Volubit.id — Presale token MegaETH (MEGA) jadi sorotan setelah firma analitik Bubblemaps menemukan dugaan manipulasi besar dalam penjualan publik proyek blockchain Layer-2 (L2) tersebut. Skandal ini mencuat hanya beberapa jam setelah penjualan berakhir pada 30 Oktober 2025, ketika MegaETH baru saja merayakan keberhasilan presale yang disebut-sebut sebagai salah satu yang paling besar di ekosistem Ethereum tahun ini.
Bubblemaps melaporkan adanya satu whale atau investor besar yang diduga mengakali batas alokasi pembelian token dengan menggunakan puluhan wallet berbeda.
“Satu whale memanipulasi presale $MEGA dengan berinvestasi $5 juta menggunakan lebih dari 20 alamat, semuanya terhubung secara onchain,” tulis Bubblemaps melalui akun Twitter pada 30 Oktober.
guys stop looking. @cbb0fe confessed https://t.co/69MeaZiYfw pic.twitter.com/hw69L6cUL4
— Bubblemaps (@bubblemaps) October 30, 2025
Laporan itu menyebut alamat 0x5D8 menggunakan layanan Disperse untuk mengirim 159 ETH ke 159 wallet baru, masing-masing menerima 1 ETH. Sebanyak 19 wallet di antaranya ikut berpartisipasi dalam presale MegaETH dengan nilai maksimal $186 ribu per dompet.
Investigasi lanjutan Bubblemaps mengungkap temuan serupa. Pada 12 Februari, alamat yang sama menerima 0,02 ETH dari tujuh wallet lain yang semuanya berpartisipasi dalam presale dengan alokasi maksimum dan didanai lewat bursa OKX.
Total ada 26 wallet yang mengajukan pembelian senilai sekitar $5 juta atau setara 26 kali batas alokasi resmi. “Kami siap bekerja sama dengan tim MegaETH untuk membantu mengidentifikasi sebanyak mungkin dompet yang terlibat,” kata Bubblemaps.
Sehari sebelumnya, pada 29 Oktober, Bubblemaps sudah mengeluarkan peringatan dini tentang aktivitas Sybil di presale MegaETH. Mereka menemukan lebih dari 20 entitas yang menggunakan banyak dompet untuk melewati batas alokasi maksimum.
Salah satu contoh yang dirujuk pada laporan itu adalah alamat 0x9f5c yang baru didanai lewat Kraken sehari sebelum presale dimulai. Alamat itu kemudian membagi dananya ke tiga wallet baru untuk mengajukan total $600 ribu, tiga kali lipat dari batas yang diperbolehkan.
Padahal, sistem KYC Echo seharusnya menegakkan aturan satu identitas per pengguna. Bubblemaps menduga pelaku menggunakan berbagai identitas termasuk milik keluarga atau teman untuk lolos verifikasi.
Presale MegaETH memang berlangsung luar biasa masif. Penjualan publik ini dilakukan di platform Sonar milik Echo mulai 27 Oktober hingga 30 Oktober 2025. Dari total suplai 10 miliar token, sebanyak 500 juta token atau 5% dialokasikan untuk presale.
Presale MEGA menggunakan mekanisme English auction, memungkinkan peserta yang telah lolos KYC mengajukan penawaran mulai dari $2.650 hingga $186.282 per individu menggunakan USDT di jaringan Ethereum. Harga token dibatasi dalam rentang $0,0001 hingga $0,0999, setara dengan fully diluted valuation (FDV) maksimal $999 juta.
Selama presale, antusiasme investor amat tinggi. Dalam 72 jam pembukaan, total komitmen dana mencapai $1,4 miliar dari lebih dari 14.000 peserta, sementara MegaETH hanya menargetkan $49,95 juta. Penjualan ini oversubscribed 40 kali dan mencapai harga puncak dalam menit pertama lelang.
Walaupun ukses secara nominal, tudingan manipulasi ini menodai euforia MegaETH. Dugaan praktik Sybil memunculkan keraguan terhadap efektivitas mekanisme KYC dan transparansi sistem lelang di dunia kripto. Tim MegaETH sendiri belum memberikan tanggapan resmi terkait temuan tersebut.


