Rekt! Total Likuidasi Crash Pasar Kripto Dilaporkan Capai $400M

Volubit.id — Crash pasar kripto yang terjadi paa 11 Oktober 2025 terus menjadi perbincangan hangat di tengah komunitas kripto. Belakangan, muncul klaim mencengangkan yang menyatakan bahwa total likuidasi pasar kripto saat crash besar-besaran 11 Oktober 2025 pekan lalu bisa mencapai $400 miliar. Jumlah ini jauh lebih besar ketimbang laporan resmi sekitar $19 miliar.

Hipotesisi bombastis tersebut berpijak pada klaim bahwa platform analitik Coinglass mencatat adanya gangguan pada API Binance selama puncak crash. Saat terjadi crash besar, sistem API yang digunakan situs seperti Coinglass untuk mengambil data real-time dari Binance mengalami pembatasan (throttling) atau pelambatan. Akibatnya, data yang diterima Coinglass dari Binance disebut tidak lengkap, hanya menampilkan sekitar 5% dari total likuidasi di Binance yang berhasil terekam selama periode crash karena sisanya “terblokir” oleh pembatasan API tersebut.

Gangguan API tersebut lantas ditafsirkan bahwa data likuidasi yang terekam hanya 5% dari total sebenarnya, sehingga angka $19 miliar yang dilaporkan harus dikalikan dua puluh kali lipat hingga muncul estimasi likuidasi $400 miliar.

Tapi logika tersebut dinilai keliru. Pasalnya, jika memang $400 miliar posisi leverage (perpetual futures) dilikuidasi secara paksa, maka open interest (OI) di semua bursa kripto akan anjlok mendekati nol. Faktanya, data menunjukkan OI saat crash memang turun tajam. Namun OI di pasar tidak sampai lenyap.

Selain itu, jika likuidasi sebesar $400 miliar benar terjadi, maka sekitar puluhan miliar dolar dana jaminan atau kolateral para trader juga akan lenyap dari bursa. Namun data on-hain tidak memperlihatkan adanya arus keluar stablecoin atau saldo bursa dalam jumlah besar yang bisa menjelaskan hilangnya dana sebesar itu. Dengan kata lain, tidak ada tanda-tanda pergerakan uang nyata yang mendukung klaim tersebut.

Disebutkan pula bahwa banyak orang keliru mencampuradukkan penurunan kapitalisasi pasardengan likuidasi posisi leverage. Nilai kapitalisasi pasar kripto memang turun lebih dari $400 miliar dalam crash tersebut, tetapi penurunan harga aset tidak sama dengan posisi leverage yang dipaksa tutup. Berdasarkan data terverifikasi, total likuidasi riil diperkirakan hanya berkisar antara $19 miliar. Karena itu, Rumor likuidasi $400 miliar ini tampaknya hanyalah hasil kesalahan pembacaan data dan perhitungan berantai tanpa dasar empiris.

Tanggal 11 Oktober 2025 tercatat sebagai salah satu momen paling kelam dalam sejarah pasar kripto. Skala kerugian akibat likuidasi saat itu bukan hanya memecahkan rekor, tetapi juga menggandakan semua peristiwa besar sebelumnya, menjadikannya crash terbesar sepanjang sejarah kripto modern.

Pemicunya adalah eskalasi tajam perang dagang Amerika Serikat–China. Pemerintah AS tiba-tiba mengumumkan kebijakan perang dagang tarif 100% atas impor material teknologi asal China. Langkah tersebut segera dibalas Beijing dengan kebijakan serupa, menciptakan ketegangan ekonomi global yang memicu aksi jual besar-besaran di pasar aset berisiko, termasuk kripto. Dalam hitungan jam, leverage di pasar futures longs terhapus habis, dan harga Bitcoin sempat jatuh puluhan persen sebelum akhirnya stabil di kisaran rendah.

Sebagai perbandingan, rekor likuidasi sebelumnya terjadi pada Mei 2021 saat China melarang aktivitas penambangan Bitcoin dengan kerugian sekitar $8,5 miliar. Sementara krisis Terra (LUNA/UST) pada Mei 2022 menelan $3–5 miliar, kejatuhan FTX pada November 2022 hanya sekitar $2–3 miliar. Bahkan Black Thursday akibat pandemi COVID-19 pada Maret 2020 yang menjatuhkan harga Bitcoin dari $7.900 ke $3.900, hanya memicu likuidasi senilai $3,8 miliar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *