Volubit.id — Pergerakan harga Bitcoin (BTC) pasca halving 19 April 2024 masih melempem hingga lebih dari tiga pekan berjalan. Namun tren tersebut merupakan siklus normal bila berkaca pada sejumlah epos halving sebelumnya.
Per 13 Mei 2024 siang WIB, harga BTC masih berada di kisaran $61.000 per keping setelah mengalami downtrend pasca menyentuh all time high (ATH) yang dicapai seharga $73.800 pada 14 Maret lalu. Downtrend tersebut berlanjut hingga memasuki pekan ketiga setelah halving
Trader yang menggunakan pseudonim Rekt Capital mengatakan, pergerakan harga Bitcoin nampak mengulangi sejarah halving 2016 dengan menjaga tren penurunan di atas titik bottom fase re-akumulasi sebelum kemudian memasuki reli bull run.
Bitcoin has repeated 2016 history perfectly, offering a downside wick below the bottom of its current Re-Accumulation range within a three-week window after the Halving$BTC #Crypto #Bitcoin https://t.co/5GHCnZrmB1 pic.twitter.com/QauIFZtX9p
— Rekt Capital (@rektcapital) May 11, 2024
Pada 2016, titik bottom penurunan pasca halving mencapai 17%, sedangkan penurunan terjauh pasca halving 2024 ada di kisaran 6% saat BTC menyentuh harga $58.600 pada 1 Mei lalu.
Titik atau area bottom yang ditentukan Rekt Capital sendiri ada di kisaran $60.600 dalam weekly range. Menurutnya, Bitcoin saat ini masih ada di zona bahaya siklus pasca halving. Bila berkaca pada sejarah 2016, zona bahaya tersebut berlangsung selama 21 hari dan akan ‘secara resmi’ berakhir pada 13 Mei bila tren 2024 mereplikasi total chart 2016.
Setelah zona bahaya dilewati, fase selanjutnya adalah re-akumulasi sebelum kemudian reli bull run dimulai.
Fase re-akumulasi sendiri ditandai dengan pergerakan harga sideway yang monoton. Konsolidasi harga ini adalah fase yang wajar pasca euforia reli pra halving. Fase ini menurutnya bisa berlangsung selama beberapa pekan bahkan hingga lima bulan. Lambannya pergerakan harga akan membuat investor tak sabaran keluar dari pasar.
“Banyak investor yang terguncang pada tahap ini karena kebosanan, ketidaksabaran, dan kekecewaan terhadap kurangnya hasil besar dalam investasi BTC mereka segera setelah halving,” sebut Rekt Capital.
Walau demikian, bukan berarti volatilitas tak akan muncul dalam fase ini. Bila berkaca pada siklus pullback yang tercatat sejak awal 2023, ada kemungkinan harga BTC akan naik. Siklus pullback saat ini yang sempat mencapai minus 23,6% tercatat sebagai penurunan terdalam sejak awal 2023. Dari segi jangka waktu, pullback saat ini–yang telah berlangsung kurang lebih 50 hari–juga mengisyaratkan kemungkinan uptrend bila siklus terjadi berulang.
Sejak awal 2023, sudah ada empat kali pullback yang diikuti kenaikan harga dengan persentase penurunan di atas 20% serta jangka waktu antara 14-63 hari.
Sumber: Rekt Capital
Fase setelah re-akumulasi adalah bull run yang ditandai kenaikan harga secara parabolik. Puncak bull run halving 2016 terjadi 518 hari setelah halving, sedangkan halving 2020 memuncak 546 hari. Bila berkaca pada bull run dua halving sebelumnya, puncak bull run pasca halving 2024 mungkin akan muncul dalam waktu 518-546 setelah halving, pada pertengahan September atau Oktober 2025.
“Jadi, semakin lama Bitcoin berkonsolidasi setelah halving, maka akan semakin baik untuk melakukan sinkronisasi ulang siklus saat ini dengan siklus halving yang tradisional.”
Replikasi siklus halving 2016 ini sudah terjadi dalam fase pra halving. Menurut catatan Rekt, BTC telah mengalami siklus retrace pra halving 30 hari sebelum halving berlangsung pada 2024. Pada 2016, siklus tersebut dimulai 28 hari sebelum halving.
FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang