Volubit.id — Persaingan antara dua jaringan blockchain besar, Solana dan Ethereum, kembali menghangat setelah total nilai Solana yang distaking dalam jaringan sempat menyalip Ethereum. Momen yang menandai tonggak penting dalam perkembangan ekosistem kripto ini terjadi pada pada 20 April 2025 lalu, seiring semakin popularnya kepemilikan aset yang di-staking ketimbang holding aset secara pasif.
Data yang dibagikan bos firma analitik Nansen, Alex Svanevik, mencatat yang distaking sempat menyentuh angka $53,9 miliar, sedikit lebih tinggi dibandingkan Ethereum yang saat itu berada di $53,7 miliar. Namun keunggulan itu hanya berlangsung singkat. Ketika laporan ini diturunkan, Ethereum kembali memimpin dengan nilai staking sebesar US$56 miliar, sementara Solana di posisi kedua dengan US$54 miliar.
SOL just flipped ETH in “staking market cap”. pic.twitter.com/bhbrPFsoFB
— Alex Svanevik 🐧 (@ASvanevik) April 20, 2025
Peristiwa ini bukan sekadar adu angka, melainkan juga menghidupkan kembali perdebatan seputar yield alias imbal hasil, keamanan jaringan, dan juga preferensi pengguna. Daya tarik utama Solana terletak pada reward staking yang jauh lebih tinggi dibanding Ethereum.
Imbal hasil staking Solana saat ini berada di kisaran 8,31% per tahun. Angka ini jauh lebih tinggi ketimbang reward Ethereum yang hanya menawarkan sekitar 2,98%. Perbedaan ini mendorong lebih banyak pengguna untuk memilih staking di Solana, ketimbang memanfaatkan aset mereka untuk aktivitas lain seperti lending-borrowing atau penyediaan likuiditas di platform DeFi.
Sayangnya, di balik daya tarik menggiurkan ini, reward staking SOL dinilai bisa berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekosistem DeFi di Solana. Pasalnya, banyak pengguna Solana lebih memilih men-staking koleksi SOL mereka ketimbang menggunakannya untuk berpartisipasi di protokol DeFi.
Dengan risiko nyaris nol, staking SOL sudah menawarkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan imbal hasil dari aktivitas DeFi lainnya. Akibatnya, aliran dana ke sektor DeFi Solana menjadi lesu.
Soal tren DeFi, Ethereum masih unggul jauh. Data DefiLlama menunjukkan nilai token liquid staking Ethereum yang jadi salah satu tulang punggung DeFi jaringan tersebut mencapai $21,5 miliar. Angka ini masih jauh di atas Solana yang hanya sekitar $7,22 miliar. Dominasi Ethereum juga terlihat dari total value locked (TVL) ekosistem DeFi-nya, yakni $50,4 miliar, jauh meninggalkan Solana yang baru mencapai $8,85 miliar.
Problem Keamanan Jaringan
Lebih lanjut, sistem staking di Solana juga dinilai tidak banyak memberikan kontribusi bagi keamanan jaringan dikritik lantaran tidak menerapkan sistem hukuman (slashing) yang agresif terhadap validator yang berbuat curang atau lalai. Padahal sistem slashing ini dinilai penting lantaran meniscayakan staking yang melibatkan hukuman otomatis bagi validator curang.
Di sisi lain, Ethereum juga punya masalah sendiri. Meskipun lebih aman karena ada sistem slashing otomatis, Ethereum menghadapi tantangan soal sentralisasi. Untuk menjadi validator jaringan, pengguna harus men-staking minimal 32 ETH.
Tingginya threshold minimum ini membuat banyak pengguna memilih staking melalui layanan liquid staking seperti Lido Finance, Rocket Pool, atau Stadee yang bersifat lebih fleksibel. Tapi kini, Lido menguasai nyaris 90% pasar liquid staking Ethereum, yang memicu kekhawatiran lantaran potensi menguatnya sentralisasi validator.
Dengan kata lain, Solana dan Ethereum sama-sama punya kelebihan dan kekurangan. Solana menawarkan imbal hasil tinggi tapi masih diragukan keamanannya, sementara Ethereum lebih aman tapi makin terjebak dalam risiko sentralisasi.
FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang