Pengertian RISC V dalam Blockchain dan Bagaimana Cara Kerjanya

Volubit.id — Belum lama ini, Vitalik Buterin kembali membuka ruang diskursus untuk komunitas kripto dengan sebuah usulan yang tak biasa. Pendiri Ethereum ini menyarankan agar sistem inti Ethereum, yakni Ethereum Virtual Machine (EVM), digantikan dengan arsitektur baru bernama RISC V. Sebuah ide yang mungkin terdengar teknis dan membingungkan bagi awam, namun sebenarnya punya dampak besar terhadap masa depan Ethereum, dan mungkin juga seluruh dunia blockchain.

Usulan ini muncul bukan tanpa sebab. Ethereum tengah berjuang menghadapi tantangan lama: efisiensi rendah, biaya tinggi, dan proses verifikasi data yang semakin rumit. Dengan pertumbuhan pengguna dan kompleksitas aplikasi yang terus meningkat, Buterin melihat RISC-V sebagai solusi potensial untuk membuat jaringan Ethereum lebih cepat, hemat biaya, dan siap menyambut masa depan teknologi seperti zero-knowledge proof (ZKP). Lantas, apa itu RISC V dan bagaimana cara kerjanya?

Pengertian RISC V

RISC-V (dibaca: risk-five) adalah salah satu jenis arsitektur set instruksi komputer atau Instruction Set Architecture (ISA). Dalam istilah awam, ISA ini dapat dipahami sebagai cara bagaimana sebuah prosesor memahami dan menjalankan perintah.

Ia bukan nama alat, bukan pula nama merek. Ia adalah arsitektur, semacam bahasa ibu yang digunakan oleh prosesor untuk memahami perintah.

Istilah “RISC” sendiri merupakan singkatan dari Reduced Instruction Set Computer, sebuah pendekatan dalam desain prosesor yang menekankan kesederhanaan dan efisiensi. Angka “V” menunjukkan versi kelima dari pengembangan konsep ini.

Berbeda dengan set arsitektur lainnya, RISC-V bersifat terbuka dan bebas lisensi. Ini artinya siapapun, baik individu maupun perusahaan, bisa menggunakannya, memodifikasi, dan membangun produk di atasnya tanpa harus membayar royalti.

Selama ini, jika ada seseorang menciptakan sebuah chip, ia selalu bergantung pada lisensi tertutup berbayar. Bayangkan ingin menulis buku, tapi harus sewa huruf dari pihak ketiga. Itulah yang terjadi dalam dunia chip: kreator tak bisa sekadar merancang prosesor, namun juga harus membayar hak pakai atas desain dan instruksi dasarnya.

Dengan RISC-V, siapa pun bisa mengunduh spesifikasinya, mengutak-atik, lalu membuat versinya sendiri tanpa izin siapa pun. Inilah demokratisasi dalam dunia mikroprosesor.

Karena itu, keberadaan RISC V menantang status quo industri yang selama puluhan tahun hanya dikuasai dua kutub set arsitektur: x86 milik Intel dan AMD, serta ARM yang digunakan Apple, Qualcomm, hingga Samsung.

Konsep ini lahir dari lingkungan akademis dari University of California, Berkeley, pada awal 2010-an. Ia lahir dengan semangat untuk membuat desain prosesor yang transparan, fleksibel, dan bisa diakses oleh semua kalangan, bukan hanya korporasi besar.

Daya tarik RISC-V bukan hanya pada keterbukaannya, tetapi juga pada kemampuannya untuk diadopsi lintas sektor: dari perangkat kecil seperti jam tangan pintar hingga sistem komputasi besar seperti server atau pusat data. Dalam konteks blockchain, potensi ini diterjemahkan sebagai arsitektur yang ringan, cepat, dan cocok untuk memproses kontrak pintar dan kriptografi tingkat lanjut.

RISC V dalam Blockchain

Secara teknis, RISC-V bukanlah bahasa pemrograman seperti Solidity yang digunakan untuk menulis smart contract. Ia lebih tepat disebut sebagai kerangka kerja pemrosesan atau semacam “bahasa mesin” yang digunakan prosesor (atau mesin virtual dalam konteks blockchain) untuk memahami instruksi program.

Ketika diterapkan dalam blockchain, RISC-V berfungsi sebagai mesin eksekusi baru yang bisa menggantikan atau melengkapi EVM. Dengan RISC-V, smart contract bisa dijalankan lebih cepat dan efisien karena instruksinya lebih sederhana dan langsung ke tujuan.

Salah satu pelopor penggunaan RISC-V dalam blockchain adalah ekosistem Polkadot, yang melalui kerangka kerja Substrate-nya memungkinkan pengembang membangun blockchain mereka sendiri secara modular. Substrate menyediakan dukungan untuk eksekusi runtime menggunakan WebAssembly (Wasm), namun beberapa pengembang mulai mengeksplorasi bagaimana arsitektur RISC-V bisa menjadi alternatif untuk mesin virtual Wasm, dengan menjadikannya sebagai backend untuk eksekusi smart contract atau runtime yang lebih ringan.

Implementasi RISC-V dalam ekosistem Polkadot dimulai sebagai respons terhadap keterbatasan Wasm dalam eksekusi smart contract. Meskipun Wasm telah menjadi standar dalam Substrate Polkadot, developer di Parity Technologies mulai mengeksplorasi alternatif yang lebih ringan, efisien, dan fleksibel. Pada tahun 2023, Jan Bujak, developer inti di Parity, memulai proyek PolkaVM, mesin virtual berbasis RISC-V yang dirancang untuk menjalankan kontrak pintar dengan performa tinggi dan keamanan yang lebih baik.

PolkaVM dirancang untuk menggantikan Wasm. Dengan menggunakan arsitektur RISC-V yang berbasis register, PolkaVM mampu menjalankan instruksi dengan lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan model stack-based yang digunakan oleh Wasm.

Belakangan, komunitas Ethereum mulai tertarik pada RISC-V. Vitalik Buterin dalam unggahan forum Ethereum Magicians pada April 2025, mengusulkan penggunaan RISC-V sebagai alternatif arsitektur eksekusi untuk Ethereum, mengingat efisiensinya dalam memproses instruksi dan sifat terbukanya yang cocok dengan filosofi Ethereum.

Saat ini, beberapa proyek eksperimental sedang menguji penggunaan RISC-V sebagai mesin eksekusi untuk blockchain modular, sidechain, atau rollup. RISC-V mulai digunakan bukan hanya sebagai mesin virtual alternatif, tapi juga sebagai bagian dari strategi untuk menghadirkan prover dan verifier yang lebih efisien dalam sistem berbasis zero-knowledge proof (ZKP).

Bagaimana Cara Kerja RISC V dalam Blockchain?

RISC-V bekerja dalam blockchain bukan sebagai wajah depan seperti smart contract yang dilihat pengguna, melainkan sebagai mesin pemroses di balik layar—tempat semua instruksi dijalankan.

Dalam konteks blockchain, terutama di jaringan seperti Ethereum atau Polkadot, RISC-V digunakan sebagai mesin virtual pengganti atau pelengkap dari Wasm atau Ethereum Virtual Machine (EVM).

Tugas mesin virtual ini ialah mengeksekusi smart contract. Ketika seseorang mengirimkan transaksi ke jaringan, misalnya untuk menjalankan smart contract, instruksi dalam kontrak tersebut akan diterjemahkan menjadi bentuk yang dimengerti oleh mesin virtual. Di sinilah RISC-V berperan: ia mengeksekusi instruksi-instruksi itu satu per satu menggunakan set instruksi yang lebih sederhana dan efisien.

Prosesnya dimulai saat kode kontrak dikompilasi ke dalam format RISC-V—dari bahasa tinggi seperti Solidity atau Rust, lalu diterjemahkan ke “bahasa mesin” ala RISC-V. Setelah itu, mesin virtual berbasis RISC-V membaca instruksi ini dan menjalankannya di dalam lingkungan blockchain, mencatat hasilnya dalam status jaringan, dan memastikan bahwa semua node dalam jaringan mendapatkan hasil yang sama.

Karena RISC-V memiliki struktur instruksi yang ringan dan modular, eksekusinya menjadi lebih cepat dan hemat sumber daya, yang sangat penting dalam blockchain publik di mana setiap node harus memverifikasi setiap transaksi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *