Volubit.id — Pasar kripto kini menjadi bagian penting dari ekosistem keuangan global. Nilainya tak lagi bisa dianggap pinggiran, terutama karena sangat sensitif terhadap kebijakan bank sentral. Salah satu kebijakan yang paling menonjol beberapa tahun terakhir adalah quantitative tightening (QT), yang secara langsung mempengaruhi arus likuiditas dan perilaku investor kripto.
Apa Itu Quantitative Tightening?
Quantitative tightening adalah kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar. QT merupakan kebalikan dari quantitative easing (QE), yaitu saat bank sentral membeli berbagai aset keuangan untuk menambah likuiditas dalam sistem.
Dalam QT, bank sentral mengurangi aset yang dimilikinya dengan cara menjual obligasi atau membiarkan obligasi yang sudah jatuh tempo tidak diperbarui. Tindakan ini menarik uang keluar dari sistem finansial, membuat biaya pinjaman naik, dan menekan permintaan barang serta jasa.
Federal Reserve (The Fed) memulai QT pertamanya pada 2017, dan kembali melakukan QT dalam skala besar sejak Juni 2022 setelah inflasi melonjak pasca-pandemi COVID-19.
Bagaimana QT Bekerja?
Cara kerja QT sederhana tetapi dampaknya besar. Ketika obligasi yang dimiliki bank sentral jatuh tempo dan tidak dibeli kembali, jumlah obligasi di pasar bertambah, sehingga imbal hasilnya terdorong naik. Naiknya imbal hasil membuat suku bunga pinjaman ikut meningkat.
Hasil akhirnya:
– likuiditas berkurang,
– pinjaman lebih mahal,
– investor lebih berhati-hati terhadap aset berisiko.
Tujuan QT adalah menormalisasi kondisi moneter dan memberi ruang bagi bank sentral untuk kembali menurunkan suku bunga ketika terjadi krisis di masa depan.
Sejarah QT dan Efeknya Pada Pasar Keuangan
Program QT modern pertama dijalankan Fed pada 2017–2019. Neraca Fed sempat mencapai puncak $8,96 triliun pada April 2022 (36% dari PDB) setelah gelombang QE untuk menghadapi dampak pandemi.
Sejak Juni 2022, Fed mengurangi neraca tersebut sebesar $2,39 triliun. Angka itu jadi pengetatan paling agresif dalam sejarah bank sentral modern. Pada 1 Desember 2025, Fed menghentikan QT, menahan neraca pada sekitar $6,57 triliun.
Pengaruh QT Terhadap Pasar Kripto
Pasar kripto sangat sensitif terhadap likuiditas. Ketika likuiditas melimpah, aset berisiko termasuk kripto, cenderung naik. Sebaliknya, ketika likuiditas disedot keluar lewat QT, pasar kripto melemah.
• Periode QE 2020–2021
Kenaikan harga kripto pada masa pandemi adalah contoh paling jelas efek QE. Bitcoin melonjak dari sekitar $7.000 menjadi lebih dari $60.000. Ethereum dan berbagai altcoin mengikuti tren yang sama. Lingkungan uang murah membuat investor agresif mencari imbal hasil lebih tinggi, dan kripto menjadi salah satu tujuan utamanya.
• Periode QT 2022–2023
Ketika QT dimulai pada 2022, pasar kripto terpukul. Bitcoin anjlok lebih dari 60%, jatuh dari $40.000 ke bawah $20.000 hanya dalam beberapa bulan. Investor menghindari aset berisiko dan beralih ke instrumen yang lebih aman seperti obligasi dan pasar uang.
Likuiditas yang menurun berarti:
– modal baru ke aset kripto berkurang,
– perdagangan leverage menyusut,
– volatilitas meningkat.
Berakhirnya QT dan Prospek Kripto
Jerome Powell menyatakan bahwa kondisi ekonomi saat ini mendukung keputusan menghentikan QT. Mulai Desember 2025, Fed kembali menanamkan ulang hasil obligasi yang jatuh tempo alih-alih terus mengecilkan neraca.
Situasinya mengingatkan akhir QT 2019, ketika pasar kripto membentuk bottom besar. Bitcoin sempat turun 35% setelah QT berakhir, namun kemudian memasuki fase penguatan besar hingga awal 2020.
Tapi kondisi sekarang berbeda. Terdapat beberapa perbedaan penting:
– Suku bunga kini berada di kisaran 3,75%–4%, lebih rendah dan lebih akomodatif dibanding 2019.
– Level adopsi institusional jauh lebih besar, terutama dengan hadirnya ETF Bitcoin.
– Infrastruktur pasar lebih matang, sehingga reaksi terhadap perubahan kebijakan moneter dapat lebih cepat.
– Bila Fed beralih menuju pelonggaran moneter, pasar kripto berpotensi kembali mendapatkan dorongan kuat.
Kendati demikian, ada sejumlah faktor yang perlu diperhatikan investor kripto sebelum mengambil keputusan. Sinyal makroekonomi seperti inflasi, data tenaga kerja, dan perubahan nada komunikasi Fed harus dipantau karena sedikit pergeseran dalam retorika saja bisa memicu perubahan besar di pasar. Pemilihan waktu masuk dan keluar juga penting, sebab memahami siklus QE dan QT membantu investor menentukan momentum yang tepat. Akhir QT kerap menjadi periode akumulasi strategis, sementara fase awal QE biasanya memicu reli.
Selain itu, arus institusional dari pemain besar seperti BlackRock dan Fidelity dapat mencerminkan sentimen pasar melalui aliran dana di ETF kripto. Namun risiko tetap perlu diingat: akhir QT tidak selalu berarti bull market, apalagi jika dihentikan karena ancaman resesi. Inflasi yang masih tinggi dapat membuat Fed menunda pemotongan suku bunga, sementara tekanan regulasi atau arus keluar ETF bisa menahan potensi kenaikan harga kripto.


