoW pertama kali diusulkan pada 1993 untuk melawan spam email. Namun, mekanisme ini baru benar-benar populer saat digunakan oleh Satoshi Nakamoto untuk memvalidasi blok baru dalam blockchain Bitcoin pada 2008.

Blockchain adalah sistem yang terdiri dari serangkaian blok yang disusun secara kronologis berdasarkan urutan transaksi. Di dalam blokchain terdapat buku besar (ledger) yang bisa melacak semua transaksi dan mengaturnya ke dalam blok-blok secara berurutan.

Blockchain dengan mekanisme konsensus PoW dijalankan melalui proses yang disebut ‘penambangan’. Proses ini memerlukan daya komputansi dari perangkat keras (node) untuk menyelesaikan teka-teki kriptografi rumit guna memvalidasi blok baru. Node yang paling cepat menjawab teka-teki ini akan mendapatkan rewards sejumlah koin kripto yang baru dicetak.

Node mengindentifikasi transaksi menggunakan hash, yang merupakan rangkaian angka panjang yang berfungsi sebagai proof-of-work. Fungsi hash merupakan fungsi satu arah yang artinya hanya dapat digunakan untuk memeriksa apakah data yang dihasilkan hash tersebut sesuai dengan data aslinya.

Semakin banyak hash yang digunakan, semakin besar kesempatan penambang untuk bisa memvalidasi blok baru. Namun, karena perangkat dan energi yang digunakan untuk menjalankan fungsi hash ini cukup mahal, maka dipastikan mustahil ada satu pihak penambang yang memonopoli proses validasi dalam blockchain PoW.

Untuk menghasilkan konsensus dan mengamankan legitimasi transaksi yang dicatat dalam blockchain, protokol PoW juga menggabungkan kekuatan komputasi dengan kriptografi sehingga dinilai sangat aman.

Meski demikian, PoW tercatat memiliki beberapa kekurangan, seperti boros listrik dan tidak efisien karena jumlah transaksi yang bisa divalidasi dalam satu waktu, cukup terbatas.

Penambang bahkan harus menanggung berbagai pengeluaran lain, termasuk biaya peralatan penambangan yang cepat rusak. Biaya transaksi sistem juga kerap melonjak jika jaringan kelebihan beban.

Contoh blockchain PoW adalah Bitcoin.

Apa Itu Blockchain Proof-of-Stake?

Jika model konsensus PoW dijalankan melalui proses penambangan, maka PoS dijalankan melalui mekanisme staking.

Pada 2011, konsep PoS mulai mengemuka dalam forum Bitcointalk sebagai solusi dari inefisiensi mekanisme konsensus PoW. Dalam PoS, untuk memvalidasi transaksi di jaringan, pengguna hanya perlu menunjukkan bahwa mereka memiliki sejumlah mata uang kripto asli dari jaringan tersebut.

Pengguna yang ingin menjadi validator blockchain, harus mengunci atau mempertaruhkan (stake) mata uang kripto yang mereka miliki. Semakin banyak token yang di-staking, semakin besar kesempatan untuk bisa memvalidasi blok baru. Validator yang berhasil melakukan validasi blok bisa mendapatkan rewards dari biaya transaksi (transaction fee).

Untuk memudahkan sistem ini, pengguna biasanya memanfaatkan layanan staking yang ditawarkan oleh exchange. Staking pool memungkinkan pemegang kripto untuk mendapatkan penghasilan pasif dengan berkontribusi mempertaruhkan kripto secara kolektif demi mendapatkan rewards.

Sistem PoS tentunya punya banyak keunggulan dibandingkan mekanisme PoW. Selain tidak boros energi, PoS juga menghasilkan jaringan yang memiliki lebih banyak node sehingga tata kelola komunitasnya lebih kuat.

Tak hanya itu, transaksi yang diproses juga lebih banyak dan lebih cepat. Jumlah transaksi per detik (TPS) dalam PoS lebih tinggi, yang memungkinkan ribuan transaksi diproses hanya dalam satu kedipan mata.

Sayangnya, jaringan PoS masih didominasi oleh para original gangster (OG) dan para pemegang token terbanyak. Contoh blockchain PoS adalah Ethereum.

Kedua mekanisme konsensus ini sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Yang jelas, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni menjaga karakteristik blockchain agar tidak dapat diubah dan tetap terdesentralisasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *