Volubit.id — Di tengah pesatnya perkembangan teknologi blockchain, inovasi anyar tak pernah berhanti muncul. Salah satu yang kini mulai menarik perhatian adalah Decentralized Science, atau sering disingkat DeSci. Seperti namanya, konsep ini mengusung semangat desentralisasi ke dunia sains, sebuah dunia yang selama ini lekat dengan hierarki, birokrasi, dan terkadang kurang transparan.
DeSci tidak hanya menjadi istilah keren di kalangan teknologi, tetapi juga menawarkan solusi konkret untuk tantangan yang selama ini dihadapi dunia penelitian. Dengan memanfaatkan blockchain, DeSci berupaya merevolusi cara sains dikelola dan didanai, sekaligus membuka pintu lebih lebar bagi kolaborasi global yang lebih inklusif.
Lantas, apa sebenarnya DeSci? Dan bagaimana cara kerjanya dalam ekosistem kripto? Mari kita telusuri lebih jauh.
Pengertian DeSci
Decentralized Science, atau DeSci, adalah pendekatan baru untuk mengelola dan mendanai penelitian ilmiah dengan bantuan teknologi blockchain. Dalam model tradisional, penelitian biasanya terikat pada institusi seperti universitas atau perusahaan besar, dengan akses pendanaan yang sering kali terbatas dan jalur birokrasi yang berbelit. DeSci hadir untuk mengubah pola ini dengan menawarkan platform yang terbuka, transparan, dan inklusif.
Di bawah payung DeSci, para peneliti, pendana, dan bahkan masyarakat umum dapat berinteraksi secara langsung tanpa perantara. Semua proses, mulai dari penggalangan dana hingga publikasi hasil penelitian, dilakukan di atas blockchain. Ini berarti semua langkahnya dapat dilacak, terdesentralisasi, dan bebas dari kendali satu pihak tertentu.
Yang membuat DeSci unik adalah fokusnya pada pemberdayaan komunitas ilmiah. Dalam sistem ini, seorang peneliti dapat langsung mencari pendanaan dari individu atau organisasi melalui platform berbasis blockchain. Tidak ada lagi ketergantungan pada hibah institusional yang rumit atau tunduk pada kepentingan sponsor besar. Sebagai gantinya, siapa saja yang percaya pada pentingnya penelitian tersebut dapat berkontribusi, baik melalui dana maupun ide.
Selain itu, DeSci memungkinkan hasil penelitian disimpan di blockchain secara permanen. Publikasi yang dulunya sering tersembunyi di balik paywall mahal kini dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja. Ini membuka peluang besar untuk mempercepat inovasi, terutama di bidang-bidang kritis seperti kesehatan, energi terbarukan, atau teknologi pangan.
Bagaimana Cara Kerjanya?
Untuk memahami cara kerja DeSci, harus dilihat bagaimana teknologi blockchain menjadi fondasi utamanya. Blockchain, yang dikenal karena transparansi dan keamanannya, menyediakan infrastruktur yang sempurna untuk mengelola data dan transaksi dalam ekosistem ilmiah. Dalam DeSci, semua aktivitas, mulai dari penggalangan dana hingga publikasi hasil, terjadi melalui platform berbasis blockchain yang memanfaatkan smart contract.
Langkah pertama dalam ekosistem DeSci biasanya dimulai dengan pengajuan proposal penelitian. Seorang ilmuwan atau tim peneliti membuat proposal yang memuat tujuan penelitian, metodologi, dan potensi dampaknya. Proposal ini kemudian diunggah ke platform DeSci, di mana komunitas dapat melihat, mengevaluasi, dan mendukungnya.
Pendanaan dalam DeSci dilakukan secara langsung melalui sistem crowdfunding berbasis blockchain. Para pendukung dapat memberikan kontribusi dengan membeli token atau NFT hingga penelitian selesai atau mencapai milestone tertentu. Sistem ini memastikan bahwa dana hanya digunakan sesuai tujuan, karena smart contract akan otomatis mengeluarkan dana berdasarkan pencapaian yang telah diverifikasi.
Selama proses penelitian, para pendana dan komunitas dapat memantau perkembangan melalui laporan yang disimpan di blockchain. Transparansi ini memastikan bahwa penelitian berjalan sesuai rencana dan mengurangi risiko penyalahgunaan dana.
Ketika penelitian selesai, hasilnya dipublikasikan langsung di blockchain. Tidak seperti sistem tradisional yang bergantung pada jurnal ilmiah berbayar, publikasi di DeSci terbuka untuk semua orang. Dengan menggunakan sistem tokenisasi, peneliti juga dapat memberikan penghargaan kepada pendukung mereka, baik dalam bentuk pengakuan ataupun pembagian royalti jika hasil penelitian tersebut menghasilkan keuntungan di masa depan.
Contoh paling jamak dari penerapan DeSci sejauh ini banyak muncul dalam penelitian medis. Di bidang ini, DeSci memungkinkan penggalangan dana untuk penelitian obat-obatan yang selama ini sering diabaikan karena dianggap kurang menguntungkan oleh perusahaan farmasi besar. Melalui DeSci, komunitas global dapat mendanai penelitian tersebut secara langsung, memastikan bahwa inovasi tidak lagi dibatasi oleh kalkulasi profit semata.
Selain itu, DeSci juga membantu mengatasi masalah plagiarisme dan manipulasi data yang kerap menghantui dunia akademik. Dengan menyimpan semua data penelitian di blockchain, integritas dan orisinalitasnya dapat diverifikasi kapan saja.
Contoh Proyek DeSci
DeSci membawa angin segar ke dunia sains, menawarkan pendekatan baru yang lebih inklusif, transparan, dan efisien. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip desentralisasi ke dalam proses penelitian, DeSci berpotensi membuka peluang yang lebih luas bagi inovasi global.
Bagi para proponen blockchain, DeSci adalah bukti bahwa teknologi ini tidak hanya tentang perdagangan aset digital atau investasi, tetapi juga dapat menjadi alat untuk memberdayakan ilmu pengetahuan. Seiring dengan potensinya yang masih terus dieksplorasi, sudah ada banyak proyek-proyek DeSci bermunculan dan mendapat dukungan dari komunitas.
BIO Protocol
BIO Protocol merupakan berfokus pada pengembangan komunitas Biotech Decentralized Autonomous Organizations (BioDAOs), yang memungkinkan ilmuwan, investor, dan pasien untuk bersama-sama mendanai, mengembangkan, dan memiliki hasil penelitian, terutama di bidang seperti penyakit langka, kesehatan mental, dan penelitian usia panjang.
Proyek yang didanai Binance Labs ini tercatat sudah mengelola delapan BioDAOs, dengan kapitalisasi pasar $200 juta per November 2023. BIO Protocol juga terafiliasi dengan Molecule DAO serta mengadopsi IP-NFTs untuk memungkinkan kepemilikan dan penjualan hak kekayaan intelektual berbasis blockchain. Salah satu proyek andalannya adalah VitaDAO, serta HairDAO sebagai DAO pertama yang mengajukan paten ilmiah.
VitaDAO
VitaDAO adalah proyek yang mendanai riset bioteknologi dengan fokus utama untuk meningkatkan umur panjang manusia. Didirikan pada tahun 2021, VitaDAO menggunakan token $VITA untuk memungkinkan anggota komunitas mendanai dan berkontribusu dalam penelitian ini.
VitaDAO mengembangkan konsep Intellectual Property Non-Fungible Token (IP-NFT) untuk mengelola hak kekayaan intelektual yang dihasilkan dari proyek mereka. Salah satu proyek unggulan mereka adalah penelitian Alzheimer dan teknologi untuk regenerasi sel. VitaDAO juga mendapat pendanaan besar dari berbagai pihak, termasuk Pfizer Ventures.
ResearchHub
ResearchHub didirikan pada tahun 2020 dengan tujuan mempercepat kemajuan sains melalui pendekatan berbasis Web3. Platform ini berfokus pada kolaborasi ilmiah, berbagi pengetahuan, dan penghargaan bagi kontributor menggunakan token ResearchCoin (RSC). ResearchHub memungkinkan para peneliti untuk mempublikasikan, mengulas, dan mendiskusikan temuan secara terbuka dalam komunitas global.
Dengan mengorganisasi informasi dalam hubs berdasarkan bidang ilmu, platform ini membantu mengakses penelitian secara lebih mudah dan gratis. Dengan memanfaatkan blockchain, ResearchHub mendorong desentralisasi dan inovasi, mengatasi kendala tradisional seperti paywalls atau kurangnya insentif untuk kontribusi kecil namun berdampak signifikan dalam dunia sains.
GenomesDAO
GenomesDAO, yang diluncurkan pada 2021, menggunakan teknologi blockchain untuk menyimpan dan memonetisasi data genom pribadi secara aman. Dengan token $GENE, platform ini memungkinkan pengguna memiliki kontrol penuh atas data genetik mereka dan dapat memonetisasinya jika mereka setuju untuk membagikannya ke pihak ketiga untuk penelitian atau pengembangan obat. Dengan fokus pada privasi, proyek ini menjanjikan pendekatan etis dalam penggunaan data genetik.
Rifampicin
Rifampicin (RIF) adalah proyek DeSci eksperimental yang diluncurkan pada September 2024 via Pump.Science, protokol untuk pendanaan riset berbasis Solana. Rifampicin adalah antibiotik utama untuk mengobati tuberkulosis (TBC) dan lepra, bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian terkini mengeksplorasi penggunaannya melawan infeksi bakteri resisten, termasuk Staphylococcus aureus yang kebal methicillin (MRSA).
Rifampicin juga berpotensi digunakan sebagai antibiotik terapi tambahan untuk biofilm bakteri pada alat medis yang sulit diatasi dengan antibiotik biasa. Selain itu, ada riset yang mengkaji potensi Rifampicin untuk penyakit non-infeksi seperti Alzheimer, berkat kemampuannya melindungi sel saraf dari peradangan.
Urolithin A
Urolithin A (URO) juga merupakan produk eksperimen Pump.Science. Urolithin A adalah senyawa yang terbentuk di usus setelah mengonsumsi makanan kaya ellagitannin, seperti delima dan stroberi. Penelitian terkini menunjukkan Urolithin A dapat membantu meningkatkan kesehatan sel dengan cara mendukung mitofagi, yaitu proses pembersihan mitokondria yang rusak dalam sel yang berpotensi meningkatkan energi tubuh dan memperlambat penuaan sel.
Studi juga mengeksplorasi manfaatnya untuk memperbaiki fungsi otot, terutama pada lansia, serta untuk melindungi otak dari penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer. Urolithin A dianggap menjanjikan untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan dan penuaan yang sehat.
FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang