Supply Chain dalam Kripto: Cara Kerja, Manfaat, dan Contoh Nyatanya

Volubit.id — Banyak dari kita menikmati berbagai produk tanpa pernah memikirkan perjalanan panjangnya. Padahal, sebelum sampai ke tangan kita, sebuah barang melewati proses rumit bernama supply chain atau rantai pasok yang melibatkan banyak negara, banyak perusahaan, dan banyak tangan.

Dengan proses yang kompleks itu, supply chain dinilai membutuhkan kripto dan teknologi blockchain agar setiap tahapan bisa dicatat lebih transparan, informasi tidak tercecer di tengah jalan, risiko manipulasi data berkurang drastis, dan semua pihak dapat melihat catatan yang sama tanpa harus saling bergantung pada dokumen kertas yang rentan salah dan mudah dipalsukan.

Apa Itu Supply Chain Crypto?

Co-Founder Volubit Kurnia Bijaksana dalam sebuah utas di X mengatakan, supply chain crypto adalah kategori kripto yang dirancang untuk membantu industri rantai pasok menjadi lebih transparan, bisa dilacak atau traceable, efisien, anti-fraud, dan real-time tracking Aplikasinya mulai dari logistik, manajemen inventaris, hingga verifikasi keaslian produk.

Blockchain dalam kripto sendiri bekerja sebagai buku besar bersama (shared ledger) yang tidak dapat diubah atau immutable. Setiap transaksi dicatat secara permanen dan dapat diakses oleh semua pihak yang terlibat.

Dalam konteks supply chain, berarti setiap tahap perjalanan produk, mulai dari bahan baku hingga pengiriman akhir, bisa dicatat dan dilacak secara kronologis.

Bagaimana Blockchain Bekerja dalam Supply Chain?

Setiap tindakan penting dalam rantai pasok, yakni produksi, pengiriman, sortir, pemeriksaan kualitas, dicatat di blockchain sebagai blok data aman yang memiliki penanda waktu (timestamp).

Blok-blok ini saling terhubung secara berurutan, sehingga ketika terjadi masalah, sistem memudahkan pelacakan kembali ke sumbernya.

Semua pihak yang terlibat, termasuk petani, pabrik, distributor, dan retailer, bisa melihat data yang sama sehingga tercipta catatan bersama yang kredibel.

Selain itu, sistem juga dapat menggunakan smart contract, aturan otomatis yang berjalan di blockchain. Misalnya, ketika barang diterima dan dipindai dengan status delivered, smart contract akan secara otomatis melepaskan pembayaran USDT kepada supplier.

Karena catatan berada dalam jaringan terdesentralisasi, tidak ada satu pihak pun yang bisa mengubah data tanpa persetujuan pihak lain. Risiko kecurangan pun turun drastis. Mata uang kripto, khususnya stablecoin, juga bisa digunakan untuk mendukung pembayaran otomatis yang cepat dan tanpa perantara.

Mengapa Supply Chain Penting?

Bayangkan proses sederhana seperti membuat sebuah kaus. Kapasnya mungkin dipanen di India, lalu dibeli oleh perusahaan tekstil di Bangladesh untuk diolah menjadi kain.

Setelah itu, kain tersebut dikirim ke Vietnam untuk melalui proses pewarnaan, sebelum akhirnya masuk ke Indonesia untuk disortir, dikemas, dan dipasarkan. Seluruh rangkaian panjang ini ditangani oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda, yang sering kali tidak saling mengenal dan tidak memiliki sistem informasi terpadu.

Banyak tahap masih bergantung pada dokumen kertas yang mudah hilang, tidak sinkron, atau bahkan dipalsukan. Kompleksitas dan kurangnya transparansi inilah yang sering memicu berbagai masalah dalam rantai pasok.

Di sinilah teknologi blockchain hadir sebagai solusi yang mampu membawa kejelasan dan kepercayaan dalam setiap tahap perjalanannya.

Contoh Penggunaan Blockchain dalam Supply Chain

1. Transparansi dan Imutabilitas

Blockchain memungkinkan pencatatan transaksi yang terbuka, terhubung, dan tidak dapat diubah, yang sangat membantu mengurangi pemalsuan dan meningkatkan akurasi data di setiap titik rantai pasok.

Contohnya SyncFab yang bekerja sama dengan perusahaan manufaktur dan industri pertahanan untuk meningkatkan traceability suku cadang. Melalui blockchain, mereka menyediakan rekam jejak komponen yang tidak bisa dimanipulasi dan dapat diaudit oleh pemasok maupun pembeli.

Kemudian ada VeChain yang digunakan berbagai perusahaan untuk memverifikasi keaslian produk menggunakan chip/NFC/RFID. Contoh implementasi besar adalah kerja sama dengan Walmart Cina untuk pelacakan makanan, serta proyek verifikasi produk ritel melalui identitas digital seperti yang diterapkan oleh Lululemon Cina.

2. Sumber Bahan Etis dan Keberlanjutan

Blockchain membantu perusahaan memastikan bahan baku berasal dari sumber yang legal dan berkelanjutan dengan memberikan rekam jejak digital yang dapat diverifikasi. Contohnya Tracr, platform blockchain yang didukung De Beers, yang telah melacak lebih dari 3 juta berlian. Sistem ini membantu menjamin berlian yang diperdagangkan berasal dari tambang yang legal dan bebas konflik.

3. Keamanan Pangan

Kasus kontaminasi makanan seringkali memakan waktu lama untuk dilacak. Blockchain mempercepat proses tersebut karena data perjalanan produk tersimpan secara terhubung dari hulu ke hilir.

Walmart menggunakan platform blockchain (berbasis Hyperledger) untuk melacak produk seperti mangga dan daging babi. Jika sebelumnya pelacakan bisa memakan waktu beberapa hari, kini dapat dilakukan hanya dalam hitungan detik.

Beberapa model blockchain + IoT untuk pemantauan suhu (misalnya vaksin atau obat sensitif) juga sudah diujikan dalam penelitian. Moderna atau Pfizer disebut telah menerapkan sistem ini di rantai pasok mereka.

4. Pembayaran Lintas Negara

Blockchain dan aset kripto berpotensi mempercepat pembayaran internasional tanpa biaya tinggi dari bank koresponden. Namun, adopsi ini belum menjadi praktik umum di industri supply chain global. Saat ini, implementasi lebih banyak berada pada tahap uji coba atau solusi internal perusahaan tertentu, bukan penggunaan massal oleh pemasok kecil di negara berkembang.

5. Optimisasi Inventaris dan Logistik

Smart contract dapat mengotomatiskan pembaruan inventaris, pencatatan pengiriman, hingga verifikasi penerimaan barang. Honeywell GoDirect Trade memanfaatkan blockchain untuk mendigitalkan dan melacak suku cadang pesawat sehingga proses pembelian dan audit menjadi lebih efisien.

6. Mengurangi Middleman

Blockchain dapat membuka peluang pembayaran langsung antara produsen dan pembeli melalui sistem yang lebih transparan. Namun implementasi ini masih terbatas dan belum terjadi secara luas. Beberapa proyek seperti Moyee Coffee Ethiopia telah mencoba model fair trade berbasis blockchain, tetapi skalanya masih kecil dan belum merepresentasikan kondisi industri secara keseluruhan.

7. Mengurangi Birokrasi dan Fraud

Dokumen ekspor-impor seperti invoice, sertifikat, dan dokumen bea cukai rentan dipalsukan. Blockchain menawarkan pencatatan dokumen digital yang sulit dimanipulasi.

Contoh Kripto dan Proyek Blockchain yang Digunakan dalam Supply Chain

1. VeChain

VeChain merupakan salah satu proyek blockchain supply chain yang paling matang, dengan fokus pada transparansi dan verifikasi produk melalui kombinasi teknologi blockchain dan perangkat chip, NFC, maupun RFID. Ekosistem ini memungkinkan produsen dan konsumen memastikan keaslian barang, memantau kondisi dan kualitas produk selama distribusi, meningkatkan keamanan pangan, hingga mendukung sertifikasi karbon secara digital.

VeChain telah digunakan dalam berbagai implementasi nyata, termasuk oleh Walmart Cina dan sejumlah perusahaan ritel serta manufaktur di Asia, menjadikannya salah satu solusi blockchain yang paling banyak diadopsi di sektor rantai pasok.

2. OriginTrail (TRAC)

OriginTrail adalah protokol yang menekankan integritas dan interoperabilitas data dalam supply chain. Proyek ini menggunakan konsep Decentralized Knowledge Graph (DKG) untuk menghubungkan dan menata informasi dari berbagai sistem yang digunakan oleh perusahaan sehingga data dapat dibagikan secara aman, konsisten, dan dapat diverifikasi lintas organisasi.

OriginTrail memiliki hubungan erat dengan lembaga standar global seperti GS1, pembuat standar barcode dunia, yang memperkuat posisinya sebagai solusi data terstruktur untuk industri seperti farmasi, logistik, dan sertifikasi. Pendekatan interoperabilitasnya menjadikan OriginTrail sangat cocok untuk supply chain kompleks dengan banyak entitas dan sistem berbeda.

3. XYO Network

XYO Network menyediakan infrastruktur data lokasi terdesentralisasi dengan memanfaatkan jaringan perangkat seperti sentinel, node, bridge, dan archivist yang bekerja sama menghasilkan informasi geospasial yang akurat dan dapat diverifikasi. Dalam konteks supply chain, jaringan XYO memungkinkan pelacakan posisi barang secara on-chain, verifikasi lokasi tanpa ketergantungan pada pihak ketiga, pelacakan aset bernilai tinggi, serta pengumpulan data geospasial yang tahan manipulasi.

Dengan pendekatan ini, XYO bertujuan menciptakan sistem “GPS versi blockchain” yang lebih aman, transparan, dan reliabel untuk kebutuhan logistik modern.

4. Electra Protocol (XEP)

Electra Protocol (XEP) menawarkan kemampuan transaksi yang sangat cepat dengan biaya hampir nol, menjadikannya kandidat menarik untuk kebutuhan pembayaran otomatis dalam rantai pasok global. Blockchain XEP dirancang untuk memproses transaksi dalam waktu kurang dari satu detik, sehingga cocok untuk integrasi dengan perangkat IoT serta skenario pembayaran otomatis berbasis smart contract.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *