Robinhood Ekspansi ke Indonesia, Bisakah Pacu Duit Institusi ke Pasar Kripto?

Volubit.id — Perusahaan trading saham dan kripto global asal Amerika Serikat (AS) Robinhood baru saja mengumumkan ekspansi ke Indonesia. Masuknya pemain Wall Street ke Indonesia menandai babak baru persaingan industri trading saham dan kripto di dalam negeri. Perusahaan asal AS yang dikenal lewat platform investasi ritel itu mengumumkan ekspansinya melalui akuisisi dua perusahaan lokal, PT Buana Capital Sekuritas dan PT Pedagang Aset Kripto, pada 7 Desember 2025.

Head of Asia Robinhood, Patrick Chan, mengatakan Indonesia sebagai salah satu pasar trading dengan pertumbuhan tercepat di kawasan Asia Tenggara. Ia menilai ekspansi ini sejalan dengan misi perusahaan untuk mendemokratisasi akses keuangan. Langkah ini dipandang sebagai strategi agresif Robinhood untuk memperkuat pijakan di Asia Tenggara, di mana Indonesia sebagai salah satu pasar kunci.

“Indonesia merupakan pasar trading yang tumbuh pesat, menjadikannya tempat yang menarik untuk memperluas misi Robinhood dalam mendemokratisasi akses keuangan bagi semua,” kata Patrick Chan. “Kami menantikan untuk menghadirkan layanan inovatif yang sama kepada masyarakat Indonesia—layanan yang telah dipercaya pengguna Robinhood di seluruh dunia.”

Proses akuisisi ditargetkan rampung pada paruh pertama 2026, dengan catatan memperoleh restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan regulator terkait. Dalam struktur baru tersebut, Pieter Tanuri, pemilik mayoritas kedua entitas, tetap dilibatkan sebagai penasihat strategis.

Robinhood sendiri merupakan salah satu penyedia layanan trading saham dan kripto top global. Platform trading perusahaan yang didirikan pada 18 April 2013 ini menjadi salah satu yang terpopular di AS. Kinerja saham Robinhood juga moncer sepanjang 2025 berjalan dengan lonjakan year to date (YTD) 268%. Bagi Robinhood, Indonesia bukan sekadar pasar baru, melainkan batu loncatan menuju dominasi regional.

Indonesia sendiri memang menawarkan daya tarik yang sulit diabaikan. Jumlah investor pasar modal dan trader kripto yang terus bertumbuh. Basis pengguna yang besar ini ditopang populasi muda yang akrab dengan teknologi, serta regulasi yang semakin jelas.

Robinhood berencana mempertahankan layanan brokerage yang selama ini dijalankan Buana Capital, sembari secara bertahap memperkenalkan produk andalannya, mulai dari perdagangan saham Amerika Serikat hingga aset kripto global. Dengan strategi itu, Robinhood ingin menjembatani investor domestik dengan pasar internasional, sekaligus memperluas ekosistem investasi lintas aset.

Di sisi kripto, Indonesia telah lama menempati posisi penting di panggung global. Data OJK yang dikutip Indonesia Crypto Network (ICN) mencatat jumlah trader kripto mencapai 19,2 juta orang, naik hampir 40% sejak awal tahun. Volume transaksi pun terus menanjak. Pada kuartal pertama 2025, nilai perdagangan kripto menyentuh Rp109,29 triliun atau sekitar $6,9 miliar. Khusus Januari 2025, lonjakan bahkan mencapai 104% secara bulanan, dengan nilai transaksi Rp44,07 triliun. Sepanjang 2024, total volume transaksi kripto Indonesia diperkirakan menembus $40 miliar.

Tapi di balik angka-angka besar tersebut, partisipasi investor institusi masih tergolong minim. OJK mencatat jumlah transaksi yang melibatkan institusi bahkan belum mencapai seribu. Padahal, minat mulai terlihat. Ratusan perusahaan disebut tengah menjajaki aset kripto sebagai alternatif investasi, didorong kepastian hukum, kerangka regulasi yang lebih rapi, serta sistem perpajakan yang telah terbentuk.

Kesenjangan antara dominasi ritel dan minimnya institusi inilah yang membuat peringkat Indonesia di Chainalysis Global Crypto Adoption Index 2025 turun ke posisi ke-7, setelah sebelumnya berada di peringkat ke-3.

Geliat trader kripto retail dalam negeri juga menunjukan tren migrasi ke aktivitas onchain. Dalam setahun terakhir, Chainalysis mencatat nilai transaksi onchain yang diterima Indonesia melonjak 103%, tertinggi di antara negara-negara besar Asia. Tren ini menandakan semakin banyak pengguna kripto di Indonesia yang bertransaksi langsung di blockchain, bukan semata melalui bursa terpusat. Pertumbuhan ini sebagian besar masih digerakkan oleh investor ritel, dengan total nilai transaksi mencapai Rp409,56 triliun hingga Oktober 2025.

Pertanyaannya, apakah kehadiran Robinhood mampu mengubah peta tersebut dan mendorong masuknya investor institusi ke pasar kripto Indonesia? Bagi kalangan institusi, faktor kepercayaan, standar manajemen risiko, serta sistem kustodian yang siap diaudit menjadi prasyarat utama. Selama ekosistem belum sepenuhnya matang, sikap wait and see masih akan mendominasi.

Tetapi, dengan reputasi global Robinhood, pengalaman di pasar teregulasi, serta integrasi layanan saham dan kripto dalam satu ekosistem, peluang untuk mempercepat keterlibatan institusi terbuka lebar. Ekspansi ini berpotensi menjadi katalis, meski hasil akhirnya akan sangat bergantung pada konsistensi regulasi dan kesiapan infrastruktur pasar ke depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *